Hits: 41
Samuel Sinurat
Pijar, Medan. Media sosial Twitter baru ini dihebohkan tangkapan layar berisi curahan hati seseorang yang terangsang secara seksual terhadap ibu hamil. Sebelumnya, pernah terjadi kasus serupa, yaitu “Gilang bungkus”. Di mana pelaku tertarik secara seksual terhadap orang yang dibungkus dengan kain jarik. Secara umum, fetishtic disorder merupakan gangguan yang terjadi ketika seseorang tertarik terhadap benda mati atau bagian tertentu tubuh orang untuk memenuhi fantasi seksualnya. Fetish adalah obsesi seksual yang terjadi ketika seseorang mendapat respon seksual terhadap objek yang bukan manusia atau bagian tubuh yang bukan genital, seperti pakaian dan aksesoris tertentu.
Menurut dosen psikologi Universitas Indonesia, Dian Wishnuwardani M.Psi, seseorang dapat disebut fetish apabila mengalami beberapa kriteria.
“Menurut buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, ya, edisi ke lima. Ada beberapa kriteria tertentu untuk seseorang yang dinyatakan fetish, yaitu dalam enam bulan dia mengalami dorongan fantasi seksual atau perilakunya berulang dan sangat intens, melibatkan benda mati atau bagian tubuh yang non-genital. Minimal enam bulan, kalau masih baru satu bulan, berarti dia masih punya gejala gitu,” tuturnya.
Dalam buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi ke-5 (DSM 5). Dijelaskan bahwa fetish disorder termasuk ke dalam perilaku seksual kompulsif. Perilaku seksual kompulsif dibagi menjadi dua tipe, yaitu parafilia dan non-parafilia. Fetishtic disorder sendiri masuk ke dalam parafilia. Parafilia adalah pola khusus dorongan atau perilaku individu yang merugikan orang lain. Oleh karena itu, gejala parafilia berbeda dengan minat seksual secara normal.
Penyebab gejala fetishtic disorder secara pasti belum dapat ditemukan, tetapi beberapa ahli menyimpulkan faktor penyebab gejala fetishtic disorder muncul oleh beberapa sebab, yaitu neurobiologis, interpersonal, serta kognitif seseorang. Menurut laman mayoclinic.org, beberapa penyebab fetish disorder ialah yang pertama ketidakseimbangan senyawa kimia dalam otak, kedua perubahan dalam sistem saraf otak, dan ketiga kondisi kesehatan yang memengaruhi otak.
Gejala fetish disorder yang sudah menjadi gangguan dapat menyebabkan tekanan yang signifikan pada seseorang karena menyerang fungsi sosialnya. Sebab orang yang memiliki gejala fetish disorder sulit mengontrol dorongan seksualnya dan akan terus memikirkan objek atau benda mati yang bisa membuat tertarik secara seksual sehingga ketika bersosialisasi akan berjalan dengan tidak baik. Selain itu, juga dapat menyebabkan gangguan kecemasaan yang berkepanjangan dan stres yang berlebih.
Gejala fetish disorder sendiri dapat diobati dengan dua cara, yaitu melalui terapi seks dan terapi perilaku kognitif (CBT). Pertama, yaitu terapi seks yang merupakan sebuah terapi untuk dapat membantu individu yang mengalami berbagai gangguan seksual. Sebab metode pelaksanaannya sama dengan konsultasi dengan psikolog atau yang lebih dikenal dengan sesi curhat. Pihak yang melakukan terapi disebut terapis atau konselor dan biasanya konselor akan menanyakan beberapa pertanyaan ringan.
Kedua adalah terapi perilaku kognitif (CBT). Terapi ini menggunakan metode mengidentifikasi dan mengubah pola pikir serta perilaku. Tujuannya untuk mengurangi minat pasien terhadap objek yang menimbulkan gejala fetish disorder. Fetish disorder membutuhkan kepekaaan dan penanganan serius terhadap diri sendiri dan orang lain. Sebab gejala ini dapat menimbulkan kerugian diri sendiri maupun orang lain. Maka dari itu, diperlukan penanganan oleh ahli profesional untuk mencegah timbulnya gejala tersebut.
(Redaktur Tulisan: Rani Sakraloi)