Hits: 19

Auditorium USU dipenuhi hawa mistis. Hawa yang membuat bulu kuduk berdiri. Tiba-tiba muncullah sosok-sosok menakutkan dari berbagai penjuru. Pocong, kuntilanak, zombie serta sosok menyeramkan lainnya menyerbu dan berkumpul di tengah panggung. Spontan beberapa penonton berteriak histeris. Selanjutnya, sesuatu yang tidak diduga-duga terjadi. Suara musik menghentak datang dan menghempaskan semua rasa takut penonton. Semua sosok menyeramkan tadi malah menari-nari sambil mengikuti irama musik. Suasana yang penuh rasa ketakutan, berubah menjadi riuh penuh tawa dari penonton.
Pijar, Medan. Cerita diatas merupakan salah satu adegan yang disajikan dalam saHIVa Drama Musikal pada Minggu (2/12) lalu. Acara yang dilangsungkan di Auditorium USU ini berlangsung begitu meriah, seru, informatif serta menghibur. Bagaimana tidak, hampir dua ribu peserta memenuhi setiap bangku yang ada di tempat tersebut. Peserta terdiri dari mahasiswa, pelajar (SMA), orang tua dari para talent serta undangan lainnya. Acara ini juga didukung oleh 38 support team dan 15 media partner yang saling bahu membahu demi kesuksesan acara saHIVa Drama Musikal ini.
Pagelaran akbar yang disutradarai oleh Ripayandi David AJP ini dimulai sekitar pukul 14.00 WIB. Acara dibuka dengan sambutan oleh Ketua Panitia saHIVa Drama Musikal, M. Luthfiansyah. Setelah itu dilanjutkan dengan kata sambutan dari Prof. Dr. Iriantoyang mewakili Rektor USU. Dalam kata sambutannya, beliau mengaku gembira dan bangga dengan karya saHIVa Drama Musikal ini. Beliau berpendapat jika pengetahuan mengenai HIV/AIDS tidak digalakkan dari sekarang, generasi pemuda nantinya akan lemah. Padahal, para pemuda merupakan tonggak sejarah bangsa kita. Pemuda itu harus kuat, berwawasan dan sehat tanpa narkoba. Ia berharap agar saHIVa Drama Musikal mampu memberikan informasi mengenai HIV/ AIDS bagi semua hadirin yang datang.
Setelah kata sambutan, acara selanjutnya adalah pemutaran video dan penampilan dari beberapa support team. Support team yang unjuk gigi dalam acara ini antara lain angklung, modern dance, nunchaku (double stick), parkour, tari salsa, sulap, capoeira, tarian tor-tor, shuffle dance, beatbox, tari saman dan stand up comedy. Penampilan yang begitu fantastik ini disambut dengan tepuk tangan meriah dari penonton yang hadir.
Setelah semua support team menunjukkan kebolehannya, acara dilanjutkan dengan drama musikal. Drama musikal ini bercerita tentang Ucok, seorang pemuda Batak yang tinggal di pedesaan. Ia memohon kepada orang tuanya untuk kuliah di Medan. Orang tua Ucok awalnya menolak karena khawatir anaknya nanti bergabung dengan geng motor, menghamili anak orang atau berbuat hal yang tidak baik disana. Namun, karena melihat tekad Ucok yang sudah bulat untuk berkuliah, akhirnya hati mereka luluh.
Sesampainya di Medan, Ucok malah terjerumus ke pergaulan yang kurang baik akibat mengikuti ajakan teman-temannya. Suatu malam, Ucok diajak ke pub. Disana ia bertemu dengan seorang wanita bernama Putri. Ucok ingin mengajak Putri berkenalan dan bermaksud menyatakan cintanya. Namun, Putri menolak. Ia menganggap Ucok tidak tahu apa-apa tentang dirinya. Putri ternyata memiliki aib, ia hamil di luar nikah. Semua terjadi akibat pergaulan bebas. Ucok kaget mendengar pengakuan langsung dari mulut Putri. Tapi, Ucok sudah bertekad bahwa ia berbeda dengan lelaki yang telah merusak kesucian Putri. Akhirnya, Ucok dan Putri pergi ke dukun untuk melakukan aborsi.
