Hits: 22

Pijar, Medan. Go green telah menjadi salah satu topik paling dielukan beberapa tahun belakangan ini. Upaya untuk menyelamatkan bumi dengan pengurangan limbah hingga inovasi usaha semakin marak dilakukan. Meski terdapat beberapa pihak yang masih tidak peduli dengan hal ini, namun tetap saja ada banyak pihak yang peduli akan keselamatan bumi. Berbagai macam inovasi pun telah diciptakan, mulai dari yang masih tradisional hingga yang menggunakan teknologi terapan. Salah satu upaya yang paling sederhana adalah dengan menanam pohon.

Setiap harinya jumlah penduduk dunia terus bertambah. Namun tidak dengan jumlah pohon yang ada di hutan. Pepohonan terus ditebang untuk memenuhi kebutuhan manusia baik legal dan ilegal. Kayu-kayu yang dihasilkan akan diubah menjadi berbagai bentuk peralatan kebutuhan manusia. Lahan hutan atau vegetasi juga semakin sempit karena pembangunan yang terus terjadi seiring pertambahan jumlah penduduk.

Ketika pohon-pohon tersebut ditebang, tentu fungsi pohon sebagai bank penghasil oksigen yang dibutuhkan manusia akan sangat berkurang. Berdasarkan data yang ada, saat bernafas manusia akan menghirup 0,5 liter udara (20% oksigen dan 79% nitrogen). Jika rata-rata setiap orang akan bernafas 20 kali dalam satu menit, maka dalam sehari setiap orang akan memerlukan 2.880 liter oksigen. Maka dalam satu tahun rata-rata orang akan menghirup 1.051.200 liter oksigen. Bagaimana kalau oksigen yang kita hirup harus dibeli? Karena bagaimana pun oksigen merupakan unsur terpenting dalam kelangsungan hidup manusia. Tubuh manusia mutlak memerlukan oksigen dapat bekerja sebagaimana harusnya agar tetap hidup.

Sumber : http://astacala.org/wp/2012/12/kondisiku-saat-ini/

Jadi, bersyukurlah kita bahwa masih bisa menghirup udara yang disediakan alam secara gratis. Kecuali jika anda sedang dirawat di ICU dan membutuhkan oksigen murni. Sejak di Sekolah Dasar telah diajarkan bahwa oksigen dihasilkan oleh tumbuhan, baik tumbuhan besar maupun kecil bahkan rumput sekalipun.

Namun bagaimana jadinya jika semua tumbuhan telah habis? Manusia harus membeli untuk bisa bernafas. Tentu tidak ada yang mengharapkannya jika menusia itu masih waras. Reboisasi merupakan salah satu cara untuk menanggulangi kemungkinan buruk itu. Pohon yang telah ditebang digantikan dengan menanam pohon baru.

Bukan berarti anda harus menebang pohon dulu untuk boleh menanam pohon kembali. Pernahkah kita tahu apakah mereka yang menebang pohon melakukan reboisasi? Tentu tidak kan? Bagaimana mungkin hutan bisa semakin sempit jika mereka tetap patuh untuk melakukan reboisasi. Maka dari itu, anggap saja kita telah menebang pohon melalui barang-barang yang kita punya berasal dari kayu pohon tersebut, lalu kita melakukan reboisasi untuk menggantikannya.

Di Bali, sebuah komunitas yang bernama “World Silent Day” telah melakukan aksi ‘One Baby One Tree’ sejak 2008. Pada 21 Maret 2011 lalu mereka telah membagikan 12 bibit pohon untuk ditanam kepada 12 ibu yang melahirkan pada hari itu. Selain itu pada tanggal yang sama, mereka juga menghimbau masyarakat untuk melakukan aksi diam selama empat jam dimulai pukul 10.00 sampai pukul 14.00. Aksi ini dilakukan dengan mematikan peralatan elektronik yang ada selama empat jam.

Selain “World Silent Day”, salah satu tokoh berpengaruh yang juga melakukan aksi ‘One Baby One Tree’ adalah ibu Negara Ani Yudhoyono. Dalam wawancara dengan Marisa Anita dalam program “Satu Indonesia” di salah satu stasiun TV swasta, ibu Ani mengatakan telah menanam empat pohon di Istana Negara setelah kelahiran cucu pertamanya, Almira pada tahun 2008. Begitu pula ketika Airlangga Satriadhi Yudhoyono cucu kedua ibu Ani Yudhoyono lahir, beliau juga menanam pohon Manggis di Istana.

“Sekarang untuk menghirup udara yang sehat itu tidak mudah. Kita harus menanamnya. Ketika Aira lahir, saya mengkampanyekan satu pohon tiap kelahiran. Jadi saya menanam pohon untuk Aira. Bukan hanya satu pohon, tetapi empat pohon saya tanam di istana dan beberapa di Cikeas. Jadi kalau Aira ke istana saya ajak melihat pohonya, ungkap ibu Negar saat wawancara.

Pohon itu pun sengaja dinamai, karena pohon kenari menjadi Kenari Aira. Sehingga dia akan senang. Kemudian saat Airlangga lahir,ibu Ani menanam pohon manggis, jadi diberi nama Manggis Airlangga. Sehingga suatu saat nanti mereka mengerti bahwapohon-pohon tersebut dulu ditanam untuk menandai kelahiran mereka.

Tidak dapat dipungkiri bahwa bumi tempat manusia berpijak semakin tua. Kerusakan yang telah terjadi akibat ulah manusiapun dampaknya dapat kita rasakan saat ini. Tidak ada yang tahu berapa lama lagi bumi dapat bertahan. Saat-saat terakhir bumi pasti akan tiba. Oleh karena itu, sebelum waktu itu tiba sudah sepatutnya kita menjaga bumi ini semampu kita. Meskipun hal kecil, jika dilakukan oleh banyak orang tentu akan memiliki dampak yang besar. Lakukan tidak hanya untuk kita saat ini. Karena mungkin kita tidak akan lama dapat menikmatinya. Maka persiapkanlah bumi yang indah dan nyaman untuk anak cucu kita nantinya. Berikan hadiah untuk kita, anak cucu dan bumi kita tercinta dengan menanam pohon. [NF]

 

Leave a comment