Hits: 780
Ferdi Rakiven Sianturi / Umniyatiy Nurul Atqiya
Pijar, Medan. Apakah kamu penggemar makanan manis? Pancong lumer mungkin bisa menjadi pilihan kuliner favoritmu. Kue pancong ini berasal dari Jakarta dan kini populer dengan sebutan pancong lumer. Makanan khas Betawi yang terbuat dari tepung beras, tepung terigu, parutan kelapa, gula pasir, garam, dan kelapa sawit ini memiliki tekstur lembut dengan cita rasa manis nan gurih.
Kue pancong dicetak menggunakan cetakan aluminium berbentuk setengah lingkaran. Kue ini disebut pancong karena dibuat dalam cetakan wajan bernama “pancong”. Beberapa sumber menyebutkan bahwa kata “pancong” ialah singkatan dari “pantatnya dicongkel”. Nama tersebut berasal dari proses pembuatannya, pedagang akan menggunakan tongkat besi berbentuk kail untuk mencongkel dan mengangkat kue yang sudah matang.
Ada sedikit perbedaan dalam penyajian kue pancong dahulu dengan kue pancong lumer yang viral belakangan ini. Kue pancong lumer yang sekarang lebih populer dengan tekstur lembutnya yang merupakan hasil modifikasi dari adonan kue pukis. Pancong lumer dipanggang menggunakan cetakan pancong dan disajikan dalam keadaan setengah matang.
Selain itu, pancong sekarang memiliki rasa yang berbeda dari sebelumnya dengan ditambahkan berbagai pilihan topping sesuai selera sehingga menambah kelezatan dari jajanan manis ini. Biasanya, kue pancong lumer tersedia dalam beragam topping seperti stroberi, coklat keju, tiramisu, oreo, red velvet, matcha, Ovomaltine, Nutella, dan masih banyak lagi. Adanya topping ini akan memberikan rasa manis dan lumer di dalam mulut dengan kenikmatan yang berbeda.
Namun, di balik rasanya yang enak dan manis, pancong lumer ternyata berbahaya bagi kesehatan tubuh. Tingkat kematangan dari adonannya yang kerap disajikan setengah matang dapat menyebabkan dampak negatif yang cukup serius bagi kesehatan.
Hal tersebut ternyata telah dilarang keras oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Center for Disease Control and Prevention), sebuah badan kesehatan di Amerika Serikat. Dikutip dari situs klikdokter.com, adonan kue mentah atau setengah matang bisa menjadi sumber infeksi bakteri berbahaya. Salah satunya adalah bakteri Escherichia coli (E.coli).
E.coli adalah bakteri yang bisa terkandung di dalam tepung mentah akibat kontaminasi selama proses produksi di pabriknya. Jika masuk ke tubuh dapat menyebabkan keluhan pada saluran pencernaan, seperti kram pada perut, diare, dan muntah-muntah.
Walaupun dapat membaik dengan sendirinya, beberapa orang mengalami perkembangan atas bakteri tersebut yang mengakibatkan sindrom hemolitik uremik dan berujung pada gagal ginjal.
Kabar baiknya, bakteri ini akan mati jika dipanaskan dalam suhu tinggi dan dalam waktu yang cukup lama. Namun, akan mudah menginfeksi dan berkembang jika berada di dalam bahan-bahan mentah yang minim pemanasan.
Dikutip dari GenPI.co, Guru Besar Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor, Ali Khomsan, menjelaskan dari segi pangan kue yang dimasak setengah matang kurang dianjurkan untuk dikonsumsi karena tubuh akan lebih sulit mencerna makanan yang dimasak setengah matang.
“Segala macam makanan yang sifatnya setengah matang kalau dari aspek keamanan pangan kurang dianjurkan. Sebab bakteri mikroba itu bisa terbunuh kalau dimasak dalam suhu yang optimal sehingga proses pemasakan itu kaitannya bukan pada gizi, tetapi keamanan pangan,” ujarnya.
Nah, tertarik untuk mencoba kudapan manis nan lumer ini? Ada baiknya mempertimbangkan bahayanya juga, ya. Pastikan makanan yang dikonsumsi berasal dari adonan yang benar-benar matang sepenuhnya agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari penyakit.
(Redaktur Tulisan: Rani Sakraloi)