Drama tadi merupakan potret perilaku remaja di masa kini. Kurangnya informasi mengenai kesehatan reproduksi menyebabkan para tulang punggung bangsa terjerumus dalam perilaku yang menyimpang. Banyak hal yang tidak diinginkan terjadi seperti kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit menular seksual atau yang paling parah adalah terinfeksi virus HIV. Karena minimnya informasi itulah, maka Unit saHIVa berinisiatif melakukan seminar mengenai kesehatan reproduksi dan bahaya HIV/AIDS. Namun, Unit saHIVa tidak ingin mengadakan seminar yang biasa saja. Mereka membuat konsep yang berbeda, yakni seminarnya dalam bentuk Drama Musikal. Visualisasi seminar ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada khalayak tanpa bermaksud menggurui, namun dapat diterima dengan baik serta menghibur.
Semua yang diharapkan tim panitia saHIVa Drama Musikal terwujud. Beberapa penonton mengaku senang dan terhibur dengan acara tersebut. Fira misalnya, mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi USU ini berpendapat bahwa acara saHIVa Drama Musikal yang baru saja ia saksikan, luar biasa dan tidak mengecewakan. “Acaranya bagus dan tak terduga. Gak kecewa nontonnya. Walaupun ada kesalahan kecil, namun semua bisa dimaklumin. Bukan cuma menampilkan kreativitas aja, tapi ternyata banyak juga pesan yang bisa didapat. Misalnya mengenai HIV, aborsi, seks bebas dan yang lainnya. Jadi tidak bosen nonton acaranya,” ungkapnya. Sedangkan menurut salah satu siswa SMA Dharma Pancasila, Renaldi Adam, acara saHIVa Drama Musikal tersebut sukses, meriah, kreatif serta menghibur. “Acaranya bagus, membuat wawasan saya bertambah luas mengenai HIV/AIDS dan reproduksi seksual. Saya juga terhibur, apalagi waktu ada ‘Kakek Gaul’ tadi. Semoga acara selanjutnya lebih kreatif lagi,” ujar Renaldi.

Salah satu penampilan yang mendapat sambutan paling meriah adalah stand up comedy dari Budi Santoso. Mahasiswa Politeknik Negeri Medan jurusan Teknik Konversi Energi ini memerankan karakter sebagai ‘Kakek Gaul’. Gerak tubuh dan mimik wajah Budi benar-benar dapat dikatakan ‘sempurna’. Ia begitu cocok memerankan karakter tersebut. Guyonan yang dilemparkannya pun mampu memacu gelak tawa dari seluruh penonton. Tak ayal, ‘Kakek Gaul’ ini menjadi favorit para peserta yang hadir. “Awalnya saya cemas dan agak blank karena belum tahu kondisi panggung. Namun, ketika penonton memberi sambutan yang baik, yakni memberikan tepuk tangan yang deras, semangat saya semakin bertambah,” ujar Budi sambil tersenyum.
Sutradara saHIVa Drama Musikal, Ripayandi David AJP, mengatakan bahwa tujuan dari acara ini adalah supaya peserta dapat melihat bahwa kreativitas anak muda itu bisa booming, bisa menggigit dan bisa berguna. Jadi tidak ada alasan untuk melakukan hal-hal yang negatif karena banyak hal-hal positif yang bisa kita pilih. saHIVa Drama Musikal rencananya akan tampil kembali pada Januari 2013. Hal ini dilakukan untuk ‘membayar’ antusiasme para calon peserta yang pada saHIVa Drama Musikal kemarin tidak bisa menonton karena tiketnya sudah habis terjual. Padahal, masih ada sekitar 400 orang lagi yang berencana untuk membeli tiket tersebut. “Saya berharap acara selanjutnya bisa lebih sukses lagi dan kesalahan-kesalahan hari ini, baik teknis maupun nonteknis, bisa kami perbaiki. Untuk konsep dan cerita mungkin masih sama. Namun, mungkin ada yang akan diperbaharui dari segi teknisnya,” tutur Ripayandi.
Mari kita tunggu saHIVa Drama Musikal selanjutnya. Sebuah mahakarya spektakuler persembahan para pemuda Medan ini wajib untuk disaksikan. Tidak hanya hiburan, namun berbagai informasi penting mengenai HIV/AIDS, kesehatan reproduksi dan kegiatan positif lainnya disajikan lengkap disini. Jadi, jangan sampai ketinggalan ya acara selanjutnya. Dijamin bakal tambah seru dibandingkan yang sebelumnya.[hdn]