Hits: 264

Lisa Syawalia / Hanina Afifah

Pijar, Medan. Sebagian orang mungkin mengenal Bagus Satrio Utomo sebagai sosok Youtuber yang aktif menyuarakan konten edukasi yang membahas topik-topik terkait pendidikan tinggi dan jalur karir profesional guna membantu generasi muda untuk mencapai mendidikan terbaik dan karir yang matang.

Namun, siapa sangka Bagus memiliki latar belakang sebagai Engineer di Pertamina dan pengalaman yang sangat luas di bidang akademik. Selain mengembangkan akun YouTube yang telah meraih Silver Play Button, ia juga memiliki pencapaian akademis yang mengesankan, menjadikannya sosok inspiratif di kedua bidang tersebut.

Di balik sederet gelar dan pengalaman kerja prestisius, Bagus adalah sosok yang tak pernah berhenti belajar. Perjalanan akademiknya dimulai dari Teknik Elektro di Universitas Diponegoro, sebuah awal yang ternyata hanya menjadi pijakan bagi langkah-langkah besar berikutnya.  Seakan menolak terbatasi oleh satu bidang, Bagus terus melompat dari satu disiplin ilmu ke disiplin lain—mulai dari Hukum, Manajemen Keuangan, hingga Teknik Kimia.

Berhasil meraih 10 gelar akademik yang mencakup bidang-bidang beragam seperti Energi, IT, Hukum, dan Psikologi, Bagus membuktikan bahwa belajar adalah sebuah perjalanan yang tak pernah selesai. Tidak hanya itu, ia juga mengantongi 2 lisensi profesional dan berbagai sertifikasi yang memperkaya keahliannya.

Selama lebih dari 10 tahun, ia menempuh karier di berbagai sektor—BUMN, Oil & Gas, Telekomunikasi, Hukum, hingga Konsultansi—sebuah lintasan yang jarang ditempuh oleh satu individu. Berbagai peran strategis, termasuk dalam program Management Trainee dan proyek GRC/ESG, telah menjadi bagian dari jejak profesionalnya.

Mengungkap rahasia di balik kesuksesannya, Bagus mengakui bahwa awalnya ia sama seperti mahasiswa pada umumnya.

“Selama kuliah, saya juga kadang bolos dan main game, seperti mahasiswa lainnya. Jadi, tidak benar ketika ada yang bilang saya tidak manusiawi hanya karena mungkin saya tidak terlalu suka game atau anime. Saya masih melakukan hal-hal yang biasa dilakukan anak teknik pada umumnya,” ucap Bagus.

“Namun, ketika saya mulai mengerjakan skripsi, saya jadi lebih fokus dan tekun. Saat orang lain mungkin malas-malasan, saya bisa mengurung diri di kamar selama dua minggu, sepenuhnya tenggelam dalam pekerjaan. Saya menikmati hal-hal yang mengembangkan diri atau bekerja keras, meski mungkin terkesan seperti “gila kerja”, tapi menurut saya itu masih dalam batas wajar,” sambungnya.

Cikal bakal perjalanan pendidikan Bagus tidak dimulai dari inisiatif pribadinya, melainkan dari pesan orang tuanya yang mendorongnya untuk melanjutkan kuliah setelah menyelesaikan gelar sarjana.

“Setelah lulus sarjana, orang tua meminta saya untuk melanjutkan kuliah sambil bekerja, dan waktu itu saya mengikuti permintaan mereka, bukan inisiatif pribadi. Saat itu, pekerjaan pertama saya sebagai proyek Engineer di Telkom Akses memiliki jam kerja panjang, sering pulang di atas jam tujuh malam, dan kuliah di akhir pekan. Bahkan, saya sampai lupa rasanya memakai sandal karena selalu memakai sepatu setiap hari,” tuturnya.

Setelah studi dan pekerjaannya sebagai proyek engineer di Telkom Akses selesai, Bagus memiliki banyak waktu kosong yang dirasa berakhir sia-sia. Hal tersebutlah yang akhirnya mendorong Bagus untuk mulai mengambil berbagai jurusan, dimulai dengan Hukum dan Psikologi.

“Saya menyadari bahwa kebiasaan dan pola kerja yang konsisten tidak bisa dibangun secara instan, melainkan melalui proses, meski awalnya terasa terpaksa dan sulit. Namun, ketika sudah terbiasa, ada rasa kehilangan saat tidak melakukannya. Perlahan-lahan, saya mulai merancang langkah berikutnya. Saya memilih berbagai jurusan—mulai dari Hukum hingga Psikologi—dan setiap keputusan selalu memiliki alasan dan cerita di baliknya. Hingga akhirnya, pada jurusan ke-6 atau ke-7, mengambil jurusan baru menjadi sebuah kebiasaan yang melekat,” jelasnya.

Bagus Satrio Utomo: Perjalanan Seorang Engineer dan YouTuber dengan 10 Gelar Pendidikan - www.mediapijar.com
Bagus berhasil menyelesaikan thesisnya di IU Internationale Hochschule Germany.
(Sumber Foto: LinkedIn Dr. Bagus Satrio Utomo)

Walaupun diterpa berbagai kesibukan, Bagus berhasil mengatur jadwalnya dengan prinsip Ontologi, yang menekankan pemahaman tujuan di balik setiap tindakan. Prinsip ini membantunya merencanakan pendidikan dan karier dengan efektif. Selain itu, ia mengikuti motto “just do it”, yang mendorongnya untuk tidak menunda pekerjaan yang bisa diselesaikan segera. Bagus percaya bahwa langsung bertindak lebih efisien daripada menunda, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan lebih cepat dan produktif.

Untuk mendukung manajemen waktu, Bagus juga menggunakan beberapa tools pengatur waktu, seperti metode Pareto dan Matrix Urgent-Important. Kemudian, ia juga mengimplementasikan Task Management dengan Kanban, yang menjadi bagian dari rutinitas sehari-harinya. Melalui pendekatan ini, Bagus mampu mengelola tugas-tugasnya secara efektif dan terstruktur.

“Kembali ke tujuan awal dan menentukan apa yang ingin dicapai sangatlah penting. Meskipun banyak mahasiswa yang diarahkan orang tua, memiliki tujuan pribadi adalah kunci. Temukan makna hidup, cari cara dan orang yang bisa membantu mencapai tujuan tersebut. Selesaikan apa yang telah dimulai dan jangan hanya menjadi wacana, terutama bagi mahasiswa akhir yang mengerjakan skripsi. Ingatlah motto “just do it” dari Nike,” pesan Bagus untuk para generasi muda.

 

(Redaktur Tulisan: Alya Amanda)

Leave a comment