Hits: 284

Claressa Windy Thiara / Shalli Anggia

“Pendidikan bukanlah proses alienasi seseorang dari lingkungannya atau dari potensi alamiah dan bakat bawaannya, melainkan proses pemberdayaan potensi dasar yang alamiah bawaan untuk menjadi benar-benar aktual secara positif bagi dirinya dan sesamanya.”- Butet Manurung

Pijar, Medan. Wanita bernama Saur Marlina Manurung atau yang dikenal dengan Butet Manurung ini merupakan sosok yang mampu menginspirasi banyak orang. Butet merupakan seorang perintis pendidikan alternatif bagi masyarakat terasing dan terpencil di Indonesia. Ia dikenal sebagai sosok yang memiliki semangat tinggi dalam meningkatkan taraf kehidupan warga di pedalaman hutan Indonesia dengan mendirikan Sokola Rimba.

Wanita berdarah batak ini dinyatakan lulus sebagai sarjana dan master di bidang Antropologi. Tidak puas dengan studi yang telah diperoleh, ia pun melanjutkan pendidikannya di Australian National University bidang pembangunan partisipatif pada tahun 2012. Dalam studinya tersebut ia mengikuti kursus mengenai Global Leadership and Publicy yang diselenggarakan oleh Harvard Kennedy School, Harvard University.

Sejak umur belia, Butet Manurung memimpikan dirinya menjadi seorang Indiana Jones. Ia ingin  bekerja dan betualang di hutan yang di dalamnya terdapat masyarakat adat. Hal ini didukung dengan Butet yang pernah bekerja di Warung Informasi Konservasi (WARSI), sebuah LSM yang berkonsentrasi terhadap isu konservasi hutan di Sumatra pada tahun 1999.

19 tahun yang lalu, wanita hebat bernama Butet Manurung ini memutuskan untuk mulai mengenalkan pendidikan membaca dan menulis kepada anak-anak rimba.

Saat mengajarkan baca tulis untuk anak-anak dari Suku Anak Dalam, Butet mulai merasa prihatin pada kehidupan masyarakat pedalaman yang masih menerapkan hidup nomaden. Sementara di sisi lain, kehidupan masyarakat rimba mulai diganggu pihak-pihak yang ingin menjadikan hutan sebagai lahan bisnis.

Dari sini, Butet dan keempat sahabatnya merasa terdorong untuk memberikan pendidikan pada Orang Rimba guna melindungi mereka dari penindasan dunia luar.

Mereka pun mendirikan Sokola Rimba pada tahun 2003. Sokola Rimba merupakan sekolah yang diperuntukkan bagi Suku Anak Dalam atau Orang Rimba di Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) Jambi.

Tidak seperti sekolah formal pada umumnya yang memiliki bangunan tembok beratap, Sokola Rimba hanyalah sebuah dangau kecil yang tidak berdinding dan berpindah-pindah. Pendidikan yang diajarkan di Sokola Rimba juga tidak sama dengan kurikulum sekolah pada umumnya. Di sana anak-anak diajarkan pendidikan dasar seperti baca, tulis, dan hitung.

Perjuangan Butet Manurung untuk mendirikan Sokola Rimba bukanlah sebuah perkara mudah. Bertahun-tahun ia harus keluar-masuk hutan dan ditolak mentah-mentah oleh orang dalam, karena ketakukan pendidikan akan mempengaruhi adat istiadat dan budaya mereka.

Penolakan dan pengusiran kerap diterima oleh Butet karena dirasa sebagai orang luar dan dapat membawa malapetaka bagi masyarakat setempat. Namun, Butet tidak patah semangat dan terus berusaha untuk mendapatkan hati Orang Rimba dengan pendekatan budaya setempat. Sampai suatu saat, tiga orang anak kecil menghampirinya untuk belajar angka dan huruf.

Mulai dari saat itu, masyarakat Suku Anak Dalam mulai menerima kehadiran Butet Manurung dan memperoleh pendidikan layaknya masyarakat Indonesia pada umunya. Terhitung hingga saat ini Sokola Rimba sudah mulai menjangkau wilayah lain di Indonesia hingga mencapai sebanyak 16 daerah. Beberapa di antaranya seperti Flores, Halmahera, Bulukumba (Sulawesi), Pulau Besar dan Gunung Egon, Aceh, Yogyakarta, Makassar, Klanten, dan Sumba.

Akhirnya, kerja keras Butet sudah mulai memperlihatkan hasil seperti yang diharapkan. Anak-anak suku pedalaman mulai mengenal pendidikan, bahkan dia berhasil meyakinkan pada orang rimba bahwa pendidikan bisa melindungi mereka dari kekejaman dunia luar.

Berkat kegigihannya tersebut, Butet berhasil menerima berbagai penghargaan internasional. Seperti Man and Biosphere UNESCO (2011), Hero of Asia TIME Magazine (2004), Ashoka Fellow (2006), Asia Young Leader (2007), Young Global Leader (2009), Ernst and Young Indonesian Social Entrepreneur of the Year (2012), dan Asia Nobel Prize Ramon Magsaysay Award (2014).

Aksi peduli pendidikan Orang Rimba tersebut juga difilmkan. Film itu berjudul Sokola Rimba yang terinspirasi dari perjuangan Butet yang dirilis pada 21 November 2013 dan diputar di berbagai festival film internasional.

(Redaktur Tulisan: Lolita Wardah)

Leave a comment