Hits: 8

Hana Anggie Sachari Pasaribu

Pijar, Medan. Cinta datang di waktu yang salah. Paradoks sentimental yang klise nan klasik ini cukup tepat menggambarkan romansa antara dua sejoli dalam kisah Me Before You. Diaptasi dari novel terlaris dengan judul yang sama, film ini menjadi salah satu drama romantis kontroversial yang mendulang kesuksesan di box office.

Rupawan, bergelimang harta, dan menjadi incaran para gadis. Kenikmatan duniawi tersebut tiba-tiba berubah karena satu peristiwa, yang tidak direncanakan, juga tidak ada dalam bayangan. Akibatnya sangat fatal. Satu-satunya yang tidak berubah ialah kekayaan yang masih utuh.

Cukup tragis, begitulah yang dialami oleh Will Traynor (Sam Claflin). Hidupnya yang tadi melambung di atas awan, kini jatuh terhempas ke tanah. Setelah mengalami kecelakaan akibat ditabrak motor pada suatu siang, Will terpaksa berbesar hati menyandang quadriplegia—kelumpuhan pada kedua tangan dan kakinya akibat cedera tulang belakang.

Jiwa petualang yang tadinya membara terpaksa mati oleh keadaan. Will merasa dunia semakin memojokkannya ketika mantan kekasihnya—Alicia (Vanessa Kirby), berpacaran dengan sahabatnya—Rupert (Ben Lloyd-Hughes). Ia pupus harapan. Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan adalah mencoba membiasakan diri dengan kondisi fisiknya yang baru.

Dua tahun berjalan sangat monoton. Will tidak bisa menahannya lebih lama lagi, ia bahkan melakukan percobaan bunuh diri, tetapi gagal. Ibunya, Camilla (Janet McTeer), telah berusaha semampu yang ia bisa untuk mempertahankan harapan hidup putra semata wayangnya itu.

Di sisi lain, ada Louisa Clark (Emilia Clarke), yang baru saja menjadi pengangguran. Ketika menemukan lowongan untuk bekerja di rumah keluarga Traynor, gadis berusia 26 tahun dengan nuansa pakaian “tabrak warna” itu tidak dapat menolaknya. Meski telah dijelaskan bahwa ia harus merawat orang cacat, tetapi Louisa tetap melamar dengan semangat.

Awalnya, Louisa mengira bahwa orang cacat yang dimaksud adalah suami Camilla. Namun, siapa sangka, ia justru harus berhadapan dengan Will yang dingin dan angkuh. Sekalipun hari-harinya di kastil keluarga Traynor tidak berjalan baik, tetapi Louisa tidak menyerah. Tidak ada pilihan, ia membutuhkan uang untuk menghidupi keluarganya.

Seiring waktu berjalan, interaksi antara Loiusa dan Will semakin harmonis. Keduanya banyak tertawa dan berbagi cerita. Louisa yang penuh keceriaan, suka mengoceh, dan selera fashion-nya yang udik telah berhasil mencairkan sikap dingin dan sarkastik Will. Perlahan, keduanya saling jatuh hati.

Me Before You disutradarai oleh Thea Sharrock dan tayang perdana di New York pada 23 Mei 2016 silam. Jojo Moyes, penulis buku trilogi Me Before You, ikut terlibat dalam pembuatan film ini sebagai penulis naskah. Penghasilan total dari film ini meraup $208 juta, melebihi anggaran produksinya yang hanya menghabiskan $20 juta. Pencapaiannya tersebut mengantarkan Me Before You menempati posisi ketiga di box office setelah Teenage Mutant Ninja Turtles: Out of the Shadows dan X-Men: Apocalypse.

Dibalut dengan berbagai adegan manis antara Louisa dan Will, Me Before You telah mencuri hati para penonton dari berbagai belahan dunia. Chemistry antara Emilia dan Sam patut diapresiasi. Akting keduanya yang terasa natural berhasil menghidupkan karakter Louisa dan Will dalam film ini. Walaupun menerima berbagai respon positif dari para penggemar, nyatanya Me Before You juga menuai kritik dari banyak pihak.

Pada suatu kesempatan, Louisa tidak sengaja mendengar pertengkaran antara Camilla dan Steven (Charles Dance)—ayah Will, tentang rencana Will pada enam bulan mendatang. Ternyata, Will ingin “pergi dengan damai” melalui bantuan Dignitas, organisasi nirlaba di Swiss yang menyediakan bantuan untuk praktik eutanasia. Kebenaran menyakitkan inilah yang menjadi alasan mengapa Louisa hanya dikontrak selama enam bulan sebagai perawat.

Will, yang ingin mengakhiri hidup karena putus asa dengan kondisinya, menimbulkan kekecewaan dari banyak difabel. Tindakannya untuk menempuh jalan eutanasia memberikan kesan seolah hidup sebagai penyandang cacat tidaklah berguna. Melansir dari www.hollywoodreporter.com, tagar #MeBeforeEuthanasia bahkan sempat muncul di Twitter dari kalangan yang memprotes film ini.

Louisa sendiri, walau terpukul setelah mengetahui keinginan Will tersebut, berusaha bangkit dan tidak larut dalam kesedihan. Ia berupaya menyusun rangkaian kegiatan dan perjalanan yang bisa dilakukan oleh Will. Louisa ingin menunjukkan kepada Will, bahwa meskipun memiliki keterbatasan fisik, Will tetap bisa bersenang-senang. Dunia terlalu indah untuk dilewatkan. Apalagi dengan latar belakang keluarga Will yang kaya raya, seluruh rangkaian kegiatan dan perjalanan tidaklah sulit untuk dilakukan.

Usaha dan semangat kehidupan yang ditunjukkan oleh Louisa mengetuk hati Will. Ia menyetujui segala hal yang ingin dilakukan Louisa dan bersedia menemaninya. Namun, akankah Will mengubah keputusannya atau tetap pada pendiriannya?

Kamu bisa menemukan jawabannya dengan menyaksikan sendiri film Me Before You. Nikmati manisnya interaksi antara Louisa dan Will di platform resmi seperti Netflix, ya!

(Redaktur Tulisan: Marcheline Darmawan)

Leave a comment