Hits: 449
Ade Purna Puspita
Judul : Sang Maharani
Penulis : Agnes Jessica
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Umum
Tempat terbit : Jakarta
Tahun terbit : Maret 2009
Ukuran : 13.5 x 20 cm
Jumlah halaman : 320 halaman
ISBN : 978-979-22-4447-2
Novel bergenre roman ini berlatar pada tahun 1925, bertempat di Batavia saat mencapai puncak kejayaan. Sang Maharani mengisahkan perjalanan hidup tragis seorang gadis pribumi keturunan Belanda yang hidup di era zaman penjajahan Belanda dan kedudukan Jepang di Indonesia. Maharani namanya, ia memiliki kekayaan, kecantikan, kecerdasan, serta kehormatan. Maharani mempunyai seorang adik angkat pribumi bernama Arik yang berusia satu tahun lebih muda darinya.
Pada masa sekolah, Ibunda Rani meninggal dunia karena kanker rahim yang kemudian membawa Ayah Rani untuk menikah kedua kalinya dengan seorang janda beranak satu. Namun hidupnya berbalik 360 derajat saat sang ayah meninggal dunia, ditambah pula Belanda dikalahkan oleh Jepang. Ibu dan saudara tirinya bernama Tiar menjadikannya pelayan di rumahnya sendiri. Yang paling menyakitkan , ia diserahkan ke pemerintah Jepang dan dijadikan jugun lanfu, yaitu pelacur untuk memuaskan nafsu para tentara Jepang. Singkatnya, setelah ia keluar dari tahanan pemerintahan Jepang, Rani berusaha untuk mencari keberadaan Arik dan tanpa ia sadari malah jatuh cinta pada Arik.
Adapun keunggulan yang terdapat dalam novel ini adalah Agnes Jessica berani mengangkat secara deskriptif sisi kebudayaan pada masa penjajahan tersebut, sehingga menonjolkan kekuatan alur yang mengajak pembaca masuk ke dalam cerita. Hal ini tak lepas dari kepiawaiannya memainkan imajinasi pembaca yang dituangkan dengan bahasa intelektual namun mudah dipahami. Nilai plus yang lain adalah Agnes Jessica mampu mengeksplorasi tiap karakter yang terdapat di dalam novel, sehingga kesuksesan pembawaan dalam karakter tersebut menjadi kuat.
Selain itu, pembaca juga dapat menambah wawasan bahasa dengan adanya penggunaan Bahasa Belanda yang memiliki catatan kaki. Pembaca tidak dibuat kaget oleh adegan vulgar yang digambarkan secara apik dan pantas. Agnes Jessica juga dengan berani menulis mengenai konflik yang sedikit sensitif di masyarakat yakni mengenai SARA, lebih terkhusus agama Katholik, adat Tionghoa, ras Pribumi, Cina, dan Belanda.
Ditilik dari teknik penulisan, bahasa yang digunakan sangat sempurna yaitu kata-kata yang sopan dan puitis tanpa ada unsur pengulangan. Setiap kata mengandung kekayaan bahasa sekaligus makna apik di baliknya. Novel ini ditulis dengan gaya realis bertabur metafora, dengan penyampaian cerita yang baik dan menyentuh.