Hits: 16
Tahara Amelia Pratiwi
Pijar, Medan. Pernah menjadi salah satu korban dampak erupsi Gunung Sinabung, Aflah Fajari kini menjadi sosok inspiratif muda bagi orang di sekitarnya. Pemuda kelahiran tahun 1998 ini merupakan seorang pendiri sekaligus pembina di sebuah komunitas relawan pendidikan, yakni Rumnet.
Lahir dan besar di Kota Berastagi, Sumatera Utara, Aflah bersama keluarganya pernah menjalani hidup selama kurang lebih tiga tahun sebagai salah satu korban dampak erupsi Gunung Sinabung pada tahun 2010 lalu. Tetapi, hal itu tidak menjadi penghalang bagi Aflah untuk tetap bangkit mengejar cita-citanya. Aflah berhasil menyelesaikan pendidikannya dan menyandang gelar Sarjana Agroteknologi dari Universitas Sumatera Utara (USU) pada tahun 2021 lalu.
Berlatar belakang dari pengalamannya yang pernah tinggal di posko pengungsian, Aflah turut merasakan kurangnya fasilitas yang memadai pada saat erupsi Gunung Sinabung di tempat ia tinggal. Keresahan Aflah ini menggerakkannya untuk membantu warga yang bertempat tinggal di pedalaman demi mendapatkan akses fasilitas yang memadai, salah satunya adalah fasilitas pendidikan bagi anak-anak.
Tepat pada tahun 2019, Aflah bersama teman-temannya mendirikan sebuah komunitas relawan pendidikan yang diberi nama Rumnet. Aflah dan teman-temannya berusaha membawa teknologi dan literasi bagi anak-anak di daerah pedalaman untuk keluar dari kesulitan guna meraih pendidikan yang setara. Kegiatan kerelawanan ini dilakukan setiap hari Sabtu dan Minggu di Dusun XV Kurandak. Hingga saat ini, Rumnet telah memiliki lebih dari 70 relawan pendidikan yang berasal dari berbagai universitas di Sumatera Utara, salah satunya adalah USU.
Kemudian, pada tahun 2023, Aflah bersama teman-temannya mendirikan sebuah yayasan sosial yang diberi nama Yayasan Muda Satu Abdi untuk membawahi Rumnet. Yayasan ini juga telah mendapatkan izin resmi dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Namun, dibalik keberhasilan Rumnet dan Yayasan Muda Satu Abdi, Aflah dan teman-temannya juga mengalami hambatan di masa awal Rumnet didirikan. Selang beberapa bulan setelah resmi didirikan, Rumnet mengalami keterhambatan dikarenakan wabah Covid-19 menyerang. Hal itu membuat Aflah dan teman-temannya harus mendiskusikan kembali terkait jalan kegiatan Rumnet pada masa itu.
Tidak berhenti di situ, Rumnet juga mengalami keterhambatan lain di pendanaan. Untuk mengatasi hal itu, Aflah dan teman-temannya harus melakukan aksi penggalangan dana, seperti pengumpulan donasi hingga mengikuti berbagai kompetisi berhadiah yang dapat membantu pendanaan Rumnet.
Mengingat hambatan terkait pendanaan Rumnet, Aflah juga bergerak untuk terjun ke dunia bisnis, yaitu kuliner. Walaupun memiliki latar belakang di bidang pertanian, hal itu tidak menghalangi Aflah untuk merintis di dunia bisnis juga. Mulai dari usaha ayam geprek NgeGeprek, kentang goreng Fans Potato, kebab Shawarma Al Hambra, hingga usaha Danusan yang saat ini ia jalankan dengan sebagian dari pendapatan tersebut yang disalurkan untuk pendanaan Rumnet.
Mengungkap rahasia dibalik semangatnya, Aflah mengakui masih banyak hal yang terus ia pelajari dan evaluasi setiap harinya.
“Sebenarnya manusia ini memiliki potensi yang luar biasa, namun hanya sedikit orang yang masuk ke dalam orang-orang sukses di dunia. Mereka yang masuk ke dalam satu persen orang tersukses di dunia menerapkan sebuah pola yang bisa kita tiru, salah satunya dengan cara belajar. Belajar tidak hanya di dalam kelas saja atau melalui buku, tetapi juga bisa melalui hal lain, seperti tuntutan dan permasalahan yang kita hadapi. Kita senantiasa bisa bertumbuh dan berkembang ketika kita telah menyelesaikan dan mampu melewati sebuah masalah,” ucap Aflah.
“Saya ingin menjadi bagian orang yang masuk ke dalam satu persen tersebut. Oleh karena itu, saya selalu menekankan kepada diri saya sendiri jika harus terus belajar dan belajar, jangan masuk ke dalam kebanyakan orang yang bukan bagian dalam satu persen tadi,” sambungnya.
(Redaktur Tulisan: Alya Amanda)