Hits: 11

Alvira Rosa Damayanti  

Pijar, Medan. Sudah lebih dari delapan bulan masyarakat Indonesia hidup berdampingan dengan pandemi virus corona. Krisis dalam kehidupan mulai memunculkan tantangan baru, seperti belajar dan bekerja dari rumah.

Tantangan yang muncul, mengakibatkan adanya ketidaksetaraan gender dalam kehidupan. Khususnya pada kehidupan para wanita. Maka dari itu, UN Women bersama Indosat Ooredo melakukan beberapa survei. Mereka mengumpulkan data terbaru mengenai dampak covid terhadap perempuan dan laki-laki yang posisinya rentan jatuh dalam kemiskinan. Di mana survei ini dilakukan melalui sms kepada para pengguna indosat.

Dalam membagikan hasil survei tersebut, UN Women bersama Indosat Ooredo bekerja sama dengan Aji Jakarta. Mereka mengadakan peluncuran laporan dan diskusi “Menilai Dampak Covid-19 Terhadap Gender dan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia” pada (23/10) melalui Zoom meeting.

Hal tersebut disebabkan oleh semakin digandakannya peran wanita pada masa ini. Sebagai contoh, para wanita akan mengawasi anak-anak yang belajar di rumah. Padahal saat itu, ia juga memiliki tugas pekerjaan rumah lainnya. Apalagi jika ia merupakan tulang punggung bagi keluarga.

Peluncuran laporan yang ditampilkan dalam forum diskusi berisikan beberapa hal, diantaranya :

  • Sejak masa pandemi 36% perempuan dibandingkan 30% laki-laki pekerja informal harus mengurangi waktu kerja berbayar mereka.
  • Covid 19 telah mempengaruhi kesehatan mental dan emosional perempuan secara tidak proporsional dengan 57% perempuan mengalami peningkatan stress dan kecemasan, dibandingkan dengan 48% laki-laki.
  • 69% perempuan dan 61% laki-laki menghabiskan lebih banyak waktu mengerjakan pekerjaan rumah tangga tak berbayar.

“Laporan ini memperlihatkan dengan jelas, bahwa perempuan terdampak secara tidak proporsional oleh pandemi,” ujar Jamshed M.Kazi selaku Representative and Liaison to Asean, UN Women Indonesia.

“Data yang ada diharapkan dapat membantu Satgas Penanganan Covid-19, mitra-mitra pembangunan, serta sektor swasta di Indonesia dalam pengambilan keputusan untuk mendukung respon kuat terhadap Covid-19, agar dapat memenuhi kebutuhan perempuan dan anak perempuan. Serta dalam mempromosikan upaya pemulihan yang tepat,” tambahnya.

Pada masa pandemi seperti ini, peningkatan angka pernikahan dini naik secara drastis. Di mana anak-anak di perkampungan Indonesia, diatur untuk menikah dini. Semua itu terjadi karena mereka sudah tidak lagi bersekolah. Alasan lainnya, karena ketidakmampuan dalam membeli gadget dan alat elekronik canggih lainnya untuk membantu pembelajaran di masa pandemi seperti saat ini.

Menurut Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, I Gusti Ayu Bintang Darmawati, “Hasil survei dalam ‘Menilai Dampak Covid-19’ yang hari ini diluncurkan adalah sumber berharga yang dapat menjadi dasar bagi kita semua untuk dapat merancang dan melaksanakan kebijakan yang tepat sasaran,” ungkapnya.

Dengan hasil pengumpulan data yang diperoleh, diharapkan dapat mengangkat dan memfasilitasi kelompok-kelompok kecil untuk bisa setara dengan masyarakat yang lain.

(Editor: Erizki Maulida Lubis)

Leave a comment