Lifestyle

Decluttering, Gaya Hidup Minimalis

Decluttering tidak hanya sekadar kegiatan merapikan biasa. Tren gaya hidup decluttering ini dapat memberikan dampak yang positif jika dilakukan secara terus-menerus, karena dapat mengurangi seseorang membeli barang-barang yang dianggap kurang dibutuhkan. Decluttering dapat dilakukan tanpa mengeluarkan biaya sepeser pun, hanya dengan bermodal mengosongkan sebuah tempat yang berisi barang-barang yang tidak terlalu penting, maka tren gaya hidup minimalis ini sudah dapat dilakukan. Jika sobat Pijar bingung ingin memulai dari mana, terdapat beberapa cara untuk mulai mengorganisir barang-barang yang kalian miliki yang mungkin dianggap sudah menumpuk serta perlu dibenahi.

Waspadai Compulsive Shopping Disorder Menjelang Hari Besar

Perilaku berbelanja online sudah menjadi kebiasaan banyak orang, terutama di tengah kondisi pandemi seperti saat ini yang mengharuskan kita untuk melakukan segala sesuatu dari rumah. Namun, terkadang keinginan serta kebutuhan sering kali menjadi titik permasalahan. Banyak orang cenderung membeli benda atau produk yang tidak terlalu dibutuhkan, hanya dengan alasan mengikuti tren. Apalagi jika barang-barang tersebut diberi potongan harga dan penawaran yang menarik, seperti saat sebuah toko retail yang berusaha menarik minat pembeli dengan obral atau menggunakan strategi pemasaran seperti buy 1 get 1 atau diskon 50% all item. Tidak heran jika orang-orang berburu untuk memborong barang-barang tersebut. 

Pentingnya Tiga Kata Ajaib: Terima kasih, Maaf dan Tolong

Terima kasih, maaf dan tolong merupakan tiga kata ajaib yang sering terlupakan, bahkan dianggap sepele oleh sebagian orang. Padahal dalam kehidupan sehari-hari, seharusnya tiga kata ini sering digunakan untuk menghargai orang lain.

Nonton Maraton itu Binge-Watching, Ini Dampaknya!

Menurut Oxford Dictionary tahun 2018, binge-watching adalah menonton beberapa episode serial TV terus-menerus secara berurutan, umumnya dengan menggunakan DVD atau streaming online. Biasanya pelaku binge-watching akan menghabiskan banyak waktu untuk menonton film seri secara sekaligus. Asal usul kata binge sendiri dimulai pada abad ke-19, binge diartikan sebagai merendam tong atau kapal kayu lainnya agar tidak bocor, yang akhirnya menjadi sebuah metafora untuk ‘basah kuyup’ atau minum berlebihan (Zimmer, 2013).

Kepincut Tren si Janda Bolong

Fenomena tanaman hias janda bolong ini mulai meroket disebabkan tanaman ini menjadi tren di kalangan orang yang memiliki rumah minimalis serta kalangan elite. Bak primadona, para pecinta tanaman hias rela merogoh kocek yang cukup dalam untuk menjadi salah satu kolektor tanaman janda bolong yang akan menghiasi halaman rumah mereka.

Mengulik Makna Wibu dan Otaku yang Sering Disalah Artikan

Siapa yang tak kenal dengan budaya Jepang pada zaman sekarang ini. Budaya ini pertama kali masuk ke Indonesia sekitar awal tahun 1980–an dalam bentuk video kaset dan cukup populer hingga tahun 2000–an. Budaya populer Jepang sendiri terdiri dari berbagai jenis seperti anime, manga (komik), Japan music (J-pop), drama televisi Jepang, dan gim. Di antara semua produk budaya Jepang, anime-lah yang paling populer. Popularitas anime di kalangan masyarakat Indonesia turut menarik dua julukan, yaitu “otaku” dan “wibu” yang ditujukan untuk para penggemarnya. Kedua hal ini sering dianggap menganggu dan dipandang sebagai satu hal yang sama, namun sebenarnya terdapat perbedaan mencolok antara otaku dan wibu.

Euthanasia dan Kebebasan untuk Memilih Kematian

Di Indonesia perihal ini masih sangat diperdebatkan. Kasus euthanasia pertama dicatat di Indonesia pada tahun 2004 di Rumah Sakit Islam Bogor. Dimana Panca Satrya Hasan Kusumo melakukan permohonan praktik tersebut terhadap istrinya, Agian Isna Nauli Siregar, yang tergolek koma selama tiga bulan dan menderita kerusakan saraf permanen di otak. Melihat kondisi istrinya itu, Panca mengajukan permohonan euthanasia ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat namun permohonannya ditolak negara karena dianggap melanggar hukum.

Hustle Culture, Konsep Salah dari Kerja Keras

Hustle Culture adalah suatu gaya hidup di mana seseorang merasa bahwa dirinya harus terus bekerja keras kapanpun dan di manapun dan hanya meluangkan sedikit waktu untuk beristirahat, dengan begitu ia dapat merasa bahwa dirinya sukses.

Self Harm, Menyakiti Diri Sendiri Untuk Menyalurkan Rasa Sakit

Banyak tanda-tanda yang dapat dilihat ketika seseorang melakukan self harm, di antaranya seperti terdapat bekas luka dengan pola yang sama dan berulang, selalu muncul luka baru, goresan, memar, bekas luka bakar atau gigitan, sering merasa tidak berharga dan mengunggah posting-an mengenai keputusasaan, cemas, depresi, dan menunjukan ketidakstabilan emosional.