Hits: 15

Putri Theresia / Hana Anggie Sachari Pasaribu

Pijar, Medan. Anda mungkin pernah mendengar catur sebagai olahraga pengasah otak, juga golf atau tenis sebagai olahraga yang sering dimainkan oleh para konglomerat. Namun, bagaimana dengan bridge?

Bridge, sekilas akan terdengar mirip seperti judi karena sama-sama menggunakan kartu remi. Akan tetapi, keduanya jelas berbeda karena aturan permainannya tidak sama. Bridge merupakan olahraga pengasah otak selain catur, yang cukup terkenal di kalangan konglomerat.

Sebut saja tokoh seperti Bill Gates dan Warren Buffet yang akrab dengan bridge. Bahkan Bos Djarum, Michael Bambang Hartono, pernah ikut dalam pertandingan bridge di Asian Games 2018. Meski terdengar asing di telinga masyarakat awam, nyatanya  bridge telah hadir berabad-abad lalu.

Bridge pertama kali diperkenalkan di Inggris pada abad ke-16 sebagai permainan ‘whist’, yang awalnya dimainkan oleh kalangan bawah, yaitu para pedagang. Kemudian, bridge mulai menarik perhatian kalangan atas dan semakin banyak diminati hingga tahun 1742. Sir Edmond Hoyle memodifikasi permainan ini dengan aturan-aturan yang lebih spesifik dalam ‘short treatise’.

Menurut Jenderal Advokat Maciej Szpunar, olahraga tidak hanya sekadar aktivitas fisik, yang penting adalah aktivitas tersebut memiliki aspek mental yang kuat untuk menentukan hasil akhirnya. Opini dari Szpunar inilah yang membuat International Olympic Committee (IOC) secara tegas memasukkan olahraga mental, serta mendukung olahraga tanpa adanya unsur fisik. IOC mengklasifikasikan bridge sebagai olahraga pada tahun 1998. Masuknya bridge ke dalam salah satu cabang pertandingan pada Asian Games 2018 menguatkan posisi bridge sebagai olahraga.

Menggunakan 52 kartu remi, bridge dimainkan oleh empat orang, masing-masing terbagi menjadi dua kelompok. Terdapat dua fase dalam bermain bridge, yaitu bidding dan play.

Mengenal BridgeBridge, Tak HanyaLebih dari Sekaedar Permainan Kartu Tapi Juga Memiliki Manfaat - www.mediapijar.com
Bridge dimainkan oleh empat orang yang terbagi ke dalam dua kelompok.
(Sumber Foto: nytimes.com)

Sebelumnya, kartu dikocok dan dibagikan satu per satu searah jarum jam, hingga pemain mendapat 13 kartu. Memasuki fase bidding, pemain bergiliran menawar, menentukan siapa yang menjadi deklarator dan berapa banyak trik yang harus dimenangkannya, dengan atau tanpa kartu truf.

Penawaran berupa angka (1—7) menunjukkan jumlah trik tambahan, yang akan dicoba dimenangkan dan jenis kartu yang akan menjadi truf (atau tanpa kartu truf jika diinginkan). Pemain yang tidak ingin menawar dapat melakukan pass. Kemudian, masuk ke fase play, setelah penawaran selesai, kedua tim berusaha memenangkan trik sebanyak mungkin.

Pada fase ini, setiap pemain secara bergantian meletakkan kartu mereka di tengah meja. Empat kartu yang dimainkan membentuk satu trik.  Pemain yang memulai trik menentukan jenis kartu yang harus diikuti oleh pemain lainnya. Jika seorang pemain tidak memiliki kartu yang sama, mereka dapat memainkan kartu apa pun.

Setelah kartu pertama dimainkan, pemain yang menjadi dummy membuka semua kartunya agar semua pemain dapat melihat. Deklarator, yang memegang kartu sendiri dan kartu dummy, harus memainkan kartu dengan urutan yang benar.  Semua pemain bertanggung jawab untuk memastikan bahwa deklarator memainkan kartu dummy secara legal, yaitu mengikuti jenis kartu yang dimainkan jika memungkinkan.

Pada setiap trik, pemain dengan kartu truf tertinggi dianggap menang jika ada kartu truf dalam trik tersebut. Jika tidak ada kartu truf, pemain dengan kartu tertinggi dari jenis kartu yang pertama kali dimainkanlah yang menang. Pemenang setiap trik memulai trik berikutnya. Meskipun deklarator yang memilih kartu, dummy dianggap sebagai pemain terpisah.

Setelah setiap trik selesai, kartu-kartu tersebut dikumpulkan dan dibalik di atas meja. Deklarator dan bek yang pertama kali menang harus menyimpan trik-trik yang mereka menangkan secara terpisah, agar mudah menghitung jumlah dan urutan trik yang dimenangkan.

Setelah 13 trik dimainkan, permainan berakhir. Kedua belah pihak harus sepakat mengenai jumlah trik yang dimenangkan oleh deklarator, kemudian nilai tangan dihitung.

Bermain bridge membutuhkan kemampuan menganalisis situasi, menghitung risiko, dan membuat keputusan strategis. Selain itu, pemain juga mengembangkan keterampilan interpersonal, ketahanan, dan pengendalian emosi. Mereka belajar mengutamakan kepentingan bersama dan tetap tenang dalam menghadapi kesalahan sendiri maupun pasangan. Kemampuan untuk fokus juga penting dalam bridge.

Melansir dari worldbridge.org, bridge diyakini dapat meningkatkan semangat tim, sosialisasi, pengembangan kemampuan mental, serta membantu otak untuk tetap awet muda dan sehat. Penelitian pada tahun 2000 oleh Marian Cleeves Diamond menunjukkan, bermain bridge dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan merangsang kelenjar timus yang memproduksi sel darah putih.

Selain itu, bridge juga dapat melatih kerja sama tim, karena pemain harus berkolaborasi dan saling bergantung untuk membuat keputusan yang tepat. Dengan demikian, bridge mengajarkan pentingnya kepercayaan dan komunikasi dalam mencapai tujuan bersama.

Sekarang, bagaimana menurut Anda, tertarik mencoba bridge?

(Redaktur Tulisan: Alya Amanda)

Leave a comment