Hits: 2
Hesmitha Eunike
Pijar, Medan. Peringatan Hari Batik Nasional memang sudah lewat, tetapi semangat untuk melestarikan warisan negeri tidak boleh pudar. Batik-Batik di Taman 3.0 (Batman 3.0) adalah sebuah kegiatan sekaligus program kerja Divisi Pengabdian Masyarakat yang diselenggarakan oleh Pemerintahan Mahasiswa (Pema) Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara. Kegiatan ini berlangsung pada Sabtu (12/10), bertempat di Taman Tengah Fakultas Psikologi USU.
Tahun ini ialah tahun ketiga kegiatan ini digelar. Dengan mengusung tema “Wonderful Batik Indonesia”, Batman 3.0 ingin mengenalkan setiap batik Indonesia yang memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing. Terselenggaranya acara ini juga berkaitan dengan Hari Batik Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Oktober lalu.
Acara dimulai pukul 09.10 WIB. Diawali dengan pembukaan oleh MC dan dilanjutkan dengan kata sambutan oleh Ketua Panitia serta Gubernur Mahasiswa Fakultas Psikologi USU. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan kegiatan mencanting di kain. Sebelum mencanting di kain, peserta terlebih dahulu mencanting di kertas. Hal ini dilakukan agar ketika mereka mencanting di kain, mereka dapat lebih lancar mengerjakannya.
Tujuan dari kegiatan Batman 3.0 adalah untuk memperingati Hari Batik Nasional. Selain itu, kegiatan ini dilaksanakan untuk melestarikan budaya nasional. “Seperti yang kita tahu, banyak budaya Indonesia ini yang udah diklaim sama negara lain. Jadi, Departemen Pengabdian Masyarakat turut mengabdi pada masyarakat untuk melestarikan dan mengingat budaya. Kalau bukan kita yang melestarikan budaya itu sendiri, siapa lagi?,” jelas Kezia Teguh Fitrari, mahasiswi Fakultas Psikologi USU selaku Ketua Panitia Batman 3.0.
Terselenggaranya kegiatan Batman 3.0 tidak lepas dari kerjasama dengan tim event organizer, yaitu Ardhina Batik. Kurang lebih ada 65 peserta yang hadir dalam kegiatan Batman 3.0 ini. Peserta yang hadir pun beragam, mulai dari mahasiswa USU maupun di luar USU, pelajar, kalangan umum dan ibu rumah tangga.
“Di sini ada juga pameran angklung. Jadi, setelah membatik nanti kan ada proses menjemur kain yang telah dibatik. Sambil menunggu kain tadi kering, mereka bisa melihat pameran angklung. Setelah kain tadi kering, mereka bisa membawanya pulang,” tutur Kezia.
Untuk dapat mengikuti kegiatan ini, pelajar dan mahasiswa dikenakan biaya sebesar Rp55.000, sementara untuk kalangan umum dikenakan biaya sebesar Rp65.000. Dengan biaya tersebut, para peserta mendapatkan kain batik, snack berupa beragam kue tradisional, sertifikat dan merchandise.
Balqis, salah satu peserta yang merupakan mahasiswa Psikologi stambuk 2019 mengatakan bahwa lewat Batman 3.0, dengan membatik membuat mood-nya menjadi lebih senang. Selain itu, ia juga dapat belajar untuk menghargai karya-karya dalam negeri. “Karena kan susah banget membuatnya, selembar aja butuh waktu 2 jam untuk membuatnya, apalagi kalau berkain-kain butuh waktu lebih lama. Jadi, lebih bangga dengan budaya Indonesia,” ungkap Balqis.
Kezia selaku Ketua Panitia menambahkan, dengan diselenggarakannya Batik-Batik di Taman (Batman 3.0) ini, harapannya sebagai generasi muda bisa lebih aware terhadap budaya, terutama batik. “Saat kita membatik, kita menggoreskannya menggunakan canting dengan hati-hati, itu kan membutuhkan perasaan. Dengan mereka meresapi proses mencanting tersebut, mereka merasakan bahwa batik adalah budaya kita. Karena mereka sudah tahu rasanya membatik itu seperti apa, mereka akan lebih aware dan lebih melestarikan budaya sendiri,” tutup Kezia.
(Redaktur Tulisan: Widya Tri Utami)