Hits: 440
Husna Nabila Pulungan
“Mungkin tanpa circle pertemanan, rasanya sepi, tapi aku bisa jadi circle terbaik untuk diriku sendiri, aku bisa jadi teman terbaik untuk diriku sendiri, dan aku bisa membuat ini lebih indah, lebih seru, daripada circle-circle yang aku nggak miliki.” – hal 89
Pijar, Medan. Percaya atau tidak, semakin dewasa, kesepian mungkin merupakan teman yang paling akrab bagi beberapa orang. Merasa sendiri bahkan sampai mempertanyakan hal tersebut kepada diri kerap kali kita alami. Hal ini pula yang membuat beberapa orang memilih untuk bertumpu pada diri sendiri dan tidak bergantung pada orang lain.
Mengapa? Apakah adanya ketakutan akan kesendirian yang pada akhirnya akan dirasakan lagi?
Hal itulah yang disampaikan oleh Alvi Syahrin dalam bukunya Loneliness is My Best Friend. Buku ini merupakan bagian dari Seri Self Healing dan buku kedua yang terbit pada tahun 2022 setelah sukses dengan buku pertamanya, Insecurity is My Middle Name. Dengan buku setebal 306 halaman, akan ada 45 bab di dalamnya yang akan membantu untuk bisa berdamai dengan rasa sepi.
Buku ini menceritakan fase-fase menuju kesepian. Mulai dari merasa tidak punya teman, keinginan untuk memiliki teman cerita, dan selalu merasa menjadi pilihan kedua orang lain. Selanjutnya, ada pula latihan untuk berteman dengan diri sendiri, fase dewasa di mana kita selalu merasa sepi hingga merasa tidak ada orang yang menyayangi kita. Fase-fase tersebut bisa sampai membuat kita untuk lebih memilih menutup diri dari orang lain.
“Jadi, kalau lagi butuh waktu sendiri, nggak apa-apa. I hope you find yourself. I hope you learn to be friend with yourself. I hope you learn to fall in love with yourself.” – hal 137
Dari buku ini, kita bisa belajar untuk tidak meletakkan kebahagian kita kepada orang lain. Nyatanya, secara tidak langsung ketika kita melakukan hal itu akan membuat diri kita sendiri terluka. Terkadang penyebab kita kesepian bukan karena tidak punya teman untuk bercerita, tetapi karena ketidaktahuan tentang bagaimana cara berdamai dengan kesepian saat kita tidak punya teman cerita.
“Tapi, ingat… Kebahagiaanmu bukan tanggung jawab orang lain. Kebahagiaanmu, tanggung jawabmu.” – hal 206
Merasa kesepian memang sangatlah tidak menyenangkan. Namun, justru karena adanya perasaan sepi tersebut, kita jadi bisa lebih bersyukur lagi terhadap apa yang kita punya. Kita pun akan selalu ingat bahwa Tuhan selalu bersama kita dan tidak akan pernah meninggalkan kita dalam keadaan apapun. Terlebih ketika kita merasa sedih, baiknya untuk menyerahkannya langsung kepada Sang Kuasa.
“Dan, sekarang, kalau sedang sedih, aku nggak akan langsung menunjukkannya kepada teman-temanku. Aku adukan semuanya kepada Allah, memohon pertolongan Allah dahulu, lalu fokus mencari jalan keluar sendiri. Kalau memang mentok, aku nggak akan pakai drama ‘menunjukkan kesedihan untuk tau apakah mereka peduli?’ tapi aku langsung mengomunikasikannya kepada teman-temanku, bercerita kenapa aku sedih, dan bantuan apa yang aku butuhkan.” – halaman 60
Buku ini bisa menjadi pelipur lara di kala kita merasa kesepian karena bukunya ringan, hangat, dan kaya akan makna. Buku ini juga mengandung banyak kalimat yang menghangatkan hati sehingga membuat para pembaca merasa sedang mengobrol langsung dengan penulisnya.
”Ingat kamu bukan korban kesepian, kamu adalah pahlawan yang menaklukan kesepian. Ingat, kamu adalah sahabat terbaik untuk dirimu sendiri. So, say nice things to yourself.” – hal 261
(Redaktur Tulisan: Rani Sakraloi)