Hits: 105

Tasya Nandita

Pijar, Medan. Saya sedang mengamati, duduk di tepian sungai yang teduh. Burung-burung kecil berlalu lalang di atas perairannya. Di bawah rimbun pepohonan, terdapat beberapa bidang tanah yang diberi batas-batas oleh bambu. Orang-orang sibuk, namun tetap tenang, memindah-mindahkan alat pancing beserta pelengkapnya.

Kali ini saya akan mengajak sobat Pijar untuk ikut mengamati kegiatan memancing. Kegiatan yang kata orang membosankan dan membuang waktu.

Tapi tidak bagi pak Hersan (40), yang selalu menghabiskan akhir pekan di Pantai Labu, Lubuk Pakam, Sumatera Utara ini. Baginya, orang-orang yang berkata kalau memancing itu membuang waktu, pasti belum pernah merasakan sensasi melodi yang dihasilkan reel (alat untuk menggulung benang) ketika ikan mulai terjebak umpan atau mungkin belum pernah merasakan sensasi tarik menarik dengan ikan yang sekuat tenaga seolah menolak umpan yang tersangkut di bibirnya.

Secara sederhana, memancing adalah kegiatan atau salah satu teknik menangkap ikan. Bisa saja merupakan pekerjaan, hobi, atau olahraga outdoor baik di danau, laut, sungai, dan perairan lainnya. Memancing tak hanya sekedar bermodalkan keberuntungan tetapi juga memerlukan usaha dan tenaga yang cukup besar seperti saat menyusur sungai mencari spot memancing, melemparkan umpan yang perlu memperhitungkan waktu, dan ketangkasan dalam mengayunkan tangkai pancing sehingga manfaatnya hampir sama dengan berolahraga secara fisik.

Memancing tak terlihat lebih aktif dan energik jika dibandingkan dengan olahraga fisik lainnya. Stigma ‘membosankan’ dan ‘sia-sia jika tidak dapat hasil’ pun masih dianggap ada pada sebagian orang. Terasa klise jika memancing hanya dipandang sebelah mata, karena olahraga ini dapat memberikan manfaat penting kepada si pemancing baik dari kesehatan fisik dan kejiwaan.

Mengutip dari Wide Open Spaces, memancing memberikan beberapa manfaat untuk kesehatan tubuh manusia. Memancing memberikan beberapa keterampilan motorik halus akan semakin tajam lebih lama. Otot-otot yang tak pernah digunakan akan mengalami pergerakan dan latihan kecil saat memancing, terutama pada bagian lengan dan punggung. Paparan sinar matahari saat memancing di alam bebas seperti sungai dan laut akan membuat reaksi vitamin D pada tubuh berproses dengan sempurna.

Tak hanya baik untuk kesehatan fisik tubuh manusia, memancing juga dapat dijadikan alternatif dari terapi kejiwaan. Dikutip dari Detik Health, Rumah Sakit di Skotlandia Greater Glasgow dan Clyde menjadikan memancing sebagai salah satu terapi kejiwaan untuk pasiennya karena efeknya yang bisa menenangkan.

“Kami semua menemukan memancing sangat terapeutik dan berpikir bahwa beberapa pasien kami akan mendapatkan manfaat dari terapi memancing,” jelas John Kelly dari Leverndale Mental Health Hospital.

Memancing tak melulu tentang sebuah penantian akan kail yang disambar, tetapi ada sabar di setiap prosesnya. Tentu saja demikian, ada segelintir rasa antusias dan penasaran saat menanti ikan di bawah sana. Dimulai dari memilih alat pancing terbaik, membuat umpan terlezat untuk ikan, dan menunggu ikan merupakan cara melatih kesabaran. Tak hanya kesabaran, memancing juga melatih diri untuk senantiasa berkonsentrasi, kapan waktu terbaik yang tepat untuk mengangkat joran, menggulung tali senar, atau kapan saat yang pas untuk menyentakkan mata kail agar ikan benar-benar tersangkut di kail pancing. Setelah semua proses yang menuntut kesabaran itu, ada doa yang dialunkan dalam hati, berharap agar kail disambar dan pulang dengan senyum lebar.

“Memancing itu pakai insting, sabar, dan jangan mudah menyerah. Esensi mancing itu kan berusaha, kalau mau instant tinggal beli ikan di Pasar. Kami mancing itu seperti relaksasi dari kesibukan sehari-hari. Berkumpul dengan ikan dan pemancing lainnya di laut lepas, itu bentuk olahraga dan hobi yang menyenangkan,” tutur Hersan, pemancing ikan laut Pantai Labu, Lubuk Pakam.

Di masa pandemi, memancing bisa menjadi salah satu alternatif bagi sobat Pijar untuk tetap meningkatkan kebugaran tubuh dan menyeimbangkan kewarasan. Tentunya dengan memilih tempat yang tepat dan menerapkan protokol 3M (Menggunakan Masker, Mencuci Tangan, dan Menjaga Jarak).

Sobat pijar pasti sudah sering dengar filosofi tentang mincing-memancing. Tapi favorit saya, tertulis dalam karyanya Ernest Hamingway, peraih nobel sastra dan pulitzer dalam judul “The Old Man And Sea”. Dalam kisah, si Pak tua gagal mencari ikan selama 85 hari berlayar. Baginya eksistensi memancing tidak hanya pada keberuntungan nasib. “Memang lebih baik kalau beruntung. Tapi aku lebih suka menjadi tepat. Sehingga saat keberuntungan datang, aku sudah siap,” kata Santiago si pak Tua.

(Editor: Muhammad Farhan)

Leave a comment