Hits: 24

Pijar, Tomok. Ditengah arus kebudayaan global yang semakin membaratkan Indonesia dan semakin luntur nya semangat para generasi muda akan hasil kesenian daerah, kain Ulos tetap bertahan.
Hasil kesenian dari Suku Batak ini tetap mempunyai penggemar setia, baik dari suku Batak itu sendiri maupun turis asing . Beberapa malah ada yang sering beli borongan untuk dijual ke luar negeri. Kain yang sepintas juga memiliki bentuk seperti kain Songket (bentuk kerajinan asli dari Palembang-red) ini merupakan sebuah kerajinan yang keramat. Karena pemakaian Kain Ulos ini tidak boleh di sembarang waktu.
Penggunaan kain Ulos itu sendiri , tergantung pada jenis dan acara apa yang sedang terjadi. Seperti Ulos Ragihotang yang dipakai pria pada acara pernikahan, sedangkan pihak wanita menggunakan sadum. Ulos Sadum juga sering dipakai untuk acara yang bersifat non formal dan dapat juga sebagai buah tangan. Sedangkan Ulos Sibolang dipakai ketika menghadiri acara yang bersifat dukacita.
Asal usul kain Ulos itu sendiri tidak terlalu jelas. Ada yang mengatakan bahwa kain Ulos dibuat sebagai harta kebesaran oleh para Raja Batak. Adapula sejarah yang mengatakan bahwa pada zaman dahulu para leluhur batak sering tinggal di daerah pegunungan. Mereka kebanyakan mempunyai profesi sebagai petani atau berkebun berbagai jenis buah dan sayuran. Dalam hal ini ulos mempunyai dua fungsi yaitu sebagai penghalang sinar matahari ketika sedang berkebun, lalu ada fungsi lainnya yaitu sebagai penghangat ketika hendak melakukan aktivitas pada malam hari.
Selain itu, bagi orang Batak kain Ulos sendiri sampai sekarang merupakan sebuah bentuk harta yang berharga. Karena biasanya kain ulos pada suatu keluarga atau marga, mempunyai jenis kain ulosnya sendiri. Sehingga kain tersebut hanya diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya. Namun , dibalik sakralnya sebuah kain ulos itu, para pengrajin kain ulos memiliki kecemasan tersendiri. Sebagian besat penenun atau pengrajin kain ulos yang ditemui tim mediapijar.com, adalah ibu-ibu yang berusia lanjut.
Kecintaan generasi muda pada kerajinan khas daerah sangat rendah. Hal ini sepertinya bukan hanya terjadi pada kesenian batak saja. Hampir seluruh kesenian kerajinan di Indonesia terancam punah karena tidak adanya generasi penerus, untuk meneruskan kerajinan khas masing-masing daerah, khususnya kesenian batak.
Seperti yang diungkapkan oleh Opung (panggilan nenek orang Batak) Magdalena Simatupang, “Mereka sudah tidak peduli lagi pada kerajinan dari daerahnya sendiri dek. Opung juga udah berusaha untuk mengajarkan para perempuan di kampung ini (samosir-red), tapi ya mungkin mereka sangat kurang minat.”
Alat tenun yang digunakan juga masih sangat tradisional. Sebagian besar alat pembuat ulos ini masih digunakan secara manual. Tentu ini akan memakan waktu dan tenaga yang cukup banyak. Bahan pembuatan kain tersebut juga dari bahan alami. Kain dibuat dari benang yang diambil dari kapas hasil perkebunan setempat. Pewarnanya diambil dari alam seperti kulit kayu, lumpur, dan dedaunan. Namun dibalik pembuatan yang cukup melelahkan tersebut, hasil tenunan kain Ulos itu memiliki kualitas yang sangat baik. Dari bentuk motif, jahitan, ketahanan kain dan pewarnaan merupakan kualitas utama yang berbeda dibandingkan dengan menggunakan mesin. Hal tersebut lah yang membuat harganya cukup mahal. Satu ulos bahkan dapat mencapai jutaan rupiah.
Jimmie Sigirong, seorang yang dinilai turut menjaga budaya batak, menjelaskan bahwa kerajinan asli hasil kesenian Batak ini, juga mempunyai pengertian dari warna dan motifnya. Warna Merah mempunyai arti dunia tengah (Dunia Nyata), Warna Putih mempunyai arti dunia atas ( Suci), dan Hitam (menunjukkan) dunia kematian. “Motif itu kebanyakan sesuai dengan selera saja, tetapi yang paling penting warnanya tetap mempunyai elemen merah,putih, dan hitam”, ungkapnya.
Melihat tentang rendahnya kecintaan generasi muda pada kesenian daerah, pemilik tempat pertunjukan boneka Sigale-gale (Boneka yang dapat menari-red) juga merasa kecewa. Menurutnya, hal tersebut akibat modernisasi dari Barat yang meracuni pemikiran anak muda. Beliau berharap agar setidaknya kain Ulos ini tetap lestari, karena kain Ulos ini merupakan salah satu kekayaan dari budaya Indonesia yang patut dibanggakan. Apa yang bisa anda lakukan? (Yda)