Hits: 27
Meutia Rachmi Yulanda
Pijar, Medan. “Bakat memang hanya beberapa persen dalam diri saya dan kita semua pasti memilikinya. Namun saya tidak akan pernah mengandalkan bakat karena saya berprinsip mimpi akan segera tercapai jika dengan kerja keras. Kerja keras pasti akan terbayarkan.” – Yudha Ikhsan.
Analogi ulat, kepompong dan kupu-kupu bukanlah hal yang asing lagi di telinga kita saat ini. Seekor ulat yang buruk rupa hanya akan bertransformasi menjadi kupu-kupu yang menawan bila melalui proses metamorfosa kepompong. Sedemikian lamanya kepompong memproses seekor ulat yang lamban, menjadi seekor kupu – kupu dengan kepakan sayap indahnya yang membuatnya terbang dengan lincah meninggalkan tanah. Metamorfosa mengajarkan kita bahwa untuk berubah menjadi lebih baik, kita harus menjalani prosesnya terlebih dahulu.
Yudha Ikhsan (21 tahun) memaknai secara mendalam arti metamorfosa bagi dirinya sendiri. Lelaki kelahiran Medan, 21 Juli 1993 ini telah merasa banyak perubahan yang sudah ia alami semenjak SMA. Pencarian jati diri, minat, bakat, dan hobi tidaklah luput dari proses metamorfosa yang terjadi padanya. Ketekunannya dalam mengalahkan kekurangan dan mencoba hal- hal baru, mengantarkannya pada fase baru kehidupan yang dengan lebih leluasa dapat ia maknai.
“Dulu saat SMA saya sangat introvert dan pendiam. Saya kurang bisa bersosialisasi dengan orang lain. Walaupun begitu, saya terus berusaha mencari tahu apa bakat – bakat yang ada pada diri saya dan pada akhirnya saya tertambat dengan hobi menulis,” ungkapnya.
Menulis merupakan hobi yang masih digeluti Yudha hingga saat ini. Lelaki berdarah Minang itu memulai hobi menulisnya sejak SMA, terbukti dari terbitnya karya-karya puisinya di majalah sekolah. Artikel dan tulisan karya lelaki berkacamata ini juga kerap terbit di surat kabar nasional seperti Kompas.
Selain menulis, saat SMA, alumnus SMAN 5 Medan ini sempat mengisi instrumen Synthezer pada band beraliran Metal dan Punk yang pernah dibentuknya. Walaupun saat ini tidak lagi aktif menjalankan band, di sela-sela kesibukanya menjadi seorang mahasiswa tingkat akhir sekaligus ketua IMAJINASI, Yudha masih sempat menyalurkan hobinya memainkan synthezer di rumah mengalunkan lagu – lagu milik The Beatles, Bee Gees, Frank Sinatra, The Cure, Iron Maiden, dan sebagainya.
Masa perkuliahan di Universitas Sumatera Utara ini baginya adalah fase di mana sifat intovert itu melebur. Kepekaannya terhadap masalah yang sebenarnya dihadapi mahasiswa Ilmu Komunikasi membakar semangatnya untuk dapat membuat dirinya berguna bagi orang lain.
“Komunikasi kita sangat kurang mengenai hal praktek. Kalau masalah teori, kita tentu tidak kalah dengan Ilmu Komunikasi yang ada UI, UNPAD, atau UGM. Hal itu beranjak dari pengalaman saya saat menjalankan PKL (Praktek Kerja Lapangan – red) di Jakarta, saya rasakan saat berhadapan dengan mahasiswa dari universitas lain.”
Saat pengumuman Open Recruitmen calon Ketua Umum IMAJINASI, pria non-smoker yang sangat suka minum susu ini dengan independen mencalonkan diri. Kemudian terpilih mendapatkan kepercayaan untuk memimpin bahtera IMAJINASI untuk setahun ke depan. Mengenggam niatnya untuk membantu teman – teman sejawat untuk menimba Ilmu Komunikasi lebih mumpuni lagi, penyuka musik angkatan lama ini mencetuskan program – program baru.
