Hits: 93

Silver Lining

Pijar, Medan. Pernikahan anak di bawah umur masih menjadi realitas yang dihadapi oleh negara berkembang saat ini, termasuk Indonesia. Tentunya masalah ini pun menjadi perhatian secara global. Pernikahan anak atau dalam masyarakat disebut dengan pernikahan dini ini adalah suatu pernikahan yang salah satu atau kedua calon mempelai berusia di bawah 18 tahun.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), diperkirakan sekitar 1.220.900 anak mengalami pernikahan usia dini di Indonesia, menempati peringkat ke-10 perkawinan anak tertinggi di dunia.

Menyadari hal itu, Nur Rahmi Aqilia beserta rekan-rekannya mendirikan Rumah Caper—singkatan dari Rumah Cerdas Anak Perempuan. Rumah Caper merupakan organisasi khusus program pemberdayaan yang bergerak dalam rangka pencegahan pernikahan usia anak (pernikahan dini) serta isu remaja. Rumah Caper sendiri berlokasi di Desa Danau Sijabut Kecamatan Air Batu-Asahan.

Nur Rahmi Aqilia atau yang akrab disapa Rahmi, merupakan seorang mahasiswa dari Jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Sumatera Utara. Ia merupakan seorang yang aktif dalam beragam pengabdian, salah satunya sebagai Duta GenRe Sumatera Utara. Selain itu, ia juga lolos dalam seleksi nasional program pengabdian dari Bakti Milenial ke Labuan Bajo dengan kualifikasi fully funded volunteer atau relawan yang dibiayai penuh. Bergerak dari kecintaannya akan mengabdi tersebut, maka muncullah gagasan untuk mendirikan Rumah Caper ini.

Awalnya Founder dan Co-Founder Rumah Caper itu bergabung dalam organisasi yang sama, yaitu Forum Anak Kabupaten Asahan. Berangkat dari salah satu isu dalam Forum Anak, pernikahan anak, maka Forum Anak ini memiliki inisiatif untuk mendirikan wadah baru wadah baru mereka yang berumur di bawah 18 tahun dan anak remaja juga.

Rumah Caper memiliki dua fokus permasalahan, yaitu pendidikan berkualitas dan kesetaraan gender. Rumah Caper juga memiliki program seperti Teras Belajar. Teras Belajar menyediakan kelas belajar gratis untuk anak – anak di desa Danau Sijabut. Disana, anak – anak diajarkan membaca, menulis, berhitung, hingga belajar bahasa Inggris. Untuk menumbuhkan minat baca pada anak-anak, Rumah Caper juga membangun fasilitas perpustakaan, tempat anak – anak membaca. Tentunya, Rumah Caper juga aktif pada perayaan hari raya nasional seperti hari anak nasional dan turut mengadakan perlombaan dan festival kecil untuk warga desa setempat. Tidak hanya itu, Rumah Caper juga membuat sanggar tari untuk anak – anak yang memiliki minat bakat dalam bidang tari.

Rumah Caper sangat memaksimalkan pemberdayaan yang ada. Tidak hanya fokus kepada anak – anak, Rumah Caper juga membangun kesadaran kepada para orang tua mengenai kesetaraan gender. Sebagai Co-Founder Rumah Caper, Rahmi ikut aktif dalam mengikuti seluruh kegiatan yang di adakan oleh Rumah Caper, tetapi tidak lupa mengejar prestasi akademiknya semasa kuliah.

Rahmi mengakui bahwa setiap kegiatan yang dilakukannya hingga saat ini berdampak baik bagi masa depannya, Iaberharap agar kedepannya ia mendapat lebih banyak peluang mencoba hal baru yang bisa menambah pengalamannya, terlebih di bidang pendidikan.

Rahmi juga berpesan “Jangan takut punya cita-cita, belajar buat target kecil dan semoga target kecil itu bisa jadi target besar yang terwujud suatu hari nanti”.

Leave a comment