Hits: 17

Lainatus Syifa Hasibuan

 Pijar, Medan. Alam dan seisinya adalah anugerah Tuhan yang patut kita syukuri. Beruntunglah kita diberikan segala keindahan ini secara gratis tanpa dipungut biaya. Namun, gratis bukan berarti cuma-cuma, karena kita harus menyerahkan imbalannya dengan menjaga dan melestarikan bumi.

Udara, air, tumbuhan, dan elemen lainnya menunjukkan cinta pada manusia melalui pemenuhan segala kebutuhan yang kita perlukan. Ia dapat merasakan bagaimana sikap manusia membalasnya, menghargai, atau malah merusak, karena alam akan menyesuaikan kondisinya sesuai perilaku manusia.

Mengusung tema lingkungan, CeKers mengeluarkan seri “CeKers Go Green” dalam bentuk buku antologi dengan tajuk Temukan Warna Hijau. Antologi ini terdiri dari 14 cerpen yang merupakan naskah terbaik peserta Ajang Antologi Asik Cinta Lingkungan, sebuah ajang penulisan yang diselenggarakan oleh komunitas Erin n Friends pada jejaring sosial Facebook.

Kehadiran antologi ini diprakarsai oleh Reni Erina, seorang penulis yang memiliki kepedulian besar terhadap dunia literasi dan remaja. Ia juga pernah mengolah sebuah majalah remaja nasional. Melalui kumpulan cerpen ini, para penulis mengekspresikan kepedulian dan kecintaan mereka terhadap lingkungan sekitar, dengan gaya cerita yang asik dan khas.

Tajuk Temukan Warna Hijau diambil dari salah satu cerpen karya Aya Maulia yang menyuguhkan kisah Yo Nevil, siswa SMA yang ditolak oleh perempuan pujaannya ketika ia mengutarakan perasaan. Merasa kesal dengan penolakannya, Yo akhirnya merusak kebun indah milik sang gadis. Namun, secara tiba-tiba, seorang anak kecil menodongkan bazooka ke arah Yo dan berteriak “Yo Nevil, kau benar-benar bisa dipidana atas tuduhan perusakan lingkungan, menyebabkan kerusakan dan kehancuran bagi seluruh penduduk masa depan.”

Anak kecil tersebut menjelaskan bahwa ia datang dari masa depan dan mengajak Yo untuk ikut bersamanya, menyaksikan seperti apa dunia pada tahun 2080. Yo yang kebingungan memutuskan untuk tetap ikut, ia melewati sebuah black hole dan sampai pada pemandangan gedung-gedung pencakar langit yang menjulang. Seluruhnya kaca, tanpa ada hijau di sekitarnya. Udara sekitar menciptakan sesak, tidak ada segar tumbuhan.

Dengan genre futuristik, penulis dengan cerdik memadukan kisah cinta remaja dan alam yang cukup baik. Pesan moral yang disampaikan pun diciptakan sederhana, tetapi bermakna tajam.

Ya, cuma merusak kebun. Cuma membuang sampah, cuma membuang sedikit limbah, cuma menebang sedikit pohon, dan masih banyak ‘cuma’ lainnya. Semua orang sepertimu tak memiliki kesadaran hingga harus dipukul dengan undang-undang. Menyebabkan anak-cucunya sengsara.” – halaman 32

Buku ini berani mendobrak tren kisah remaja yang umumnya bergenre asmara dengan mengangkat tema kesadaran remaja akan lingkungan sekitarnya. Keseluruhan cerpen dalam buku ini akan membuat kita menyadari bahwa banyak sekali cara mengekspresikan cinta kita pada lingkungan. Menyadarkan bahwa alam adalah sebongkah berlian yang harus dijaga, ini adalah kewajiban dan tanggung jawab manusia secara keseluruhan, bersama-sama.

“Saya percaya, dunia remaja tak semata kisah asmara. Ada banyak hal yang mereka tahu dan kuasai. Mereka matang di beberapa hal. Mereka tahu bacaan yang bagus, sebagaimana mereka juga bisa menulis dengan bagus. Mereka paham mengungkapkan kecintaan pada alam lewat tulisan-tulisan lincah yang asyik dan menginspiratif, sebagaimana juga mereka paham menjadi pembaca yang bijak. Remaja punya suara dan punya daya untuk menggerakkan kesadaran mencintai alam dan lingkungannya,” tulis Reni.

(Redaktur Tulisan: Marcheline Darmawan)

Leave a comment