Hits: 68
Hidayat Sikumbang
Pijar, Medan. Pemilihan Raya (Pemira) telah lama berakhir. Masa saling sikut dan saling serang pun telah lama mereda. Sayangnya, meredanya polemik yang pelik ini akhirnya menimbulkan sebuah tanda tanya baru. Pasalnya, masing-masing pasangan calon (paslon) mengklaim kemenangannya masing-masing.
Pada pemilihan kali ini Pemira diikuti oleh dua pasangan calon. Nomor urut 01, Muhammad Rizki Fadhillah dan Anas Alfarizi diusung oleh tiga Kelompok Aspirasi Mahasiswa (KAM) di antaranya Madani, Perubahan, dan Bhinneka. Dua sosok tersebut terkenal dengan jargonnya yakni “USU Bersatu”. Rizki merupakan mahasiswa program studi Teknik Sipil stambuk 2016 dan Anas adalah mahasiswa Ilmu Hukum stambuk 2016.
Sedangkan pasangan nomor urut 02, Aldo Syahputra, merupakan mahasiswa jurusan Matematika Fakultas MIPA Stambuk 2016. Ia dan pasangannya, M. Prayoga diusung oleh KAM Rabbani, yang menjadi KAM tunggal dalam mengusung paslon ini.
November tahun lalu, Pemira sempat ditunda oleh pihak KPU USU. Wahyu Hidayat yang menjabat sebagai KPU USU mengaku telah mengupayakan secara maksimal. “Ini kembali kepada pandangan masing-masing orangnya saja dan mohon maaf saja jika pandangannya belum cukup, karena kami juga sudah melakukannya secara maksimal,” ungkapnya saat diwawancarai.
Wahyu sendiri menganggap bahwa ia telah berupaya sebaik mungkin, yaitu seperti melakukan sosialisasi dan melaksanakan simulasi secara daring. Namun, ia mengatakan bahwa kesalahan server dalam pemungutan suara adalah sebuah situasi yang tidak bisa terelakkan. “Karena kami juga sudah melakukan simulasi sebanyak 4 kali. Dan kami mengakui dalam proses simulasi tersebut tidak banyak yang mengikuti, sehingga PSI tidak dapat mempersiapkannya dan melakukan perbaikan,” tambahnya lagi.
KPU pun akhirnya menyelenggarakan Pemira pada tanggal 7, 8, dan 10 Desember. Pemira kedua ini akhirnya berlangsung sukses lantaran tidak menemukan kendala yang berarti seperti pemilihan sebelumnya. Kendati demikian, ada spekulasi yang menyatakan bahwa suara tidak sah tersebut dilakukan oleh oknum yang membajak akun mahasiswa baru untuk melakukan kecurangan pada Pemira.
“Menurut kami, kecolongan data akun tersebut merupakan kesalahan dari mahasiswa itu sendiri. Karena sebelumnya mahasiswa sudah dihimbau sejak sebelum pelaksanaan pemilihan untuk menjaga privasi masing-masing akun mahasiswa tersebut,” ungkap Wahyu.
Pengumuman Pemira yang dilaksanakan tengah malam oleh KPU USU sontak mengejutkan banyak pihak. KPU mengumumkan kemenangan pasangan calon (paslon) nomor urut 02 pada sekitar pukul 00.30 (14/12) melalui akun Instagram @kpu.usu. Pihak KPU sendiri menjatuhkan hukuman sanksi pengurangan 300 suara (20 suara dari 15 fakultas yang terdata mengikuti Pemira USU 2020) karena paslon 01 dianggap melakukan kecurangan.
Saling sikut, saling serang, dan saling mengklaim kemenangan pun membuat situasi pada saat itu semakin memanas. Pihak rektor pun akhirnya terpaksa turun tangan untuk meredakan konflik saling klaim kemenangan dan berharap adanya hasil yang bisa mempersatukan kedua belah pihak yang memanas.
BKK USU dan pihak Wakil Rektor I mengundang KPU USU untuk berdiskusi. Namun, undangan ini tak diindahkan oleh Wahyu. “Karena ini adalah Pemira mahasiswa, tentu saja keputusan kemenangan tidak ada campur tangan pihak rektorat. Jadi apabila ini sudah dipegang oleh rektorat, maka bukan lagi dibilang ini adalah Pemira mahasiswa. Karena memang dari awal, mereka adalah fasilitator,” tuturnya.
Aldho Syahputra, sebagai pasangan calon nomor urut 02 yang terpilih sebagai pemenang Pemira oleh KPU USU dilantik oleh Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara pada 7 Februari. Pelantikan ini juga ditayangkan langsung oleh akun @pemausu sebagai akun yang mengelola Presiden Mahasiswa USU. Namun, tak satupun pihak rektorat menghadiri pelantikan yang berlangsung di daerah Setiabudi, Medan.
Gejolak pun semakin memanas ketika pihak USU menerbitkan postingan pelantikan Presiden Mahasiswa. Akun Instagram @official.usu pada 27 Maret justru menganggap pasangan calon nomor urut 01 terpilih dan keluar sebagai pemenang pemilihan raya yang penuh liku-liku ini. Pihak USU pun menerbitkan pemberitahuan bahwa saat ini akun resmi dari Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) @official.pemausu dan menayangkan secara langsung pelantikan di Gelanggang Mahasiswa tersebut.
Keputusan tersebut akhirnya membuat Aldho, yang telah lebih dahulu dilantik menerbitkan surat yang ditujukan langsung ke Rektor USU, Muryanto Amin, namun tidak ada tanggapan. Dualisme pun mau tidak mau tak terelakkan. Masing-masing pasangan calon tetap berpegang teguh pada pilihan mereka. Kedua calon pemimpin mahasiswa tersebut telah sama-sama disumpah dengan kitab suci. Masing-masing pemimpin telah menjabat dan menggunakan akun pemerintahan mahasiswa masing-masing. Inilah akhir cerita dari pemilihan raya yang malah berujung anti-klimaks.
(Editor: Erizki Maulida Lubis)