Hits: 6

Hidayat Sikumbang

Pijar, Medan. Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah terlihat gembira dan ikut bergoyang setelah prosesi upacara yang berlangsung pada Sabtu, (17/8). Gubernur hadir sebagai inspektur upacara dalam kegiatan tahunan di Lapangan Merdeka Medan. Awalnya, orang nomor satu di Sumatra Utara itu terlihat malu-malu ketika dipersilakan untuk ikut menari. Namun, Gubernur seakan terbawa suasana ketika lantunan musik Anak Medan mengiringi.

“Saya terkenang ketika saya menjadi Komandan Upacara dulu. Ini berkesan sekali sama saya, Momen saat itu saya (terulang kembali) seperti saat ini. Oleh sebab itu, tempat ini harus kita desain kembali,” ujar Gubernur Sumatra Utara saat diwawancarai.

Sudah sejak lama, Gubernur Sumatra Utara menginginkan adanya pembaharuan dari Lapangan Merdeka Medan. “Saya minta awak pers dukung ini, (Lapangan Merdeka) ini adalah tempat rakyat. Lapangan Merdeka harus merdeka,” sambungnya.

Gubernur (kiri) dan Wakil Gubernur (kanan) bergoyang setelah prosesi upacara kemerdekaan (17/8) fotografer: Hidayat Sikumbang
Gubernur (kiri) dan Wakil Gubernur (kanan) bergoyang setelah prosesi upacara kemerdekaan (17/8)
fotografer: Hidayat Sikumbang

Pada masa pemerintahan Belanda, Lapangan Merdeka bernama de Esplanade. Dibangun pada 1872, pada akhirnya lapangan yang berada di titik 0 Kota Medan ini berubah nama ketika Jepang menguasai Medan dan menjadi Furukaido yang artinya “lapangan tengah kota.” Fungsi dari lapangan ini tak ada berubah sama sekali hingga sekarang, yakni sebagai tempat upacara resmi pemerintahan.

Dan kemudian tepat di tanggal 9 Oktober 1945, Lapangan Merdeka baru resmi menggunakan nama dengan Bahasa Indonesia dan disahkan oleh Walikota Medan pada saat itu, Luat Siregar.

Sementara itu, Ijeck, sapaan akrab Wakil Gubernur berharap anak-anak muda sekarang ini tidak melupakan fungsi dan sejarah dari Kota Medan, terutama Lapangan Merdeka. “Kita tahu perjuangan orang-orang terdahulu, orangtua kita, para veteran dengan darah dan air mata untuk memerdekakan bangsa ini. Dengan upacara, nyanyian lagu kemerdekaan, hingga doa-doa yang kita panjatkan di lapangan ini, harusnya kita bisa memaknai dan menghargainya”.

“Saya juga berpesan, terutama untuk adik-adik Universitas Sumatera Utara agar kiranya mampu menjadi generasi terdepan. Jaga kekompakan, jaga kebersamaan, kita sudah merdeka, sudah tak perlu lagi membeda-bedakan karena kita mahasiswa sudah bersatu dalam bineka tunggal ika,” tutur Ijeck.

Upacara peringatan Hari Ulang Tahun  ke-74 Republik Indonesia ini dimulai pada pukul 09.30 WIB, diikuti doa, dan masuk ke acara puncak, yaitu pengibaran bendera merah putih oleh 66 orang Paskibraka. Usainya masuk ke acara hiburan dengan menyanyikan lagu kebangsaan, puisi yang diiringi lantunan biola, dan masuk ke tarian kolosal “Bukit Barisan” yang berhasil membuka kedua pemimpin Sumatra Utara asik bergoyang.

Leave a comment