Hits: 21055
Tasya Azzahra
Alarm berdering, pertanda aku harus segera bangun dan melaksanakan kewajibanku. Hari masih belum terang, sinar matahari mengintip malu dari ujung sana. Kurapihkan tempat tidur sembari menunggu sang surya menerangi hari. Setelahnya, aku duduk di tepi kasur dan memainkan gawai milikku. Hanya sekadar memeriksa apa mungkin ada tugas kuliah yang harus diselesaikan hari ini. Seperti biasa, tentu saja ada. Saat cahaya hangat matahari sudah mulai terasa, akupun keluar dari kamar dan memulai aktivitas hari Minggu.
Aku mulai dengan menyalakan mesin air. Semua pakaian yang akan dicuci aku masukkan ke dalam mesin cuci, kubiarkan semuanya berputar di dalamnya dengan taburan pembersih pakaian. Selanjutnya, aku mulai membersihkan rumah. Masuk ke ruang pakaian, kepalaku tiba-tiba sakit melihat baju-baju yang bertumpuk. Aku menarik nafas dan menghembuskannya dengan keras, lalu kutinggalkan ruangan tersebut dengan harapan tumpukan baju itu dapat lenyap. Baru saja keluar, aku langsung kembali lagi ke dalamnya dan memutuskan untuk menyetrika semua agar mereka lenyap, alias masuk ke dalam lemari.
Di tengah-tengah kegiatan lenyap-melenyapkan, kudengar mesin cuci sudah tidak bergerak lagi. Kegiatan menyetrika kuhentikan, aku pun mulai menjemur baju di bawah sinar matahari pagi dengan harapan semuanya dapat kering karena ada baju yang harus kupakai untuk pergi besok ke suatu tempat. Selesai menjemur, perutku pun bergetar, memberi sinyal bahwa aku membutuhkan asupan gizi untuk dapat terus melanjutkan hari. Sarapan kali ini bubur ayam, makanan kesukaanku. Tim bubur diaduk harus mendapat apresiasi atas keberhasilannya membuat makanan ini menjadi lebih nikmat. Iya, aku tim bubur diaduk.
Setelah mengisi perut, aku beristirahat sekitar 30 menit lalu kembali ke aktivitas yang belum kuselesaikan tadi. Sambil menyetrika, aku mendengarkan lagu melalui salah satu platform musik. “Na na na na na,” gumamku mengikuti alunan lagu. Baju-baju yang bertumpukan tadi pun perlahan mulai lenyap.
Langit sangat terang, sekarang sudah tengah hari. Aku memeriksa pakaian yang tadi aku jemur, beberapa sudah ada yang kering, sementara baju yang akan kupakai belum. Aku memilih untuk kembali beristirahat. Badanku rasanya pegal sehabis menghajar tumpukan baju tadi. Sambil menguyah camilan, aku menyalakan televisi. Melihat tidak ada acara yang menarik, aku mengambil gawai dan mulai berselancar di dunia maya sembari menunggu panggilan untuk salat zuhur berkumandang.
Semakin siang, sinar matahari kian terang. Aku ke belakang lagi untuk melihat apakah baju tersebut sudah kering, ternyata belum juga. Kemudian kuputuskan untuk ke kamar dan mulai mengerjakan tugas kuliah yang seakan tidak pernah lelah menghampiriku.
Berpikir, mencari, menulis, itulah yang terus kulakukan. Belum semua memang, tapi sedikit demi sedikit tugas-tugas itu dapat kuselesaikan. Saat tugasku hampir selesai, saat tugasku tinggal sedikit lagi, tiba-tiba temanku menghubungiku untuk menanyakan perihal bagaimana format tugas yang aku buat. Ternyata, apa yang sudah kubuat berbeda dengan format yang seharusnya. Sedih rasanya, mengingat aku harus mengulang kembali tugas itu. Kembali kutarik dan kuhembuskan nafas dengan keras. Kemudian kuputuskan untuk menutup laptop dan melupakannya untuk sejenak dengan tidur.
Aku tertidur cukup lama, saat bangun jam di dinding menunjukkan pukul setengah lima sore. Kulihat keluar langit nampak mendung, jendela kamarku terlihat berembun dan ada butiran air menempel. Aku berlari ke belakang untuk memastikan, sesuai dugaanku, hujan turun deras dan baju yang harusnya kupakai besok kembali basah, bahkan lebih basah daripada saat sebelum aku menjemurnya tadi. “Masih berlanjut ternyata,” batinku menyadari keapesan yang ternyata belum selesai. Semuanya tidak berjalan lancar hari ini. Lagi dan lagi, aku kembali menarik dan menghembuskan nafas dengan keras.