Hits: 722

 

Film Shattered Glass menggambarkan pentingnya kejujuran bagi seorang jurnalis. Foto : candylicious.edublogs.org .

Sutradara     : Billy Ray

Penulis        : H. G. Bissinger

Pemain        : Hayden Christensen, Peter Sarsgaard, Chloe Sevigny, Hank Azaria dan Steve Zahn

Pijar, Medan.Sebuah film dari kisah nyata selalu menarik untuk kita tonton. Pertanyaan besar sebelum menontonya adalah apa yang membuatnya bagitu istimewa hingga hal tersebut di difilmkan. Begitu pula dengan film satu ini, yang di adaptasi dari kisah nyata seorang jurnalis di Amerika Serikat.

Kesan pertama yang saya dapat saat menonton film Shattered Glass adalah bahwa penonton akan disuguhkan sebuah cerita sukses seorang jurnalis. Pada awal film, penonton diperkenalkan dengan seorang jurnalis muda bernama Stephen Randall Glass (Hayden Christensen). Ia menulis untuk beberapa media cetak di Amerika, antara lain Harper’s Magazine, George Magazine, Rolling Stone dan The New Republic.

Majalah The New Republic merupakan sebuah majalah yang memiliki pengaruh bagi politik Amerika Serikat yang terbit sejak tahun 1914. Dari 16.400 majalah yang ada di Amerika, majalah ini adalah satu-satunya majalah resmi yang di baca oleh presiden Amerika di Air Force One. Ada 15 penulis di The New Republic pada saat itu dan Stephen Glass adalah salah satu penulis termuda.

Pengalamannya di berbagai media membuatnya memiliki gaya penututuran yang khas. Dalam tulisannya ia selalu menggambarkan kejadian dengan begitu nyata. Selain itu, memiliki hubungan yang baik dengan rekan-rekan kerjanya, membuat suasana kantor menjadi begitu nyaman tiap kali Stephen ada. Suasanan rapat di kantor yang tegang dan membosankan selalu berubah menjadi menyenangkan tiap kali Steph menjelaskan apa yang ia tulis. Ia menjelaskan dengan begitu nyata semua kejadian yang ia amati saat liputan, serta kebaikan – kebaikan kecil lainnya yang membuat tidak seorangpun berpikir untuk menolak tulisannya. Keadaaan yang sangat menguntungkan bagi Stephen.

April 1998, Stephen menulis artikel berjudul ‘Spring Breakdown’. Di artikel tersebut ia menceritakan tentang kelakuan anggota Partai Republik di sela sebuah pertemuan konservasi. Ia menggambarkan kelakuan buruk yang dilakukan anggota-anggota partai itu yang rata-rata usianya masih muda.

Hayden Christensen berperan sebagai Stephen Randall Glass, seorang jurnalis muda yang melakukan kebohongan dalam beritanya. Foto : http://cdn1.movieroomreviews.com/shattered-glass/photo/shattered-glass-movie-pictures-6.

Akan tetapi, awal mimpi buruk bagi Stephen. Editornya, Michael Kelly (Hank Azaria) menemukan kesalahan dalam tulisannya kali ini. Bagian kecil dari tulisan Stephen yang faktanya tidak dapat ditemukan. Penelurusan faktapun dilakukan dan Stephen mengakui kesalahannya pada bagian tersebut. Ia aman untuk sementara.

Dalam film tersebut Michael Kelly digambarkan sebagi seorang editor yang mengayomi penulis-penulisnya. Demi melindungi para penulisnya Michael Kelly bertengkar dengan bosnya. Era baru pun di mulia, Michael di pecat dan digantikan oleh Chuck Lane (Peter Sarsgaard).

Pada masa jabatan Chuck menjadi editor majalah tersebut, Stephen menulis 14 artikel dan tulisan terbesar yang ia tulis adalah Hack Heaven. Sebuah tulisan tentang perundingan antara seorang hacker muda dengan utusan sebuah perusahaan. Anak tersebut bernama Ian Restil. Seorang hacker muda yang meretas database sebuah perusahaan bernama Jukt Micronics.

Kebohongan Stephen mulai terungkap melalui penelusuran fakta yang dilakukan Adam Panenberg (Steve Zahn), editor Forbes Digital terhadap kebenaran artikel Hack Heaven. Hal tersebut menuntut Chuck untuk bertindak keras kepada Stephen. Dapat ditebak, karir Stephen Glass pun berakhir. Fakta yang mengejutkan menyatakan bahwa 27 artikel dari 41 yang ia tulis adalah hasil rekayasa.

Suatu kenyataan yang menyakitkan dimana sebuah majalah besar yang terpercaya dapat mengalami hal tersebut. Peran media yang sangat dibutuhkan masyarakat membuat penulis berita melakukan apapun demi mendapatkan berita dan agar namanya dapat semakin dikenal orang. Seperti petikan dialog Stephen di akhir film berikut:

You have to know who you’re writing for.

And you have to know what you’re good at..

I find out what moves them, what scares them and I write that down. That way, they’re the ones telling the story.

And you know what?

Those kind of pieces can win Pulitzers too.

 

Seorang jurnalis dituntut untuk dapat bekerja dengan cepat di bawah tekanan. Namun ketika seorang jurnalis memberikan sebuah berita bohong kepada publik, maka itu akan menjadi candu baginya. Ia akan terus memberikan berita bohong lain untuk menutupi kebohongan-kebohongan sebelumnya. Sama halnya seperti yang terjadi dalam keseharian kita.

Film ini memberikan pelajaran moral yang sangat berharga. Dimana seseorang hanya perlu berlaku jujur untuk mendapatkan kesuksesan yang sebenarnya. Kebahagiaan yang dirangkum dalam sebuah kebohongan akan menyakitkan saat terungkap. Seperti halnya yang dialami rekan kerja Stephen Glass yang selama ini mempercayainya, ternyata mereka telah diracuni dengan sangat perlahan agar dapat mendukung kinerja Stephen kala itu.

Bagi para jurnalis muda, film ini dapat menjadi pengingat bagi mereka agar dapat menentukan langkah yang akan dipilihnya kedepannya. Juga sebagai lampu peringatan untuk tidak melakukan hal yang merugikan. Cukup melakukan hal dengan jujur dan mengikuti aturan untuk bisa mendapatkan penghargaan sejati. [nf]

Leave a comment