Hits: 187

Rassya Priyandira

Pijar, Medan. Salah satu mahasiswi peserta program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) di lingkungan Universitas Sumatera Utara, Amelia Wulandari, ungkap perasaannya berkuliah di USU. Amelia mengungkapkan, proses perkuliahan di USU cukup nyaman meski awalnya sedikit takut dan cemas lantaran berada di lingkungan baru.

“Awalnya sedikit takut dan cemas karena USU ini lingkungan baru bagiku. Tapi, setelah 2 minggu mengikuti perkuliahan di USU, perlahan-lahan udah mulai bisa beradaptasi,” ungkap Amelia kepada Pijar, Selasa (7/9/21).

Hal yang membuat nyaman, kata mahasiswi yang berasal dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta itu, adalah para dosen dan mahasiswa USU yang menyambut hangat dirinya serta seluruh rekan pertukaran mahasiswa merdeka.

Amelia sebagai peserta program PMM sedang mengikuti perkuliahan daring di USU. (Sumber Foto: Amelia Wulandari)

Amelia juga mengatakan, dari sisi materi atau tugas yang diberikan tidak jauh berbeda dengan universitas asalnya. Hanya saja, ia sempat bingung dengan sistem Perbaikan Kartu Rencana Studi (PKRS) di USU. Sebab, di universitas asalnya, perbaikan KRS dilakukan sebelum berlangsungnya perkuliahan pada awal semester.

“PKRS ini jujur sedikit membingungkan karena ketika kami salah memilih mata kuliah, kami harus menunggu beberapa minggu setelah perkuliahan berlangsung untuk memperbaikinya. Saat itu tidak ada pihak PIC USU yang memberi informasi tentang ini. Meski akhirnya tidak sebingung yang dipikirkan, tapi kami takut kesalahan ini akan mempengaruhi sampai akhir perkuliahan,” ujarnya.

Hal senada juga diungkapkan Dea Shafa Annisa, mahasiswi Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang mengikuti program PMM di lingkungan USU. Diungkapkan Dea, meski awalnya kaget bertemu dengan dosen yang mengajar secara tegas, namun ia senang mendapat kesempatan kuliah di USU. Sebab, ia bisa mengenal teman-teman yang baik serta dibimbing oleh dosen-dosen yang hebat.

Perbedaan yang dirasakannya selama kuliah di USU adalah penggunaan e-learning kampus yang tidak dimanfaatkan USU. Sebab, di UNNES kegiatan belajar mengajar daring hampir selalu menggunakan situs web universitas.

“Selama di USU saya tidak pernah menggunakan e-learning kampus. Media pembelajaran yang digunakan USU seperti Google Classroom dan Zoom. Sementara itu, di UNNES sendiri hampir selalu menggunakan e-learning kampus,” kata Dea, Selasa (7/9/21).

Lebih lanjut, proses pembelajaran di USU yang lebih dominan teori menjadi pengalaman baru dalam dirinya. Ini terjadi, ungkapnya, karena selama di UNNES ia lebih dominan menerima praktik daripada teori.

Cukup sama seperti Amelia, Dea juga bingung perihal pengisian KRS di USU. Sebab, selama pengisian KRS hanya tersedia kode kelas dan nama mata kuliah.

“Pengisian KRS di USU sedikit bingung dan merepotkan karena tidak tersedianya jadwal, dosen pengampu mata kuliah, serta info-info penting lainnya. Yang tersedia hanya kode kelas dan nama mata kuliah,” tuturnya.

(Redaktur Tulisan: Tasya Azzahra)

Leave a comment