Hits: 37

Farrel Kresna Maruli Sibuea

Pijar, Medan. Bersepeda adalah olahraga yang disenangi banyak orang. Mengayuh dan melewati lintasan memberikan perasaan rileks sambil membakar kalori. Namun, apa jadinya jika lintasan tersebut bukan berada di jalanan, tetapi di gunung?

Di luar dugaan, sepeda gunung merupakan aktivitas yang banyak digemari. Olahraga dengan suasana ekstrem ini tentu menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi yang memiliki jiwa petualang.

Sepeda gunung atau mountain bike adalah salah satu jenis olahraga bersepeda, yang mana tujuan kegiatan bersepeda ini untuk menjelajahi alam liar seperti pegunungan, hutan, bukit, atau off-road. Kegiatan ini memungkinkan siapapun untuk merasakan suasana alam terbuka dan menantang. Namun, kegiatan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarangan orang dan memerlukan keahlian yang mumpuni.

Sepeda gunung pertama kali diperkenalkan ketika sang penemu bersama tim yang terpacu untuk menuruni bukit. Ketika berada dalam turunan, mereka berusaha untuk mengurangi kecepatan, tetapi mengalami kendala yang disebabkan kesalahan penggunaan model rem. Rem yang mereka gunakan tidak cocok untuk turunan bukit. Sang penemu kemudian berinisiatif melumuri rantai dengan pelumas sebelum melanjutkan turunan berikutnya.

Melalui pengalaman tersebut, sang penemu kemudian melakukan perubahan pada model rem sehingga menjadi lebih ringan dan kuat. Inovasinya ini diberi nama rem cantilever. Pada saat yang sama, para pesepeda juga merasakan keinginan mendaki bukit atau gunung untuk menikmati suasana berkendara di alam terbuka.

Oleh sebab itu, terlahirlah model sepeda dengan multi-speed. Persneling dan gigi juga hadir sebagai sarana untuk membantu pesepeda mendaki gunung dan bukit.

Olahraga ekstrem ini tidak dapat dilakukan oleh sembarangan orang. Perlu persiapan matang sebelum pengendara melakukan navigasi ke medan pegunungan dan alam liar. Pertama, persiapkan peralatan seperti mencari ukuran sepeda yang sesuai, pemakaian helm, dan pertimbangkan berbagai peralatan keamanan tambahan (sarung tangan, knee protector, hand protector, dan air minum) sebelum memulai aktivitas.

Kedua, pengendara memerlukan latihan untuk mengasah kemampuan. Terdapat banyak latihan yang dapat mengasah skill bersepeda, seperti teknik berkendara dalam tanjakan atau turunan, teknik mengganti gigi untuk mengantisipasi tanjakan, dan teknik penyesuaian kecepatan.

Tak lupa, seorang pengendara sepeda gunung perlu mengetahui medan yang dilalui. Pengendara perlu menelusuri jalur mana yang lebih aman untuk dilewati. Ada baiknya jika pengendara mengajak teman yang lebih berpengalaman sebagai pendamping dalam melakukan olahraga ini.

Sepeda gunung juga memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Bersepeda gunung sejauh 30 km per minggu dapat mengurangi 50% risiko penyakit jantung. Kegiatan mengayuh ekstrem ini juga dapat meningkatkan kinerja otak. Aliran darah dan pasokan oksigen yang naik ke otak dapat mengurangi risiko penyakit seperti Alzheimer.

Seluruh anggota tubuh juga dilatih, terutama otot tubuh bagian bawah. Latihan ini akan bermanfaat dalam penguatan otot kaki, paha, betis, dan mengencangkan otot perut. Bersepeda gunung juga menjadi sarana meditasi untuk memperbaiki kesehatan mental.

Pesepeda juga berpeluang besar untuk berhubungan dengan orang-orang yang memiliki kesamaan minat dan hobi. Komunitas sepeda gunung sendiri sering dijumpai di Indonesia.

Perlu diketahui bahwa olahraga ini memerlukan kehati-hatian dan persiapan matang untuk menghindari berbagai potensi kecelakaan. Meskipun dikenal sebagai aktivitas yang menantang, nyatanya sepeda gunung juga memberikan banyak manfaat.

(Redaktur Tulisan: Marcheline Darmawan)

Leave a comment