Hits: 35
Alfi Rahmat Faisal
Kepalamu adalah deretan huruf, yang kubaca selepas pukul dua belas malam.
Disana ada dua kata yang sering kutemukan, “aku” dan “kamu”.
Lalu diujungnya terselip sebuah tanda tanya, mungkin beberapa.
Tunggu, aku salah, ada puluhan tanda tanya.
Kepalamu adalah pasar. Tempat paling berisik sejagat.
Tempat keriuhan pertanyaan masa lampau dan keinginan masa depan.
Disana juga terselip beberapa tanda tanya
Kepalamu adalah ruang redaksi kantor berita. Setiap pagi sibuk merangkai kata.
Lalu selepas jam pulang, masih kutemukan tanda tanya di meja yang berantakan.
Kepalamu juga kamus tebal dua ratus halaman.
Disana hanya ada kata sifat dan tanda tanya.
Aku tidak menemukan kata kerja atau kata lainnya.
Aku ingin tidur seharian di kepalamu saat kau kemana saja.
Aku ingin memberi pertanyaan sangat pribadi kepada banyak tanda tanya dikepalamu.
Kelak, kau akan melukis tanda tanya itu sebagai penanda dilenganku,
semacam tato permanen. Ujung pisau yang kau gunakan,
membuatku lupa hari dan bagaimana kita bertemu.
Lalu aku akan butuh waktu lama mengeringkan luka.
Setelah itu kita bergandengan tangan, berjalan di tepi jurang lalu terjun, dan kau tidak.
Setelah kepalamu, Kau juga tanda tanya yang ingin kujawab di antara matamu atau di sela peluk cangkir kopimu yang mulai dingin selepas hujan tadi sore.
Dan matamu adalah pertanyaan lain yang kugenapkan dengan penasaran. –