“Kita bisa berusaha lebih baik dari Ilmu Komunikasi universitas-universitas yang ada di Jawa dengan mengikuti kelompok – kelompok belajar yang IMAJINASI sediakan tahun ini seperti Perhumas Muda USU, Desain Grafis, USU Channel , SIKU, dan FOKUS,” gagas Yudha.
Perhumas Muda adalah wadah bagi para humas-humas muda di USU untuk mengembangkan diri mereka. Lelaki yang bercita – cita melanjutkan kuliah di Universitas Frankfrutt Jerman dengan Major Cultural Communication Studies ini menambahkan, pada dasarnya humas harus mampu melakukan banyak tugas seperti merancang pesan, menulis sebuah artikel yang berbobot, melakukan penelitian, serta mampu bekerja di bawah tekanan. Sejauh ini Perhumas Muda USU sudah memproduksi sebuah jurnal humas, sedangkan kegiatan penelitian humas dan kampanye humas akan menyusul.
Selain Perhumas Muda USU, kelompok belajar Desain Grafis juga didirikan sebagai lahan berlatih mahasiswa komunikasi stambuk 2013 dan 2014 yang berniat mengambil konsentrasi di bidang periklanan.
“Kelompok desain grafis ini tujuannya agar kawan-kawan stambuk 2013 dan 2014 bisa menggunakan tools-tools aplikasi desain iklan, berlatih sebagai copywriter dan sebagainya,” ujarnya. Berbeda dengan dua kegiatan sebelumnya, USU Channel merupakan program baru IMAJINASI yang membantu mahasiswa mengembangkan minatnya di bidang broadcasting.
Lelaki yang memfavoritkan film Saving Private Ryan ini memiliki tujuan khusus dalam menggagas kelompok – kelompok belajar ini. “Ini semacam blue print untuk teman – teman, kita minimal memulai pelatihan dari hal yang paling sederhana terlebih dahulu, walaupun tidak ada dukungan infrastruktur belajar yang memadai, kita bisa melakukan apa yang kita inginkan. Harapannya dengan ikut kelompok-kelompok ini, kita tidak akan terkejut lagi ketika masuk dalam dunia kerja. Kita tau teori dan juga harus bisa aplikasi. Kegiatan ini penting dan dapat jadi bekal saat PKL nanti,” paparnya mantap.
“So far luar biasa, di luar ekspektasi saya. Diantara HMD (Himpunan Mahasiswa Departemen-red) lain, IMAJINASI memang yang paling ramai kegiatan. Selalu ada acara yang diadakan setiap bulannya,” ungkap Yudha. Periode IMAJINASI yang hampir menyelesaikan masa kerjanya ini memang telah merampungkan banyak program kerja. Communication Cup, Perayaan Paskah, Isra’ Miraj, Halal bin Halal bulan Syawal, USU CHANNEL, SIKU, FOKUS, Gathering Fotografi, Desain Grafis, Kunjungan Media, Study Tour, Communication Gathering dan diksusi-diskusi merupakan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan IMAJINASI periode ini. Adapun Communication Week dan Reuni Alumni merupakan kegiatan yang belum terlaksana.
Tanggung jawab besar yang diemban anak ke dua dari tiga bersaudara ini tidak membuatnya lengah dengan prestasi akademik di kampus. Yudha sangat bersyukur dapat melaksanakan kegiatan organisasi dan kegiatan akademisnya secara seimbang hingga akhir kepemimpinannya di IMAJINASI, karena menurutnya hanya orang -orang terpilih yang dapat mewujudkannya. Pemuda yang menyukai hobi traveling dan sempat backpacking di Bali dengan modal minim ini berambisi dapat menjelajahi Indonesia dan Eropa. “Semakin sering dan jauh kita berpetualang maka akan semakin banyak akan kita temukan teman, dan keragaman budaya karena bukan hidup kalau hanya di comfort zone. Kita hanya hidup satu kali, jadi jangan disia – siakan,” ungkapnya.