Hits: 28
Maureen Christy Nauli Simanjuntak
Pijar, Medan. Ketika kita melihat ke pinggir jalan akhir-akhir ini, pasti tak jarang terlihat banyak sekali gerai atau gerobak kaca kecil menggunakan sepeda motor yang menjual makanan ringan berwarna kecoklatan dengan nama yang bertuliskan “Kue Cucur”.
Kalau sudah berbicara tentang Indonesia, selain pesona alam nya yang tidak pernah habis, Indonesia juga kaya dan terkenal akan kuliner khas nya. Dari Sabang sampai Merauke, setiap daerah pasti memiliki kekhasan kuliner yang beragam dan mengundang selera. Salah satunya adalah Kue Cucur, penganan tradisional yang kini digemari oleh banyak orang.
Belakangan ini, Kue Cucur kembali populer di kalangan banyak orang. Kue tradisional dengan tekstur kenyal dan rasa manis khas gula merah ini banyak ditemukan di pasar hingga diunggah ke media sosial, tempat di mana para penggemar kuliner berbagi resep dan variasi kreasinya.
Tidak hanya menjadi kudapan dengan nostalgia, Kue Cucur juga digemari karena tampil dalam berbagai inovasi rasa dan bentuk yang modern. Tren makanan tradisional yang dihidupkan kembali ini menunjukkan bahwa Kue Cucur masih mampu bersaing dan bertahan di tengah maraknya kuliner kontemporer. Popularitasnya membuktikan bahwa rasa asli dan sederhana tetap memiliki tempat khusus di hati masyarakat.
Kue Cucur adalah salah satu jajanan tradisional asal Betawi yang telah diwariskan turun temurun dan populer di Jakarta. Kue ini memiliki bentuk bulat dengan pinggiran tipis dan renyah, sementara bagian tengahnya lebih tebal dan kenyal. Terbuat dari campuran tepung beras dan gula merah, Kue Cucur menyajikan rasa manis yang khas dengan aroma yang menggugah selera.
Kata “cucur” sendiri diambil dari istilah dalam Bahasa Jawa “kucur” yang artinya pancuran atau kucuran. Kue tersebut dinamakan demikian karena teknik pembuatan Kue Cucur yang mengucurkan adonannya ke wajan untuk digoreng dan menghasilkankue cucur yang berbentuk pipih dengan warna kecoklatan.
Tidak hanya popular di Ibu Kota, Kue Cucur juga telah lama menjadi bagian dari budaya dan tradisi di tempat lain. Bahan dasar dan proses pembuatannya yang cukup sederhana membuat Kue ini dapat dibuat oleh semua orang dari berbagai daerah.
Setiap daerah memiliki tradisi yang unik terkait dengan Kue Cucur. Di Betawi, camilan ini sering disajikan dalam upacara-upacara seperti potong rambut bayi dan pernikahan. Di Jawa, kue ini dijadikan salah satu hidangan yang dibawa dalam upacara pernikahan. Sementara itu, di Madura, Kue Cucur dikenal dengan sebutan “kocor” dan juga digunakan sebagai makanan hantaran dalam acara pernikahan.
Di Sumatra Barat, Kue Cucur menjadi bagian dari tradisi Manjalang Mintuo, yaitu upacara yang dilakukan setelah pernikahan. Di Kalimantan Tengah, kue ini digunakan sebagai sesaji dalam upacara Hinting Pali. Sementara itu, di Sulawesi, Kue Cucur hadir dalam berbagai upacara dan ritual, seperti saat panen padi dan pembuatan perahu tradisional.
Tidak berhenti di Indonesia saja, nama kue cucur juga telah sampai ke luar negeri danmemiliki variasi nama di negara-negara tetangga. Di Malaysia, Kue Cucur disebut sebagai “kuih cucur,” sedangkan di Brunei Darussalam dikenal dengan nama “kuih pinyaram.” Di Thailand, kue ini dikenal dengan sebutan “khanom fak bua” atau “khanom chuchun,” sementara di India disebut “neyyappam.”
Kue cucur bukan hanya sekadar makanan enak, tetapi juga menjadi simbol harapan dan keberkahan dalam berbagai tradisi dan upacara adat. Meskipun bentuknya sederhana, Kue Cucur memiliki makna yang mendalam dalam budaya dan kearifan lokal di Indonesia.
Di Medan sendiri, Kue Cucur sedang ramai dikonsumsi oleh banyak orang. Kita dapat dengan mudah menjumpai penjual Kue Cucur di pinggir jalan dengan harga yang ekonomis pula, yaitu seribu rupiah untuk satu buahnya.
Jadi bagaimana? Apakah kamu tertarik untuk mencoba Kue Cucur?
(Redaktur Tulisan: Kelly Kidman Salim)