Hits: 3
Rizka Aulia Maghfira
Pijar, Medan. Begitu banyak media yang dapat digunakan untuk mempermudah komunikasi manusia. Dengan media yang ada, manusia tidak hanya mampu berkomunikasi dengan baik antara satu dengan yang lain, namun juga dapat saling bertukar informasi. Salah satu media yang paling sering dan lazim digunakan manusia untuk berkomunikasi adalah bahasa. Diperlukan bahasa penyatu yang diakui seluruh dunia agar komunikasi yang terjalin dapat berjalan dengan baik. Jika selama ini bahasa Inggris menjadi satu-satunya bahasa pemersatu dunia, agaknya kita harus mengenal Esperanto.
Bahasa Esperanto adalah bahasa yang diciptakan untuk mempermudah komunikasi antar berbagai bangsa di dunia. Dalam penciptaannya, bahasa Esperanto diambil dari perpaduan bahasa-bahasa di tanah Eropa yang digabung menjadi satu.
Reza Pahlevi adalah salah satu dari sekian banyak orang yang menguasai bahasa Esperanto. Ketertarikannya dengan Esperanto dimulai pada tahun 2009, karena baginya ide si pencipta bahasa tersebut yang sangat brilian. Menurut Reza, pada umumnya bahasa melambangkan suatu suku, budaya dan negara tertentu. Tetapi tidak dengan Esperanto, karena diperuntukkan bagi semua budaya dan negara.
Secara otodidak, Reza mempelajari bahasa tersebut. Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU tersebut belajar melalui internet dan juga mengunduh e-book yang tersedia secara gratis. Tak perlu memakan waktu yang lama, sebulan kemudian Reza sudah mampu menguasai bahasa Esperanto dengan cukup baik. Untuk memahirkannya, dia menggunakan bahasa Esperanto bersama teman-temannya yang lain dalam percakapan sehari-hari.
Ketekunannya dalam berbahasa Esperanto berbuah manis. Pada bulan Mei-Juni 2014 silam, Reza dipercaya sebagai wakil Indonesia untuk menghadiri kongres Esperanto di Jepang. Tidak tanggung-tanggung, Reza menghadiri dua kongres, yaitu Kongres Esperanto Kansai yang ke-62 di Himeji pada tanggal 31 Mei-1 Juni 2014 dan Kongres Esperanto Kantoa yang ke-63 di Tokyo pada tanggal 7 Juni 2014. Pada kedua kongres tersebut, Reza diundang sebagai pembicara.
Tidak hanya itu, saat ini Reza merupakan salah satu pendiri dan pengajar di komunitas bahasa Esperanto. Ia membuka ruang diskusi mengenai Esperanto di taman Biro Rektoran USU setiap hari Minggu pukul 13.00. Tak perlu mendaftar, orang-orang yang ingin belajar Esperanto hanya datang dan ikut berdiskusi dengan yang lainnya. “Harapannya adalah masyarakat dunia khususnya Indonesia, tahu tujuan bahasa Esperanto diciptakan yaitu bahasa persatuan dan perdamaian tanpa membedakan suku, ras, agama, atau pun latar belakang budaya,” ujar Reza ketika ditanya harapannya mengenai bahasa Esperanto. “Ni ne subtaksas aliajn lingvojn kaj ni ankaux fieras al nia denaska lingvo, dengan belajar Esperanto, kita tidak memandang rendah bahasa lain, dan kita juga bangga dengan bahasa kita sendiri,” jelasnya.
Bahasa Esperanto sendiri adalah ciptaan Ludovich Zamenhoff, seorang Polandia. Zamenhoff menciptakan bahasa ini dengan tujuan untuk membuat bahasa netral yang mudah dipelajari dan digunakan sebagai bahasa perantara oleh berbagai orang yang memiliki bahasa ibu yang bermacam-macam. Nama “Esperanto” adalah nama samaran dari L.L Zamenhoff sendiri ketika ia menerbitkan tentang bahasanya pada tahun 1887.