Hits: 246
Zian Nabilla Barus / Jenni Sihombing
Pijar, Medan. “Memaafkan bukanlah sesuatu hal yang mudah, tetapi dengan kita memaafkan diri sendiri dan orang lain, kita terlepas dari borgol negatif yang menghantui,” ungkap Ricka Setiopurnomo, pembicara dalam webinar bertajuk “Forgiveness and Self Acceptance” yang diselenggarakan oleh Komunitas Ruang Ekspresi Amor Fati, Rabu, (24/11/21).
Webinar ini mengundang dua orang narasumber, yakni Ricka Setiopurnomo (Founder Komunitas Ruang Ekspresi Amor Fati dan penyintas Bipolar) dan Theresia Citraningtyas.
Dalam webinar ini, Ricka memulainya dengan menceritakan kisahnya ketika melewati lika-liku kehidupan, seperti divonis mengalami depresi akut sampai sempat dinyatakan memiliki penyakit bipolar. Ia menceritakan saat dirinya merasa stres, kecewa, marah, bahkan putus asa
“Kesehatan mental dan emosional adalah tanggung jawab diri kita sendiri. Kitalah yang bisa menyembuhkan perasaan ini semua. Namun, adakalanya kita membutuhkan psikiater atau psikolog,” jelas Rica.
Untuk mengubah hal tersebut, Ricka menjelaskan bahwa seseorang harus dapat memanfaatkan dirinya sendiri atas kenyataan yang terjadi. Ia menambahkan, sebab manusia dihadapkan pada dua pilihan, yaitu bertahan pada perasaan yang tidak nyaman atau mencoba untuk keluar dengan cara memaafkan.
Di sisi lain, Theresia memaparkan bahwa ada beberapa orang yang merasa kecewa dan marah dengan sikap orang lain, lalu mengharapkan kata maaf dari orang tersebut. Menurutnya, hal itu hanya akan menyebabkan energi habis. Orang dengan pemikiran tersebut tidak akan merasa bahagia, bahkan terus memikirkan orang lain yang tak kunjung meminta maaf pada dirinya.
“Lebih baik kita gunakan energi kita untuk diri kita sendiri daripada habis untuk orang lain,” tegas Theresia.
Terakhir, Theresia menyampaikan, segala sesuatu yang membuat tidak nyaman, seperti dendam dan amarah, sudah seharusnya untuk dilepaskan. Dia menyarankan agar para peserta webinar mencoba untuk memaafkan diri sendiri secara perlahan. Ia kemudian mengajak untuk menganggap hal tersebut sebagai hadiah karena telah berhasil melepaskan diri dari perasaan tidak nyaman. Menurutnya, orang yang paling mengetahui mengenai perasaan seseorang adalah orang itu sendiri.
(Redaktur Tulisan: Rassya Priyandira)