Hits: 49

Patricia Astrid

“Karena cintaku padamu ini melampaui kata-kata, aku memutuskan untuk diam.” -Nizar Qabbani

Pijar, Medan. Hari ini, seluruh dunia memperingati Hari Puisi Internasional. Peringatan yang jatuh setiap tanggal 21 Maret ini pertama kali ditetapkan pada tahun 1999 oleh UNESCO. Pemilihan tanggal 21 Maret sebagai Hari Puisi Internasional diambil dari tanggal kelahiran seorang penyair legendaris asal Damaskus, Nizar Qabbani.

Pers Mahasiswa PIJAR USU menyelenggarakan sebuah pertunjukan puisi dalam rangka memperingati Hari Puisi Dunia yang dirayakan setiap tanggal 21 Maret. Berkolaborasi dengan Yayasan Sinema Manuproject Production Indonesia, pertunjukan ini dilaksanakan dengan tajuk “Mengenalku Sebagai Manusia”. Pertunjukan ini ditayangkan secara live streaming melalui kanal Youtube Media Pijar pada Minggu, (2/3/21) pukul 13.00 WIB.

Mengangkat tema humanity, Nia Nuryanti dalam kata sambutannya selaku penanggung jawab menyampaikan, “Kami ingin menyebarluaskan kepada para pendengar bahwa kita adalah manusia. Bukan hanya sebagai anggota, atasan, laki-laki, perempuan, atau sebagai apa saja. Melainkan sebagai manusia yang ingin diperlakukan dan akan memperlakukan orang lain sebagai manusia.”

Talent pada pertunjukan ini sepenuhnya diperankan oleh Awak Pijar (sebutan untuk anggota Pijar). Dalam penayangannya, pertunjukan ini dibagi atas dua segmen. Pada segmen pertama, kegiatan dimulai dengan pembacaan puisi berantai. Puisi berantai ini dibacakan oleh Yoga Tri Haditya, Frans Dicky Naibaho, Suryani Agatha, Zikri Auliana, Ade Khairani, Sulisintia Hrp, Yulia Kezia, dan Indah Ramadhanti.

Pembacaan puisi berantai pada segmen satu. (Sumber Foto: Youtube Media Pijar)

Pada segmen kedua, pertunjukan dilanjutkan dengan penampilan teatrikal puisi. Cahaya yang temaram, vokalisasi yang bulat, hingga intonasi yang tepat membuat para penonton dapat merasakan makna puisi yang ingin disampaikan.

Selain merayakan hari puisi, pertunjukan ini juga dilaksanakan sebagai bentuk motivasi kepada para anak muda khususnya yang memiliki minat jurnalistik agar tidak takut untuk berkarya. Ketika pers dibungkam, maka sastra mampu berbicara.

Kolaborasi pertunjukan antara Pers Mahasiswa PIJAR USU dan Manuproject Production Indonesia ini membawa angin segar dan pengalaman baru bagi Awak Pijar dan penonton.

“Pertunjukan puisinya tadi bagus, menarik. Pengemasannya apik dan ringan, jadi buat yang nonton bisa menikmati. Sekarang sih kayaknya udah jarang gitu mahasiswa yang buat kegiatan memperingati hari puisi,” ujar salah satu penonton, Nadia Lumongga.

Manu Ginting, Ketua Umum Yayasan Sinema Manuproject Indonesia mengatakan bahwa secara keseluruhan pertunjukan puisi ini telah disiapkan dengan baik.

“Persiapannya lumayan lama. Kemudian eksekusi shooting-nya dilaksanakan satu harian sampai malam. Semuanya dibantu dengan baik oleh staf dan kru.” ungkap Manu Ginting.

(Editor: Rassya Priyandira)

Leave a comment