Hits: 71

Raymond Putra Pratama Silalahi/Nadila Tasya Tanjung

Pijar, Medan. Saat kita bangun tidur, mandi, makan, bermain, melakukan perjalanan, sampai melakukan aktivitas lainnya tentu ada satu hal yang tidak akan pernah terlepas dari kita, yaitu waktu. Setiap hari, waktu selalu menjadi tolak ukur kita dalam melakukan sebuah aktivitas. Namun, apakah kita sudah menggunakan waktu kita dengan baik?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung. Dengan kata lain, waktu selalu berjalan saat kita sedang melakukan kegiatan apa pun, di mana pun, dan kapan pun. Waktu juga tidak akan bisa berhenti atau diputar balik karena hal tersebut merupakan kesempatan, tempo, atau peluang yang kita tidak tahu kapan akan terjadi.

Dengan waktu yang selalu berjalan, manusia diharuskan untuk menggunakannya sebaik mungkin, bahkan jika kita melewatkan satu detik dengan melakukan hal tidak berguna, kita hanya bisa menyesali hal tersebut di kemudian hari. Hal inilah yang masih sangat sering terjadi terutama di Indonesia. Kesadaran orang-orang dalam hal ketepatan dan memaknai waktu masih sangat rendah.

Masyarakat Indonesia cenderung menghabiskan waktu untuk bersantai. Sifat inilah yang membuat masyarakat menjadi malas untuk bergerak dan memunculkan perasaan ingin menunda untuk melakukan suatu pekerjaan ataupun janji yang sudah dijadwalkan.

Namun, dari kehidupan dewasa ini kita juga dapat menemukan keterlambatan waktu yang kurang dimaknai oleh masyarakat Indonesia sendiri seperti hal pertemanan. Sebagai contoh, saat kita telah melakukan janji untuk bertemu pukul 4 sore, sering kali teman kita maupun kita masih belum bersiap saat jam 4 sore dan bahkan masih bersantai, akibatnya teman kita ataupun kita mau tidak mau harus menunggu sampai teman ataupun kita datang.

Mungkin, tak jarang juga kita menegur teman atau kerabat yang sering terlambat, tetapi sebagian besar dari mereka masih menganggap bahwa keterlambatan ini adalah hal yang biasa sehingga mereka tetap melakukan hal itu. Hal ini yang terbawa sampai kita semakin dewasa hingga akhirnya menciptakan ketidakdisiplinan dan kurang menghargai waktu.

Ketidakdisiplinan waktu ini juga tidak selalu ditanggapi serius oleh para orang tua ataupun tenaga pendidik diĀ  Indonesia yang akhirnya terus tumbuh sampai ke generasi muda. Jika rasa kurang bertanggung jawab akan waktu ini terus dibiarkan bertumbuh pada generasi selanjutnya, maka akan menjadi bom waktu yang siap untuk menghancurkan Indonesia dengan perlahan.

Sebagai perbandingan dengan negara-negara lain yang ada di Eropa layaknya Swiss atau Finlandia, yang terkenal merupakan negara dengan ketepatan waktu yang baik dalam hal pekerjaan atau lainnya. Mereka sangat menghargai dan menghormati waktu antara satu dengan yang lainnya bahkan mereka mengakui bahwa hidup disiplin dengan waktu memberikan dampak positif bagi kesehatan mereka dan memberikan kepuasan mendalam sehingga memperoleh kebahagiaan sejati.

Lalu apabila kita meleset sedikit ke negara Asia lain seperti Jepang yang sudah tidak asing lagi dianggap sebagai sebuah negara yang terkenal dengan ketepatan waktunya tersebut. Budaya tepat waktu ini sudah bertumbuh bahkan sejak mereka masih berkembang yaitu pada era restorasi Meiji tahun 1868. Pada era Meiji, Jepang menerima akulturasi budaya dengan barat, di sinilah masyarakat mereka mulai mengenal jam, menit, dan, detik bahkan mengenal teknologi jam mekanik.

Selain itu, adanya istilah waktu adalah uang membuat masyarakat Jepang sangat peduli dengan waktu tersebut dan malu jika melakukan keterlambatan. Sikap ini dibawa turun-temurun dari era Meiji sampai sekarang. Hal inilah yang membuat masyarakat Jepang sangat disiplin dengan waktu.

Di Jepang, seorang teman akan meninggalkan teman mereka saat ia melakukan keterlambatan. Jika ini terjadi, orang yang ditinggalkan tersebut tidak akan marah, karena mereka juga sudah tau bahwa menunggu itu adalah suatu pekerjaan yang membuang waktu.

Oleh karena itu, Anda boleh mulai tanamkan pola pikir, jika kita sendiri tidak ingin menunggu, sebaiknya jangan membuat orang lain menunggu.

(Redaktur Tulisan: Muhammad Farhan)

Leave a comment