Hits: 70
Pijar, Medan. Durian sudah dikenal dengan rasanya yang nikmat. Buah ini juga disebut rajanya buah karena citarasanya yang tidak terkalahkan tersebut. Namun, kulitnya yang tajam seakan memberi arti untuk para penikmat agar berpeluh terlebih dahulu untuk menikmatinya. Setelah mampu menyelesaikan rintangan yang cukup rumit, akhirnya penikmat mampu untuk menikmati kelembutan, keajaiban, dan sebuah mahakarya yang bernama buah durian. Daging buahnya yang tebal seakan membuat kita melupakan perjuangan berat untuk mencapai sebuah kenikmatan maksimal. Itulah esensi dari memakan buah ini, dianjurkan berpeluh dan bersusah dahulu agar kenikmatan dapat menakjubkan.
Durian dalam bahasa latinnya disebut dengan Bombacea SP merupakan sejenis buah-buahan yang awalnya tumbuh liar di daerah Malaysia. Selain bisa didapatkan di Malaysia, buah ini tergolong subur di berbagai daerah di Indonesia, khususnya di daerah Sumatera dan Kalimantan. Akibatnya, kebanyakan pasokan durian untuk daerah Jawa berasal dari Sumatera dan Kalimantan.
Dengan berbagai macam manfaatnya, banyak orang menggemari buah yang masih satu famili dengan tanaman Kapuk Randu (ciebapetandra) ini. Adapun manfaatnya antara lain adalah mampu mengatasi penyakit kuning dan penyakit kulit. Hal tersebut dikarenakan menurut Departemen Pertanian Setiap 1 salut biji durian mempunyai nilai kandungan gizi 28,3 g karbohidrat, 2,5 g lemak, 2,5 g protein, 1,4 g serat, serta memiliki nilai energi sebesar 520 kJ. Durian juga banyak mengandung vitamin B1, B2, dan vitamin C, serta kalium, kalsium, fosfor dan 67 g air. Selain itu, dari bijinya kita dapat merebus atau membakarnya dan dapat dijadikan cemilan sehat karena mengandung pati yang sangat tinggi.
Dibalik segala manfaat dan kenikmatan buah durian, banyak fungsi durian yang dapat berguna untuk pemerintah daerah. Salah satunya, buah durian dapat dijadikan ikon kota Medan dalam halnya mengenalkan keragaman kuliner kota Medan. Hal pertama yang paling penting untuk dianalisa adalah dari strategi STP (Segmentasi, Targeting, dan Positioning). Segmentasi (Philip Kotler, 1997) mengatakan bahwa segmentasi adalah suatu strategi untuk memahami struktur pada pasar. Pihak pemerintah harus mampu mengenal betul peluang untuk dipasarkan (dikenalkan). Salah satu metodenya adalah melihat apakah sudah ada negara atau bahkan daerah yang menggunakan buah durian sebagai ikon kotanya. Salah satunya Thailand dengan durian Monthong. Dengan terdapatnya Thailand dan durian Monthongnya, pemerintah (praktisi pemasaran) harus benar-benar jeli melihat peluang pasar yang belum digarap. Salah satunya pasar dapat disegmentasikan menurut variabel-variabel demografi, seperti gender, lokasi, pendapat, pekerjaan, usia, pendidikan, cohort (generasi). Salah satu contoh misalnya, segmennya yaitu: pria, di perkotaan, berusia 20-50 tahun, bekerja, berpenghasilan Rp 2 juta ke atas setiap bulan dan berpendidikan minimal D-3. Selanjutnya segmentasi demografi ini dipertajam oleh segmen psikografis (perilaku), seperti orientasinya terhadap karier, keluarga dan komunitas, motivasinya dalam berkonsumsi, kecenderungan terhadap mode, dan sebagainya. Kemampuan pemerintah dalam menyeleksi pasar untuk lebih mengenalkan durian dapat berperan penting dalam kesuksesan Medan dikenal dengan kota penghasil durian yang enak.
Setelah kita telah berhasil menyeleksi segmentasi pasar, tahap berikutnya adalah targeting (memilih target). Targetting adalah menetapkan target pasar dan menyeleksi segmen-segmen pasar mana yang akan dituju. Dalam halnya memilih target pasar adalah pria dewasa, pemerintah dapat menggunakan buah durian dalam segala kegiatan yang bersifat ke negaraan. Seperti jamuan-jamuan makan malam para tamu negara diberikan semua hal yang berkaitan dengan durian Medan, seperti cocktail durian, es krim atau puding durian, spaghetti dengan kuah durian, keripik durian, cake durian dan berbagai macam makanan lainnya yang berbahan dasar durian.
Selanjutnya terakhir adalah positioning. Positioning bukan sesuatu hal yang anda lakukan terhadap produk, akan tetapi suatu hal yang Anda lakukan terhadap otak calon pelanggan (Ries dan Trout, 1986). Disini pemerintah sangat berperan penting dalam halnya mind game dari para konsumen. Misalnya pemerintah menggunakan durian sebagai makanan wajib kenegaraan, menggunakan durian olahan sebagai salah satu oleh-oleh untuk para tamu negara, ataupun membuat suatu festival durian yang berskala Internasional, iklan-iklan dan bahkan promosi . Dengan cara tersebut, positioning Medan dengan kota durian akan sangat mudah dikenal oleh dari pihak lain.
Terlepas dari semua itu, sekarang pemerintah memang diwajibkan memaksimalkan suatu hasil bumi daerah sendiri. Pemerintah terkadang hanya dibutakan oleh salah satu hasil bumi yang kurang menguntungkan tetapi telah berakar menjadi sebuah kebiasaan yang dibutakan. Diharapkan setidaknya pemerintah dapat menggunakan hasil bumi yang baru, seperti buah durian yang dapat setidaknya mendorong perekonomian daerah mereka lebih baik ke depannya.
Drs. Safrin, MSi
Pengajar di Ilmu Komunikasi USU