Hits: 353
Indah Mawarni / Suci Say’sah
Pijar, Medan. “Umur hanyalah angka, tetapi semangat tidak akan pernah padam,” sebuah kalimat yang menggambarkan sosok inspiratif kali ini. H. Muhammad Tok Wan Haria (TWH) merupakan mantan veteran sekaligus wartawan senior kelahiran 15 November 1932.
TWH memulai karirnya di Radio Rimba Raya, yaitu Radio Republik Indonesia Darurat yang terletak di Dataran Tinggi Gayo. Di usianya yang ke-90 tahun, semangatnya dalam dunia jurnalistik masih berkobar.
Sang ayah adalah awal ia menapaki dunia pers. Ayah TWH yang merupakan seorang wartawan mengajarakan ilmu-ilmu stenografi kepadanya. Berangkat dari ilmu yang diperolehnya itu, TWH meniti karir dari Mimbar Umum dan menjadi wartawan olahraga.
Lebih dari 40 tahun berkecimpung di dunia pers, banyak kenangan manis dan berkesan sudah ia alami. Pernah menjadi Ketua Seksi Wartawan Olahraga (SIWO) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumatera Utara sampai melakukan banyak perjalanan keluar negeri merupakan kenangan manis yang sangat membekas dihatinya.
Pria asal Aceh ini telah mendapat penghargaan Penegak Pers Pancasila dari PWI dan juga menjadi salah satu penerima Press Card Number One karena telah lama berkecimpung di dunia pers.
TWH juga memiliki sederet prestasi lainnya, seperti mengikuti lomba fotografi human interest, bermain teater serta menulis buku. Sebanyak 37 buku pernah ia tulis. Dua orang wartawan asal belanda pernah mendatanginya dan memberitahukan kepada TWH, bahwa ada sepuluh buku karyanya tersimpan di perpustakaan di Belanda.
Hobinya dalam mengoleksi foto mendorong ia dan anaknya melakukan pameran ke sekolah-sekolah, taman budaya, dan tempat lainnya. Setelah melakukan pameran, ia pun berinisiatif mendirikan museum sendiri.
Keinginan untuk membuat museum pers ini sudah lama diidamkannya, tetapi tak pernah kesampaian. Ia sudah menghubungi banyak orang, dari pejabat, tokoh penting, hingga pengusaha. Namun, di antara orang-orang yang dihubungi, tak banyak yang berminat atau membantu. TWH pun letih sendiri.
Akhirnya, pada ulang tahunnya yang ke -87, ia memutuskan untuk menjadikan rumahnya di Jalan Sei Alas Sikambing No.6, Medan Petisah sebagai Museum Perjuangan Pers. Museum ini diresmikan oleh Kepala Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara yang diwakilkan oleh Kepala Dinas (KADIS) Kebudayaan. TWH sendiri tidak merasa terganggu jika ada tamu yang berkunjung ke rumah pribadinya itu, ia justru merasa sangat senang.
Ia juga mengungkapkan bahwa menjadi seorang wartawan pada masa terdahulu memiliki tantangan tersendiri. Mereka harus mencari berita liputan di tengah gejolak pemberontakan pada masa PKI di Indonesia.
“Jika ingin terjun di dunia jurnalistik, kita sebagai anak muda harus sungguh-sunguh, serta menguasai bahasa agar memperkaya tulisan kita nantinya,” jelas Tok Wan Haria untuk harapan kedepannya.
(Redaktur Tulisan: Marcheline Darmawan)