Hits: 41

Siti Farrah Aini / Husna Nabila Pulungan

Pijar, Medan. Dunia perfilman Indonesia kembali merilis sebuah film drama yang sukses mencuri perhatian. Home Sweet Loan telah tayang per 26 September 2024 di bioskop tanah air. Film bergenre drama keluarga hasil garapan Sabrina Rochelle Kalangie ini merupakan adaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Almira Bastari pada 2022 lalu. Hadir dengan alur yang relatable dengan generasi sandwich, Home Sweet Loan berhasil mewakili banyak suara anak-anak muda yang tak tersampaikan.

Kaluna (Yunita Siregar) merupakan seorang perempuan pekerja kantoran yang tergolong memiliki middle-class income. Rumah yang dihuni oleh dirinya, orang tuanya, dan kakak-kakaknya yang sudah berkeluarga terasa sangat ramai sehingga membuat Kaluna terganggu dan tidak nyaman. Belum lagi, hampir semua kebutuhan rumah dipenuhi oleh dirinya tanpa bantuan siapa pun, termasuk kakak-kakaknya. Hal tersebut membuatnya bertekad untuk memiliki rumah impiannya sendiri.

Gambaran Kisah Pejuang Rupiah Generasi Sandwich dalam Meraih Impian di Home Sweet Loan - www.mediapijar.com
Potret Kaluna bersama Para Sahabatnya.
(Sumber Foto: cnnindonesia.com)

Sayangnya, Kaluna yang merupakan anak bungsu dan tulang punggung keluarga tak bisa mewujudkan mimpinya dengan mudah. Ia harus memenuhi kebutuhan keluarganya, tetapi juga memperjuangkan keinginannya. Keadaan seolah memaksa Kaluna untuk memilih antara keluarga dan impiannya.

“Orang biasa kayak gue, tuh, mau mimpi juga harus tahu diri dulu.” – Kaluna.

Dengan penghasilan yang pas-pasan dan ekonomi yang sulit, Kaluna tetap berjuang untuk menabung. Ia rela menekan segala keinginan dan godaan demi membeli rumah impiannya. Namun, mimpi itu seolah terus menjauh darinya. Di saat ia terus bertekad, masalah keluarga datang silih berganti yang rasanya menyia-nyiakan segala jerih payahnya dengan tak kenal waktu.

Beruntungnya, Kaluna yang tangguh dengan segunung beban di pundaknya ditemani sahabat-sahabat yang suportif. Danan (Derby Romero), seorang anak tunggal kaya raya yang berusaha untuk menabung dan berhenti hura-hura menjadi sang support system yang sangat perhatian terhadap Kaluna; Miya (Fita Anggriani), seorang anak yang ceria, fashionable, up-to-date, dan berambisi menjadi seorang content creator; dan Tanisha (Risty Tagor) yang berperangai lebih dewasa, termasuk memilih menikah dan memiliki anak terlebih dulu dibanding ketiga sahabatnya. Ketiga sahabat Kaluna ini setia menemani perjalanan Kaluna.

Home Sweet Loan merangkul penonton dengan eksekusi alur cerita yang sederhana, tetapi mampu menyalurkan suara dan emosi anak muda. Kisah perjuangan Kaluna ini dibalut dengan soundtrack yang menambah suasana sedih para penonton, seperti “Berakhir di Aku” Idgitaf dan “Kembali Pulang” Feby Putri.

Home Sweet Loan tak hanya menghadirkan kisah meraih rumah impian, tetapi juga memperjuangkan hidup yang tak selamanya berjalan mulus dan harus mengorbankan banyak hal, terlebih lagi dengan latar Kaluna sebagai pejuang rupiah.

Layaknya sepotong sandwich yang merupakan lapisan dua roti bertumpuk yang menghimpit komponen lainnya, Kaluna merupakan representasi dari generasi sandwich yang memikul dua generasi sekaligus, yakni generasi tua (orang tua) dan generasi muda (anak-anak atau adik).

Berdasarkan data dari Susenas Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 4,55 juta penduduk generasi milenial dan generasi Z harus menunjang perekonomian lansia di keluarganya. Satu koma tujuh juta di antaranya memiliki anak, bahkan 43,06% disebut memiliki dua orang anak. Fenomena ini mengakibatkan semakin tinggi pula beban ekonomi yang harus ditanggung oleh orang tersebut dan inilah yang terjadi pada generasi sandwich. Jika hal ini terus terjadi, segala tumpuan hanya berpusat pada penduduk usia muda saja, tidak memperhatikan lansia.

Hal itu pula yang menimpa Kaluna. Kebutuhan yang terus melambung dan keadaan sosial yang memaksanya berpacu dengan waktu membuatnya terus melakukan rutinitas yang sama; kerja, pulang, menabung, mencari rumah, dan berulang lagi.

Semua menghadirkan rasa frustasi dan tekanan yang membuatnya terus mempertanyakan impiannya. Film ini menjadi renungan bagi generasi sandwich untuk tidak lupa mengapresiasi dan mengingat kembali segala perjuangan yang telah ditapaki untuk meraih titik kini.

Karya magis ini turut mengajarkan bagaimana seharusnya hidup dijalani. Kaluna menabung, mempunyai senarai pemasukan dan pengeluaran uang, dan meminimalisir hal-hal yang tidak ia prioritaskan. Alih-alih membeli kopi dan makanan, ia memilih membawa bekal. Walau ditekan dari segala arah, satu hal yang layak dicontoh adalah bahwa tidak ada kata “menyerah” dalam kamus Kaluna.

Bagi generasi sandwich¸ tidak mengapa untuk tidak menjalani kehidupan selayaknya rekan-rekan kebanyakan di dunia kerja; irit untuk memenuhi kebutuhan yang lebih diprioritaskan; dan mengapresiasi diri sendiri untuk sekecil pencapaian apa pun. Sudah sepatutnya kita hidup sesuai kemampuan dan kebutuhan diri, bukan mengutamakan gengsi.

 

(Redaktur Tulisan: Marcheline Darmawan)

Leave a comment