Hits: 45
Sulisintia Harahap
Pijar, Medan. “The Dying Game adalah novel yang mengerikan, namun penuh semangat. Benar-benar berbeda dengan novel suspense kebanyakan,” ujar Book Reporter. Begitulah pendapat dari salah satu pembaca yang tertuang di lipatan sampul (cover) novel The Dying Game ini.
Dari judul yang diberikan juga sudah memberikan kesan yang mengerikan. Buku ini ditulis oleh Beverley Barton, seorang penulis best seller di New York. Buku misteri yang diterbitkan pertama kali pada tahun 2002 ini diterjemahkan oleh Reny Yuniawati dan Maria Asri Prahesti.
Menceritakan tentang seorang psikopat di Amerika yang memiliki selera unik dalam pembunuhannya. Psikopat ini berangsur-angsur membunuh para mantan ratu kecantikan. Sesuai dengan judul buku, psikopat dalam buku ini menganggap aksi pembunuhannya adalah permainan kematian baginya.
Masing-masing ratu kecantikan dibunuh berdasarkan bakat dan karakteristik fisiknya. Korban dengan bakat menari akan dimutilasi kakinya, korban dengan bakat menyanyi maka leher akan digorok, dan sebagainya. Uniknya, setelah psikopat ini membunuh, ia akan meninggalkan setangkai mawar di samping tubuh korban dengan warna yang berbeda sesuai poin yang ia dapatkan.
Awal cerita dalam novel ini menggambarkan bagaimana Jennifer Walker meninggal. Ia adalah istri dari Judd Walker, seorang mantan jaksa wilayah distrik Chattanoogal. Jennifer Walker biasa disebut oleh Judd sebagai Jenny-ku. Jenny ditemukan meninggal dalam keadaan mengenaskan dengan kedua tangannya digantung di atas kepala dan terpotong sampai putus pergelangan tangannya.
Keadaan Jenny yang sungguh mengenaskan membuat seorang Judd berubah menjadi seperti manusia tanpa perasaan. Ia hidup hanya dengan satu tujuan, yaitu balas dendam. Ya, Judd sangat terobsesi untuk membalas dendam pembunuh istrinya.
Bertahun-tahun Judd menghindari banyak orang hanya untuk berpikir bagaimana ia menemukan pembunuh biadab itu. Penemuan ini dialuri dengan teman masa lalunya, yaitu Griffin Powell dan Lindsay McAllister.
Mereka berdua bekerja di Kantor Penyelidik Swasta Powell, mengabdikan seluruh waktu dan tenaganya untuk mencari dan menangkap pembunuh ratu kecantikan.
Pencarian pembunuh ratu kecantikan diberi jalan setelah adanya aksi pembunuhan Jennifer Walker yang dilakukan pembunuh berdarah dingin itu.
Pembunuh ratu kecantikan itu mencoba membunuh ratu kencantikan yang bernama Gale Ann Cain dengan cara memotong kedua kakinya karena memiliki bakat tarian ekspresif. Beruntung, ia masih hidup. Ini adalah kartu AS untuk semua orang yang menyelidiki kasus pembunuhan ini. Titik terang pun semakin terlihat hingga bisa memunculkan pertanyaan tentang siapa pembunuh ratu kecantikan ini sebenarnya?
Buku ini mempunyai plot yang unik dan karakter bagus yang bermacam-macam. Sepanjang perjalanan pencarian pembunuh ratu kecantikan, terdapat kisah romansa di beberapa tokoh dalam novel ini.
Kisah seseorang di masa lalu yang terus sabar menghadapi cintanya yang mungkin tak dapat dimiliki secara utuh. Keadaan semakin diperuncing dengan seorang Lindsay yang mengusahakan berbagai cara untuk melacak jejak si pembunuh yang semakin brutal dan sadis. Bahkan ia rela mengumpankan dirinya sendiri ke tangan si pembunuh.
Banyak hal menegangkan dari semua adegan yang digambarkan di novel ini. Namun, ada beberapa konteks di paragraf yang masih membuat bingung ketika sedang membacanya.
Buku terjemahan ini memiliki bahasa yang sulit sehingga mempengaruhi pemahaman pembaca akan isi dan bahasan di dalamnya. Meskipun begitu, sudut pandang berbeda yang digambarkan di novel ini membuat lembaran-lembaran novel ini terus ingin dibaca sampai habis.
Buku setebal 522 halaman ini cocok bagi kamu yang suka novel bergenre thriller-romance. Dari poin satu sampai sepuluh, buku ini mendapatkan rating poin di angka delapan dengan dua poin mewakili beberapa kekurangan novel ini.
(Redaktur Tulisan: Rani Sakraloi)