Hits: 299

Suci Say’sah/Zain Fathurrahman

Pijar, Medan. Tabuhan drum dan bunyi terompet dari marching band sering kali kita dengar meramaikan sebuah perayaan. Melihat dari kejauhan sebuah pasukan yang sedang berbaris rapi dengan alat-alat musiknya, membuat kita takjub dan bertanya-tanya. Bagaimana bisa sekelompok orang bergerak dalam pola yang terstruktur dan rapi, tetapi tetap fokus dalam memainkan alat musik dan menghasilkan komposisi yang tetap enak didengar oleh telinga?

Marching band, dalam padanan bahasa Indonesia disebut sebagai drumben, yang berarti sekelompok barisan orang yang memainkan satu atau beberapa lagu dengan menggunakan sejumlah kombinasi alat musik tiup (Hornline), perkusi (Percussion), dan sejumlah instrumen pit (Pitt Percussion) secara bersama-sama.

Penampilan marching band merupakan kombinasi dari permainan musik (tiup dan perkusi) serta aksi baris-berbaris dari pemainnya.  Umumnya, penampilan sebuah drumben dipimpin oleh satu atau dua orang Komandan Lapangan (Field Commander) dan dilakukan baik di lapangan terbuka maupun lapangan tertutup dalam barisan yang membentuk formasi dengan pola yang senantiasa berubah-ubah sesuai dengan alur koreografi terhadap lagu yang dimainkan.

Drumben biasanya diiringi pula dengan aksi tarian yang dilakukan oleh sejumlah pemain bendera (Colour Guard) yang terdiri dari flags (pemegang bendera), rifle (pemegang senapan), dan juga sabre (pemegang pedang).

Dilansir dari Wikipedia, sejarah marching band bermula dari tradisi purba sebagai kegiatan yang dilakukan oleh beberapa musisi yang bermain musik secara bersama-sama dan dilakukan sambil berjalan untuk mengiringi suatu perayaan ataupun festival.

Seiring dengan perjalananan waktu, drumben berevolusi menjadi lebih terstruktur dalam kemiliteran pada masa-masa awal era negara kota. Bentuk inilah yang menjadi dasar awal orkes militer yang kemudian menjadi awal munculnya drumben saat ini hingga berkembang menjadi marching band.

Adapun pembagian alat musik pada marching band berupa alat musik tiup seperti; trompet, mellophone, baritone, dan tuba. Perkusi seperti; snare drum, drum tenor, drum bass, dan simbal. Instrumen pitt (statis) seperti; xylophone, vibraphone, marimba, simbal, timpani, dan lain sebagainya.

Drumben sendiri sudah diakui sebagai sebuah olahraga di Indonesia, ditandai dengan lahirnya Persatuan Drum Band Indonesia (PDBI) pada Desember tahun 1977 dan berada di bawah Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat. PDBI dibina oleh Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) serta turut dilombakan pada Pekan Olahraga Nasional.

Setiap tahunnya, marching band memiliki perlombaan akbarnya sendiri yang disebut dengan Grand Prix Marching Band (GPMB). GPMB merupakan ajang kompetisi tingkat nasional yang diselenggarakan sejak tahun 1982 dan diikuti oleh sejumlah kelompok yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, memperebutkan piala Presiden, piala Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, piala Menteri Pemuda dan Olahraga, dan lainnya.

Banyak sekali manfaat yang bisa kita peroleh dari marching band ini, salah satunya yaitu membentuk karakter dalam diri kita. Latihan bersama sama yang dilakukan selama berjam jam, berhari-hari, hingga berbulan bulan tentunya membuat kita secara tidak langsung menempa mentalitas kita dengan melakukan proses adaptasi terhadap lingkungan sekitar, menerima dan memahami perbedaan serta bersikap disiplin di dalam prosesnya.

Hal- hal tersebut dilakukan demi tercapainya keharmonisan irama,gerakan yang indah, dan efek visual yang selaras dengan suara yang dihasilkan sehingga dapat menampilkan satu pertunjukkan yang megah nan indah.

Selain membentuk karakter dalam diri, drumben juga mengasah kemampuan musikalitas dalam diri sendiri. Kepekaan terhadap musik, pengetahuan mengenai jenis-jenis alat musik, dan kepandaian untuk mengerti dan peka terhadap tempo merupakan beberapa manfaat drumben bagi musikalitas seseorang.

Sangat menarik bukan jika kita mengikuti olahraga satu ini? Kita bisa belajar bermain musik, latihan baris-berbaris, serta berkompetisi untuk menumbuhkan daya saing dan kompetensi dalam diri kita masing-masing. Selain untuk mengembangkan diri kita sendiri, kita juga dapat membuat orang lain merasa senang hanya dengan menyaksikan kita saja.

(Redaktur Tulisan: Muhammad Farhan)

Leave a comment