Hits: 145
Muhammad Fikri Haikal Saragih
Pijar, Medan. Dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional 2023, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia atau Kominfo RI bersama Monumen Pers Nasional menyelenggarakan seminar bertema “Semangat Jurnalistik Pers Mahasiswa dan Intervensi Kampus”. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula FISIP Universitas Sumatera Utara (USU) pada Rabu (8/2/23).
Muryanto Amin, Rektor USU, mengungkapkan pentingnya peran jurnalis di era media baru saat ini. “Kebebasan pers itu sangat penting, tetapi dalam tugas pers ada prinsip-prinsip yang tidak boleh dilanggar. Sekarang kita perlu mengetahui itu. Kemudian, bagaimana caranya agar antara dunia new media yang sekarang tumbuh dengan cepat itu, bisa diimbangi dengan kembalinya jurnalisme yang bertanggung jawab,” tuturnya.
Turut dihadiri oleh berbagai Lembaga Pers Mahasiswa (LPM), Muryanto juga sangat mendukung jurnalistik pers mahasiswa untuk dapat difasilitasi dengan baik agar menjadi pers yang berkualitas.
Wakil Ketua Dewan Pers, M. Agung Dharmajaya yang hadir sebagai tamu dalam seminar itu, mengungkapkan bahwa kesempatan menjadi seorang jurnalis atau wartawan sangat terbuka bagi siapapun. “Menjadi wartawan atau menjadi jurnalis itu belum ada jenjang pendidikan yang linier. Jadi, menjadi wartawan itu jenjang pendidikannya terbuka,” ucapnya.
Ia juga menegaskan beberapa poin penting yang harus diperhatikan sebagai seorang wartawan. Pertama, wartawan harus memahami betul apa yang ditulis, sehingga orang lain juga paham dan tulisan tersebut tidak menjadi sampah. Kemudian, untuk menjadi wartawan harus kompeten, tidak hanya bisa menulis, tetapi juga bagaimana perilakunya. Termasuk ketika mewawancarai narasumber. Sebaiknya wartawan tidak berebutan memberi pertanyaan.
Di sisi lain, Kepala Monumen Pers Nasional, Widodo Hastjaryo, menjelaskan mengenai sejarah didirikannya Monumen Pers Nasional. “Ada history-nya, di mana para wartawan lahir dan berkumpul membentuk organisasi bernama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di gedung tersebut pada tanggal 9 Februari 1946,” terangnya.
Menurut para pembicara, Dialog Jurnalistik Pers Mahasiswa dan Intervensi Kampus ini diharapkan ke depannya tetap terlaksana agar dapat meningkatkan ketertarikan mahasiswa dalam jurnalistik dan pers. Selain itu juga dapat memberikan motivasi bagi anggota pers maupun wartawan untuk tetap menyebarkan berita yang bermanfaat dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan kode etik jurnalistik.
(Redaktur Tulisan: Laura Nadapdap)