Hits: 9

Novita Arum

Pijar, Medan. Joko Anwar ialah seorang yang multitalenta di bidang hiburan, pasalnya dia adalah seorang penulis, aktor dan juga sutradara di beberapa film yang terkenal di Indonesia bahkan di luar negeri. Karya-karyanya pun selalu dinanti-nantikan oleh industri perfilman Indonesia. Ada sekitar 20 film yang melibatkan Joko Anwar didalamnya baik itu sebagai aktor, penulis ataupun sutradara. Salah satu film yang ditulis dan disutradarai olehnya yaitu Modus Anomali.

Film tersebut dibintangi oleh artis yang sudah tidak diragukan lagi kualitasnya dalam berlakon. Mereka ialah Rio Dewanto, Hannah Al Rasyid, Izzati Amara, Aridh Tritama, Surya Saputra, Marsha Timothy, Sadha Triyudha, dan juga lainnya.

Layaknya judul film, Modus Anomali mulai menampakkan wujudnya ketika plot mulai berjalan lambat dan membingungkan. Segala macam petunjuk dalam cerita memiliki berbagai macam arti. Banyaknya petunjuk di persimpangan cerita mampu membuat penonton terkecoh sehingga harus bersabar dalam mengikuti alur kisahnya.

Pada sepertiga film juga sedikit membosankan karena hanya terfokus pada satu karakter saja. Joko Anwar sebagai sineas dan penulis naskah seperti film-filmnya Kala dan Pintu Terlarang, memang sengaja merancang sebuah cerita thriller yang membingungkan namun unik dan menarik untuk ditonton.

Satu pencapaian yang cukup istimewa adalah aspek efek suara, didukung dengan penggambaran atmosfir yang baik serta beragam detail dari efek suara dan iringan instrumen yang mencekam amat mendukung kisahnya yang membingungkan. Secara teknis, film ini digarap dengan baik. Hampir seluruh setting-nya dibentuk dengan sangat rinci untuk film yang termasuk berdana minim.

Suasana hutan dan kabin tidak kalah dengan film-film horor produksi barat. Namun pada awal film kamera selalu mengikuti tokoh utama dengan gerak kamera yang cukup kasar sehingga kurang nyaman untuk ditonton. Rio Dewanto juga patut dipuji sebagai tokoh utama yang menjadi kunci dalam cerita filmnya. Peran totalnya di sepanjang film selalu tampil  gelisah dan ketakutan sangat membantu membangun jalan cerita.

Penggunaan bahasa Inggris memang patut dipertanyakan. Sepertinya ini memang tuntutan seorang Joko Anwar yang menginginkan filmnya disajikan seperti ini, dengan kisah dan pencapaian artistiknya yang memang kebaratan. Penggunaan bahasa Inggris memang agak janggal dan berkesan tidak masuk akal, terutama dari sisi aksen dan intonasi. Apakah memang film ini khusus untuk konsumsi penonton barat atau luar negeri? Mengapa tidak sekalian mencari pemain aktor internasional saja? Terlepas segala argumennya, dari satu sisi memang ini menjadi keunikan tersendiri.

Tidak tanggung-tanggung proyek film tersebut pun memenangkan penghargaan Bucheon Award di ajang Network of Asian Fantastic Films (NAFF) yang merupakan bagian dari Puchon International Fantastic Film Festival di Korea Selatan. Modus Anomali menyisihkan 23 hasil seleksi dari sekitar 100 proyek dari berbagai negara termasuk dari Amerika Serikat, Jepang, Taiwan, Hong Kong, Malaysia, dan Afrika Selatan. NAFF adalah ajang pitching dan market untuk proyek-proyek film yang akan diproduksi.

Joko Anwar seperti pada film-film sebelumnya memang memberi warna tersendiri di industri perfilman. Kisah filmnya selalu penuh intrik dan misteri plus kejutan-kejutan di klimaks film. Selera penonton awam memang sepertinya bukan sasaran sang sineas. Para sineas kita tidak perlu semata-mata hanya terfokus pada meningkatkan mutu namun keragaman genre juga patut diciptakan untuk menambah warna dan perkembangan industri film.

 

Leave a comment