Hits: 48

Alya Ridzki Nazahwa

Pijar, Medan. Robert Sibarani, seorang guru besar di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sumatera Utara (USU), baru-baru ini diakui sebagai salah satu ilmuwan berpengaruh dunia menurut Stanford University Ranking. Lahir di Toba Samosir pada 12 Februari 1964, ia menunjukkan dedikasi luar biasa dalam bidang antropolinguistik sejak diangkat menjadi guru besar pada 1 Oktober 2001.

Robert menghabiskan masa kecilnya di daerah yang jauh dari pusat kota besar. Sebagai akademisi yang berasal dari kota kecil, ia sangat memahami tantangan dan kesulitan yang dihadapi oleh lulusan dari daerah, terutama dibandingkan dengan mereka yang berasal dari kota besar.

Ia menyelesaikan pendidikan S1 di USU yang kemudian menjadi batu loncatan bagi karir akademiknya yang cemerlang. Setelah meraih gelar sarjana, Robert melanjutkan pendidikan S2 dan doktoralnya di Universitas Padjadjaran (UNPAD), Bandung, dan berhasil menyelesaikannya pada 27 Januari 1994. Robert kemudian melanjutkan studi post-doktoral di Universität Hamburg dari Februari hingga November 1994.

Dilansir dari tribunmedan.com, ia juga mengembangkan ilmunya melalui berbagai program internasional, seperti Program of Academic Recharging (PAR) di Universiteit Leiden pada Oktober hingga Desember 2011 dan Scheme for Academic Mobility Exchange (SAME) di University of Naples “L’Orientale” Italia dari Desember 2013 hingga Maret 2014.

Pada Februari dan Juni 2021, Robert memperoleh sertifikasi sebagai Certified International Qualitative Researcher dan Certified International Quantitative Researcher. Pengakuan ini semakin mengokohkan posisinya sebagai ilmuwan terkemuka, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di kancah internasional.

Karir ilmiah Robert mencapai puncaknya pada Januari 2022, ketika ia terpilih menjadi salah satu dari World Top 100 Indonesian Scientists and University Social Sciences Scientists oleh AD Scientific Index. Pada November 2022, Stanford University Ranking memasukkannya dalam daftar ilmuwan paling berpengaruh di dunia, menempatkannya dalam 2 persen teratas.

Robert Sibarani dikenal karena karya-karyanya yang berpengaruh, seperti Kearifan Lokal (2012) dan Marsirinpa: Gotong Royong pada Masyarakat Batak Toba (2016). Buku-bukunya tidak hanya memperkaya bidang antropolinguistik, tetapi juga telah mendapatkan hak cipta (HAKI). Karya-karya ini mencerminkan pemahaman mendalamnya terhadap tradisi budaya dan lisan, sekaligus kontribusinya terhadap ilmu pengetahuan.

Sebagai guru besar di USU, Robert menjadi sumber inspirasi bagi banyak dosen dan mahasiswa. Tekad dan kerja kerasnya menunjukkan bahwa meskipun berasal dari latar belakang yang sederhana, seseorang dapat meraih kesuksesan global dengan dedikasi dan usaha yang tiada henti.

Pencapaian Robert Sibarani memberikan contoh nyata tentang bagaimana menghadapi tantangan akademik dan profesional. Kisah hidupnya menjadi teladan bahwa melalui kerja keras dan komitmen, prestasi luar biasa bisa dicapai meskipun dimulai dari latar belakang yang kurang menguntungkan.

Dengan semangat yang tak kenal lelah, Robert terus berkontribusi untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan masyarakat global, menjadi inspirasi bagi generasi mendatang agar terus berjuang demi tujuan yang lebih besar.

(Redaktur Tulisan: Alya Amanda)

Leave a comment