Hits: 60
Frans Dicky Naibaho
“Ada hari di mana kita harus berhenti sebentar, melihat ke belakang, lalu bersyukur.” -Marchella FP.
Pijar, Medan. Ini adalah hari yang tepat untuk kita berhenti sejenak. Sebentar saja. Kembali mengenang masa-masa ketika segalanya tampak lebih sederhana dibandingkan hari ini. Saat kita belum benar-benar berjuang untuk diri sendiri, saat kita merasa belum menanggung segala beban yang kita pikul hari ini.
Lihat ke belakang. Ingat kembali bagaimana majalah Bobo mengisi hari-harimu, Tamiya dengan segala perintilannya tanpa sadar menyita waktu, dan kartun maraton yang tayang setiap akhir pekan membuatmu betah berada di depan televisi seharian. Ingat kembali kisah-kisah yang kamu rasakan di era 90an lewat buku Generasi 90an.
“Masa lalu jangan biarkan berlalu, mari kita ungkit-ungkit kembali.” Demikianlah Marchella FP mengawali tulisannya dalam buku Generasi 90an. Sebagaimana ciri khas Marchella dalam membuat karya, Generasi 90an dikemas dengan pesan-pesan singkat dilengkapi ilustrasi orisinal buatannya.
Menjalani tugas akhir bagi mahasiswa jurusan Desain Komunikasi dan Visual memang sedikit berbeda. Bukan hanya sekadar membuat karya tulis, mereka juga dituntut untuk menghasilkan karya dengan konsep yang unik. Berawal dari tugas akhir yang dijalani oleh Marchella, Generasi 90an lahir dan menjadi mesin waktu bagi para pembacanya untuk bernostalgia ke masa lalu. Generasi 90an merupakan sebuah karya pengarsipan pop-culture generasi Y dalam bentuk ilustrasi informatif.
Dalam bukunya, Marchella menjelaskan secara terang-terangan segala hal yang menjadi ciri khas anak tahun 90an. Meski hanya dirangkum dengan 144 halaman, Generasi 90an mampu menggambarkan bagaimana perbedaan yang dirasakan anak-anak pada masa itu jika dibandingkan dengan anak masa kini. Mulai dari tayangan televisi pada zaman dulu, majalah-majalah remaja, gaya berpakaian di era 90an, permainan seperti yoyo dan gembot, hingga bahasa-bahasa gaul yang digunakan pada tahun 1990 hingga 1999 diulas dalam buku ini.
Selain membuat nostalgia, Generasi 90an juga menambah daya imajinasi pembacanya seperti yang diakui Bella Ribka. “Buku ini enak buat dibaca, kayak lagi masuk ke mesin waktu. Mengembalikan ingatan gitu. Yang paling aku suka ilustrasinya, cakep banget. Nggak bikin bosan bacanya. Colorful tapi masih nyaman di mata. Dan ngebantu banget buat berimajinasi. Jadi makin enjoy bacanya,” tutur Bella, salah satu pembaca buku Generasi 90an.
Meski pertama kali terbit pada tahun 2013, Generasi 90an hingga saat ini masih dapat ditemukan di gerai toko buku terdekat. Dikemas dengan menggunakan kover yang tebal, buku ini dibandrol dengan harga yang cukup tinggi pula.
“Bukunya nostalgic banget. Dan sangat relatable. Walaupun bukan bagian dari generasi 90an tapi pasti tetap bakal kebawa sama serunya cerita-cerita di buku ini yang mencerminkan banget masa itu. Book of happiness aja pokoknya, walaupun dibacanya bentar, tapi bakal jadi bacaan seru pas lagi bosan atau mumet karna menghibur banget. Apalagi buat yang suka flashback, it’s a must read,” lanjut Bella.
Tidak hanya habis disitu, Marchella FP kembali menerbitkan buku sambungan dari Generasi 90an yang berjudul Generasi 90an: Anak Kemarin Sore. Masih sama, tetap membuat nostalgia, namun kali ini lebih dalam lagi.
“Banyak kebahagiaan sederhana yang harus dicatet, buat ditunjukin ke generasi masa depan.” – sampul belakang buku Generasi 90an: Anak Kemarin Sore, Marchella FP.
(Redaktur Tulisan: Intan Sari)