Hits: 65

Frans Dicky Naibaho / Lucky Andriansyah

Pijar, Medan. Lapar di malam hari tapi bingung mau makan dimana? Kini Sobat Pijar tidak perlu bingung lagi, kamu bisa datang ke Nasi Goreng Pandu di Jalan Pandu Kota Medan. Tempat makan yang berada di pusat kota ini, sudah dikenal luas oleh masyarakat Kota Medan maupun wisatawan sebagai makanan legendaris.

Nasi Goreng Pandu memang memiliki ciri tersendiri, dimasak dengan campuran rempah-rempah pilihan membuat aroma dari nasi goreng ini semakin khas. Cita rasa yang dihidangkan pun mampu membuat lidah ketagihan untuk menyantap nasi goreng ini lagi dan lagi. Dipadukan dengan cincangan semur ayam, membuat nasi goreng ini semakin menggugah selera. Tambahan telur dadar dan acar yang disajikan sebagai pelengkap dalam sepiring nasi goreng ini, membuatnya semakin nikmat disantap di malam hari.

Tempat makan yang dibangun oleh Hj. Dul Kasri pada 1975 ini memiliki rahasia pabrik yang berperan penting dalam kesuksesan memikat pelanggan. Salah seorang pegawai di Nasi Goreng Pandu, Sadimas mengungkapkan bahwa rahasia di setiap masakan yang dibuat ialah penggunaan bumbu-bumbu asli agar rasa yang tercipta pada masakan memiliki nyawa. Ia juga menjelaskan bahwa rasa saja tidak cukup. Penting bagi seluruh pegawai untuk mengutamakan Ramah Tamah dan Senyuman dalam melayani pelanggan.

Bumbu yang kita pakai itu asli supaya bumbunya itu terasa. Terus juga kita pakai ramah tamah dan senyuman ajalah menyambut pelanggan, ungkap Sadimas.

Hal ini dibuktikan dengan sambutan yang diberikan pegawainya, dengan menjamu pelanggan mulai dari datang hingga pulang. Hal lain yang menjadi keunggulan yaitu penyajian yang cepat membuat pelanggan tidak perlu menunggu lama untuk menyantap hidangannya. Jangan sampai pelanggan itu teriak ?Lama kali!, ujar Sadimas. Hal-hal kecil seperti inilah yang jarang diperhatikan oleh pengusaha-pengusaha kuliner lainnya.

Selain nasi goreng, menu-menu lain seperti mihun goreng, capcay, dan juga semur telur juga menjadi favorit pelanggan. Makanan-makanan ini disajikan sebagai pilihan lain bagi pelanggan yang ingin menikmati hidangan selain nasi goreng. Namun tak jarang, makanan seperti capcay dan semur telur dijadikan sebagai pelengkap dalam menyantap Nasi Goreng Pandu.

Sudah 42 tahun Nasi Goreng Pandu berada di tengah-tengah masyarakat Kota Medan. Selama perjalanan usahanya, Nasi goreng Pandu tidak pernah kehilangan pelanggan setianya. Salah satunya Hanas Hasibuan, mantan Kadispora Kota Medan yang merupakan salah satu pelanggan tetap Nasi Goreng Pandu sejak remaja, 30 tahun silam. Ia bercerita bahwa menu andalan yang selalu ia pesan yaitu nasi goreng dengan telur dadar dan semur telur. Hal lain yang membuat Hanas memilih Nasi Goreng Pandu ialah harga yang terjangkau dan sangat pas untuk isi dompet anak muda. Patut diakui bahwa harga Nasi Goreng Pandu memang terbilang murah. Hanya dengan Rp15000, Sobat Pijar sudah bisa menikmati sepiring nasi goreng dengan topping yang menjadi ciri khas nasi goreng Pandu.

Karena ini merupakan kuliner yang diincar wisatawan, maka sangat penting untuk selalu menjaga kebersihan, ramah tamah, dan kualitas dari masakan yang dibuat, pesan Hanas Hasibuan untuk Nasi Goreng Pandu.

Tempat makan di tepi jalan ini buka dari jam 19.00 hingga 03.00 WIB. Maka dari itu, Nasi Goreng Pandu menjadi pilihan yang tepat bagi orang-orang yang ingin mengisi perutnya di malam hari. Nasi Goreng Pandu mulai ramai pada jam 21.00 ke atas. Tak hanya remaja, tempat ini juga kerap kali dijadikan sebagai tempat wisata kuliner keluarga.

Suasana tempat wisata kuliner pinggir jalan ini menjadi salah satu ciri khas dari Nasi Goreng Pandu. Suara lalu lalang kendaraan di malam hari ini menjadi teman sembari menyantap hidangan yang dipesan. Tambah lagi, terdapat pengamen yang menghibur dan turut meramaikan suasana tempat ini. Selain menjadi tempat wisata kuliner, lokasi ini juga seringkali dijadikan sebagai tempat untuk berbincang bersama rekan-rekan sembari menikmati makanan yang dipesan.

Jadi, tunggu apa lagi? Masih ragu untuk datang ke Nasi Goreng Pandu?

(Redaktur Tulisan: Maya Andani)

Leave a comment