Hits: 204
Alvira Rosa Damayanti / Ade Khairani Bustami
“Sejauh apapun jalan yang kita tempuh, tujuan akhir selalu rumah,” – hal 235.
Pijar, Medan. Kutipan di atas merupakan tonggak awal dalam sebuah perjalanan. Sejauh apa pun jarak yang kita raih, sedalam apa pun air yang kita selami, rumah adalah tujuan akhir dari semuanya. Perjalanan yang telah terekam nyata di ingatan, bagaimanapun cerita akhirnya, semua itu akan menjadi sebuah kenangan. Kenangan terindah untuk dapat di ceritakan.
‘Arah Langkah’ merupakan novel terbaru karangan Fiersa Besari. Novel yang terdiri dari 300 halaman ini merupakan cerita perjalanan Fiersa bersana kedua sahabatnya, yakni Anisa dan Baduy. Serangkaian perjalanan yang mereka lalui, di tulis menjadi sebuah cerita yang disajikan dengan begitu mendalam. Walaupun beberapa dialog dan nama pemeran harus di rubah dan tidaklah bisa sebegitu rinci.
Perjalanan menyusuri Indonesia dimulai pada tanggal 14 April 2013. Bersama kedua sahabatnya, Fiersa dalam novel ini disebut Bung, pergi meninggalkan kota, Bandung. Menaiki sebuah bus untuk pergi ke pelabuhan Merak, Banten. Sebelum akhirnya naik kapal feri untuk pergi ke Bandar lampung.
Kisah perjalanan ini, didasari dengan tiga orang yang memiliki agenda berbeda. Anisa yang ingin melihat keindahan Indonesia. Baduy yang ingin menjajal kemampuan menyelamnya. Dan ada Fiersa (Bung) yang berangkat tanpa rute dan tujuan pasti, antara mencari jati diri dan melarikan diri. Didalam sini pulalah, diselipkan sepenggal kisah romantis yang berakhir sadis, dan cerita landasan mengapa Bung mau berpetualang keliling Indonesia, setelah sebelumnya berkeinginan untuk keeliling eropa. Dimulai dari wilayah terdekat, sampai di Kilometer 0 Banda Aceh, dan akan berakhir nantinya di ujung Indonesia Timur. Mereka memiliki acuan untuk sampai di empat titik terujung Indonesia.
Di dalam setiap perjalanan, memiliki kisah dan cerita yang berbeda-beda, perkenalan dengan orang-orang baru terjadi di setiap tempat. Media sosial menjadi acuan pertama untuk bisa menemukan orang di tempat baru. Penghematan ongkos/ biaya adalah salah satu cara untuk bisa bertahan, dan keakraban menjadi cara untuk dapat bergaul.
Namun, pada saatnya akan tiba. Waktu perpisahan adalah waktu yang paling sakit. Mau seindah atau semanis apa pun, perpisahan tetaplah perpisahan. Berpisah dengan Annisa dan Baduy, menjadi tolak ukur berpikir Bung untuk melanjutkan perjalanannya ke ujung Indonesia Timur.
Memilih untuk mengikhlaskan, dan mengamati setiap moment kebahagiaan yang terjadi di sekelilingnya. Membuat Bung sadar, bahwa dia tidak sendirian. Dengan tekad bulat dan penuh semangat, Bung kembali melanjutkan perjalanan untuk bisa sampai ke ujung Indonesia Timur.
Lewat cara yang menantang semua dihadapi. Dan semua kegelisahan dibawa di pundak masing-masing. Arah Langkah, bukan sekadar perjalanan menyusuri Indonesia, untuk melihat keindahannya semata. Tetapi juga mengamati, setiap kondisi yang terjadi di dalam setiap kehidupan. Semua daerah memiliki cerita yang berbeda, semua cerita memiliki makna. Kenangan-kenangan tersebut akan dibungkus menjadi sebuah arah langkah yang akan memandu kita untuk kembali pulang ke rumah masing-masing.
Redaktur Tulisan: Hidayat Sikumbang