Hits: 3

Grace Estephania Tarigan / Anggun Anggryani Tobing

Pijar, Medan. Kata dan kalimat mungkin bisa pudar, tetapi keharuman sebuah tulisan tetap melekat dalam ingatan para pembacanya, abadi melintasi waktu.

The Dignity of Writing adalah sebuah karya yang menggali pemikiran mendalam dari penulisnya, Ki Ju Lee, tentang proses kreatif dan nilai dari setiap kata yang ditulis. Buku ini membagikan perjalanan Lee dalam menciptakan tulisannya, menunjukkan bagaimana inspirasi bisa datang dari hal-hal sederhana, sebuah pesan dari orang terdekat, atau kejadian sehari-hari.

Melalui tulisan ini, pembaca diajak merasakan bagaimana setiap pengalaman bisa menjadi gagasan, menghidupkan ide yang seakan-akan mengalir langsung dari pengalaman hidup sang penulis. Setiap bab dalam buku ini selalu diawali dengan kutipan yang langsung mengajak pembaca terlibat dalam dunia Lee.

“Ketakutan akan kalimat pertama bisa jadi bukanlah hal yang harus kita lawan sekuat tenaga, tetapi hanya perlu kita akui dan lewati. Anggaplah itu sebagai bagian dari proses menulis” -hal. 22.

Kalimat ini menjadi pembuka yang menggambarkan bagaimana menulis bukan sekadar aktivitas fisik, melainkan perjalanan emosional. The Dignity of Writing tidak hanya memberi panduan teknis dalam menulis, tetapi juga panduan emosional dan reflektif. Melalui daftar isinya yang tersusun rapi, Lee membawa pembaca memahami setiap tahapan dalam menulis—dari menemukan ide, menuangkannya menjadi kata, hingga menyempurnakan tulisan agar dapat menyampaikan maksud yang mendalam.

Ki Ju Lee, seorang jurnalis sekaligus penulis, memperkaya narasi dengan beragam istilah dari bahasa Inggris hingga Mandarin, menghadirkan dimensi berbeda yang membuka perspektif lebih luas. Hal ini membuat pembaca tak hanya mendapat pandangan dari Lee, tetapi juga terinspirasi untuk memahami konteks budaya dan makna dari istilah yang digunakan, menambah kedalaman dalam mengapresiasi tulisan ini.

The Dignity of Writing mengajak kita menelusuri makna di balik setiap kata yang terukir. Bagi Lee, menulis adalah sebuah proses reflektif yang bermartabat, sebuah cara untuk menghidupkan pemikiran dan perasaan menjadi sesuatu yang bernyawa.

Dengan gaya tulisannya yang elegan, Lee menunjukkan bagaimana tulisan bisa menjadi cerminan jati diri, media untuk memahami orang lain, dan sarana menghormati pengalaman hidup. Buku ini hadir sebagai undangan untuk melihat menulis bukan sekadar sebagai keterampilan, melainkan jalan untuk menggapai kedalaman jiwa.

“Kehampaan sangat berbeda dengan spasi. Kehampaan sekilas mirip dengan tempat tanpa berpenghuni, tapi margin adalah perasaan yang tertinggal” -hal. 121.

Personifikasi mendalam mengenai penulisan ini membantu pembaca menangkap esensi dari setiap bagian tulisan, jauh melampaui pemahaman formal. The Dignity of Writing adalah sebuah karya yang mengingatkan kita akan nilai luhur dari setiap kata, mengajak pembaca untuk merasakan pengalaman menulis sebagai perjalanan penuh makna yang tak pernah lekang oleh waktu.

 

(Redaktur Tulisan: Marcheline Darmawan)

Leave a comment