Hits: 39
Azka Luthfiah Khalda
Pijar, Medan. 21 Februari merupakan hari di mana Indonesia memperingati sebuah peristiwa, di mana peristiwa tersebut berawal dari kejadian tragis pada 21 Februari 2005 di Lewigaja, Cimahi, Jawa Barat, yang menjadi kenangan kelam bagi Departemen Lingkungan Hidup. Kejadian itu terjadi di tengah hujan deras dan ledakan gas metana di tumpukan sampah yang mengubah sampah menjadi mesin pembunuh perenggut ratusan nyawa. Oleh karena itu, setiap tanggal 21 Februari diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN).
Pada tahun 2024 ini, HPSN mengangkat tema “Atasi Sampah Plastik dengan Cara Produktif”. Tema tersebut diangkat karena isu polusi plastik (plastic pollution) sedang menjadi sorotan masyarakat di tingkat global. Hal tersebut menjadi perhatian mengingat kembali kejadian di tahun 2023.
Mengutip dari surat edaran No. 2 Tahun 2024 tentang Peringatan HPSN 2024, tahun 2023 menjadi sejarah dalam fenomena global, khususnya pada perubahan iklim. Tercatat temperatur global naik sekitar 1.2 °C lebih tinggi dibandingkan suhu panas rata-rata. Fenomena meningkatnya suhu tersebut berdampak besar pada lingkungan hidup, di mana salah satunya menjadi pemicu kebakaran di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
Berdasarkan data dari United Nations Environment Programme (UNEP), tahun 2024 menjadi momentum penting untuk mengutamakan isu penyelesaian polusi plastik. Maka dari itu, Dinas Lingkungan Hidup turut berpartisipasi dalam peringatan HPSN, termasuk di Kota Cilegon.
Masyarakat Cilegon mengadakan lomba pengumpulan sampah plastik kresek terbanyak pada Rabu (21/02/2024) di halaman Kantor Walikota Cilegon. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengurangi sampah plastik yang sulit diurai yang menjadi salah satu penyebab banjir di Kota Cilegon.
Muhammad Dae Febrian, seorang mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan, berbagi pandangannya tentang kegiatan yang bisa dilakukan secara produktif oleh mahasiswa dalam mengurangi sampah plastik.
“Banyak kok cara yang bisa kita lakuin buat ngurangin masalah ini. Misalnya, kita bisa bawa botol minum sendiri ke kampus. Dengan hal se-simple itu, kita udah bisa ngurangin pemakaian botol plastik sekali pakai. Jadi, nggak cuma bermanfaat buat diri sendiri, tapi juga ikut berkontribusi dalam ngurangin sampah plastik secara keseluruhan,” ujarnya.
Selain Dae, Sabrina Khairunnisa yang statusnya juga sebagai mahasiswa pun turut mengungkapkan harapannya mengenai dampak dari tercemarnya sampah plastik ini.
“Jadi, ketika parit tersumbat, aliran air di saluran pembuangan jadi terganggu. Akibatnya, bisa banjir deh di sekitarnya. Harapan aku semoga masyarakat lebih sadar terhadap sampah plastik dengan melakukan hal yang produktif,” ucapnya.
(Redaktur Tulisan: Alya Amanda)