Hits: 103
Farah Asy-syifa / Estetia
Pijar, Medan. Dilansir dari halodoc.com, mencintai diri sendiri atau self love diterapkan dengan cara mengenali diri sendiri, mengetahui tujuan dan impian yang ingin dicapai serta menerima aspek yang ada pada diri. Maraknya self love di kehidupan sosial menandakan bahwa kesadaran manusia terhadap kesehatan mental semakin meningkat. Hal ini merupakan pertanda baik karena mencintai diri dapat memberikan efek yang positif bagi jiwa dan raga.
Selain itu, menjaga kesehatan mental dengan self love dapat menurunkan risiko stres hingga depresi. Praktik dari self love dalam kehidupan sehari-hari dapat berupa banyak hal. Seperti memenuhi keinginan diri, mendengar suara hati, memilih lingkungan yang baik, memberikan diri sendiri sebuah hadiah, dan menjadi pribadi yang percaya diri. Dengan dilakukannya self love, kelak akan tumbuh jiwa yang lebih mudah untuk berpikir secara positif.
Namun, mencintai diri sendiri dengan judul self love tidak selalu ditandai dengan memenuhi semua hasrat diri. Nafsu yang dimiliki manusia bersifat tidak terhingga.
Ketika menginginkan sesuatu dan memenuhinya tanpa pertimbangan yang matang dapat berujung menjadi self sabotage. Self sabotage atau sabotase diri adalah perilaku atau pola pikir di mana suatu individu secara sadar maupun tidak sadar merusak diri sendiri sehingga menghalangi dirinya untuk mencapai tujuan.
Self love yang berlebihan dapat melenceng dan berubah arah menjadi self sabotage. Tindakan self sabotage dapat berupa hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari yang efeknya baru akan dirasakan di kemudian waktu. Contoh dari self sabotage adalah membeli makanan cepat saji. Membelikan diri sendiri sebuah makanan merupakan tindakan self love. Namun, hal itu bisa berubah menjadi self sabotage karena makanan cepat saji dapat berbahaya bagi kesehatan.
Hal lain yang dapat ditemui di kehidupan sehari-hari adalah ketika menunda melakukan pekerjaan. Dengan kedok self love berupa pemulihan (healing), seseorang dapat menunda atau memberhentikan pekerjaannya sesaat demi bersantai. Padahal, yang dilakukan justru akan membuatnya sulit di jangka panjang.
Self sabotage merupakan perilaku yang perlu dihindari oleh setiap manusia. Tentu saja hal ini disebabkan karena menyabotase diri sendiri dapat memberikan efek yang negatif bagi jiwa dan raga. Efek dari self sabotage secara umum dapat menghambat manusia menjadi pribadi yang maju dan mencapai tujuan. Self sabotage yang dilakukan secara berulang-ulang akan membentuk siklus atau ‘lingkaran setan’.
Manusia yang kerap melakukan self sabotage akan merasakan dirinya berubah menjadi orang yang pesimis, mudah menyerah, kurang bersemangat, dan tidak bergairah. Selain itu, self sabotage dapat berdampak ke pola pikir (mindset) seseorang dan membuatnya menjadi rendah diri.
Oleh dari itu, perlu dilakukan identifikasi self sabotage kepada diri sendiri sebelum akhirnya malah melukai diri. Ketika sudah merasakan adanya self love yang berlebihan maka sebaiknya langsung berbalik arah dan menghindari hal itu sebelum terjadi sabotase diri dengan ‘luka’ yang bisa saja menggangu kesehatan mental.
Self love yang aman dilakukan adalah dengan cara mengenali diri sendiri secara dalam, mampu mengontrol emosi diri, menerima serta memproses hal-hal yang terjadi di hidup, tidak membandingkan diri dengan orang lain, dan berani mengambil keputusan. Bagi kesehatan raga, self love dapat dilakukan dengan mengonsumsi makanan yang sehat, berolahraga secara rutin, dan merawat diri dengan terampil.
Berbuat baik kepada diri sendiri adalah hal yang wajib dilakukan. Dengan mencintai diri sendiri nantinya akan memberikan efek yang baik pula kepada lingkungan sekitar. Ingatlah untuk cintai dirimu sendiri sebelum mencintai orang lain.
(Redaktur Tulisan: Rani Sakraloi)