Hits: 91
Muhammad Abdul Fattah
Pijar, Medan. Menjadi mahasiswa berarti kita harus memiliki suatu kebenaran yang diyakini murni dari pribadi dan tidak dipengaruhi orang lain yang dapat menggeser kebenaran tersebut. “Harus punya suatu cara untuk mencari dan menemukan sumber-sumber informasi dan pengalaman yang menyokong untuk pemenuhan hidup dimasa mendatang,” ujar Narosu Siregar. Sedikit asing bila mendengar namanya, namun tidak asing bila tahu prestasinya yang membanggakan Universitas Sumatera Utara.
Narosu Siregar, gadis kelahiran Jakarta 22 Juli 1994 anak kedua dari dua bersaudara akrab disapa Rosy. Memiliki prestasi yang membanggakan membuatnya menjadi bintang di USU dan tentu saja turut mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Memperoleh beasiswa dari Djarum Beasiswa Plus tentu sudah membanggakan. Namun Narosu tidak puas sampai disitu. Ia menambah prestasinya lagi. Memperoleh penghargaan The Best Delegation dalam ajang Model United Nations (MUN) di Roma, Italia mewakili delegasi Djarum Foundation tahun 2017. Ajang berskala internasional ini ia raih dengan usaha yang sangat keras, sehingga pribahasa ‘hasil tidak mengkhianati usaha’ pun ia buktikan.
Mahasiswi Arsitektur USU ini memang memulai prestasinya sejak duduk di bangku sekolah dasar. Terbukti ketika dirinya mengikuti lomba IPTEK tingkat nasional dan memperoleh juara ke-4. Selanjutnya prestasinya dituangkan sepenuhnya ke bidang akademis dengan memperoleh peringkat pertama berturut-turut di tingkat SLTP dan SLTA. Saat duduk di bangku kuliah, ia mengawali prestasinya sebagai delegasi Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) ke Kanada tahun 2013. Program PPAN ini diselenggarakan oleh Kemenpora RI beserta Dispora Sumatera Utara sekaligus bekerjasama dengan Purna Caraka Muda Indonesia (PCMI). Kalau dipikir-pikir, memang sedikit berbeda jalur dari prestasi yang dihasilkan oleh Narosu dengan jurusan perkuliahan yang ia ambil. Alasan yang ia kemukakan cukup sederhana, untuk meneruskan konsentrasi sains yang diambil ketika duduk di bangku SLTA dan ingin menggulatkan eksakta dengan seni. “Karena aku merasa kalau dengan menggaulkan kedua hal tersebut, otak kiri dan kanan aku dapat bekerja secara optimal,” ujarnya.
Walaupun menjadi mahasiswa saintek, namun masa-masa Narosu menjadi mahasiswa tak lepas dari lingkungan sosial. Gadis belia ini cukup dikatakan aktif dalam berorganisasi. Terbukti saja ketika kelas 2 SLTA, beliau terpilih untuk menjabat sebagai Ketua OSIS SMA Sutomo 1 Medan. Dari situ kehidupan sosialnya dimulai dan berlanjut sampai ke jenjang perguruan tinggi. Beliau aktif menjadi bagian dari Ikatan Mahasiswa Arsitektur (IMA) bidang Kaderisasi. Selain IMA, beliau juga aktif dalam organisasi PCMI yang merupakan organisasi dari ikatan alumni Pertukaran Pemuda Antar Negara.
Ketika membahas tentang cita-cita, gadis berdarah Batak ini menjawab ingin menjadi akademisi seperti sang ayah. Ya, ayahnya, Asrul Siregar, merupakan salah seorang dosen pengajar mata kuliah Bahasa Indonesia di Universitas Sumatera Utara dan turut mengambil peran penting dalam hidup seorang Narosu Siregar. “Ayah itu ibarat pedoman, jadi apa yang ayah bilang aku harus turuti karena kalau tidak aku seperti kena imbas gitu,” ungkapnya ketika ditanya soal sosok Ayah dalam hidupnya.
Siapa sih yang tidak mengakui orang tua merupakan faktor utama untuk kita meraih kesuksesan? Pasti tak ada. Menurut Narosu, ayah dan bunda merupakan dua hal berbeda yang sangat penting baginya. “Disaat Ayah memberikan nasihat, bunda yang akan menjadi pendorong dan membimbing aku untuk melakukan apa yang ayah bilang. My parents bring me positivity,” tambahnya.
Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan terjatuh juga. Hal itu juga terjadi pada diri Narosu. Tak selamanya Narosu mudah menggapai prestasi. Terlihat dari dirinya ketika masa SLTA. Dikala itu gadis ini memiliki keinginan sederhana untuk mengibarkan Bendera Merah Putih dan menjadi seorang Paskibraka. Namun, “belum rejeki” menghampirinya. Ya begitulah orang sukses, tak selamanya perjalanan meraih kesuksesan itu mulus.
Narosu berbagi cara bagaimana menggapai kesuksesan dalam diri mahasiswa. Dimulai dari mengenali diri sendiri sebagai dasar untuk mengembangkan bakat apa dan bidang apa yang kita sukai. Selanjutnya mahasiswa dapat melakukan pencarian wadah untuk mengembangkan bakat dan minat kita tadi. Bisa didalam kampus atau diluar kampus yang jauh lebih luas jangkauannya. Jika kedua hal tadi sudah diterapkan, langkah berikutnya adalah pengelolaan diri kita untuk mencapai kesuksesan yang kita mau. Harapan Narosu sederhana, beliau ingin bermanfaat bagi orang lain. Narosu mengharapkan akan ada next generation Rosy di USU pada tahun-tahun berikutnya. ”Kuliah itu modal untuk hidup, jadi kumpulkan modal sebanyak mungkin. Kalau ada mau pasti ada cara!” pungkasnya.