Hits: 14

Mhd Abdul Fattah.

PIJAR, Medan. Record Store Day adalah suatu rangkaian acara yang diperingati oleh seluruh dunia untuk merayakan hari rilisan fisik dalam hal musik, seperti compact disc (CD), kaset, dan vinyl atau piringan hitam. Di Indonesia sendiri dilaksanakan di 3 kota, yaitu Medan, Yogyakarta, dan Jakarta. Untuk kota Medan sendiri, sudah berlangsung sejak tahun 2013 lalu dalam melaksanakan acara ini.

Dunia saat ini sangat melekat dengan kata digital. Perkembangan digital dan teknologi saat ini dapat dikatakan sangat berdampak pada setiap elemen dalam rangka mendukung keberlangsungan hidup. Salah satunya yaitu musik yang menjadi elemen hiburan dalam kehidupan. Kondisi yang terjadi saat ini adalah, terdapat pergeseran untuk membeli secara langsung rilisan fisik yang dahulunya dilakukan. Dengan adanya kondisi seperti ini, menjadi alasan untuk diadakannya acara Record Store Day Medan pada Sabtu (13/04).

Sesi sharing akan rilisan fisik salah satu band yang mengisi acara Record Store Day di Kedai Boogie, Medan (13/04). (Fotografer: Mhd. Abdul fattah)
Sesi sharing akan rilisan fisik salah satu band yang mengisi acara Record Store Day di Kedai Boogie, Medan (13/04).
(Fotografer: Mhd. Abdul fattah)

Bertempat di Kedai Boogie Jalan Sei Belutu Padang Bulan Medan, menjadikan acara ini ajang perkenalan dan tentunya hiburan kepada masyarakat. Ditambah lagi dilaksanakan pada malam minggu, OyOy Radio sebagai pelaksana dapat dikatakan sukses untuk menarik perhatian anak muda yang biasanya mendengarkan lagu dari aplikasi digital di samrtphonenya.

“Rilisan Fisik sendiri diciptakan oleh suatu band/musisi yang ingin mengabadikan karya-karyanya didalam jenis rilisan fisik tersebut, dan aku rasa kalau kita memiliki rilisan fisik musik dari salah satu band kita terbilang sangat menghargai karya musisi tersebut,” jelas Ivan sebagai panitia penyelenggara.  Ivan juga memperjelas tujuan dilaksanakananya acara ini yaitu ingin menumbuhkan rasa peduli anak muda sekarang khususnya kota Medan dalam hal menghargai karya-karya musisi yang menghibur kita dengan alunan-alunan musik mereka.

Dimulai pada pukul 19.00 WIB hingga tengah malam, Record Store Day memberikan suguhan hiburan melalui 4 band lokal kota medan yaitu Escape, Flyingpic, Dispenser, dan J’Refundamental. Keempat band ini diundang bukan karena sebagai hiburan, namun berdasarkan perilisan lagu yang dikeluarkan dalam bentuk rilisan fisik oleh masing-masing band dari jangka waktu April 2019 – April 2020.

Mengulik masa lalu, ternyata acara ini sudah berlangsung sejak tahun 2016 secara berturut-turut, dimana sebenarnya ditahun 2013 untuk pertama sekalinya. Namun harus terhenti karena vakum tidak ada yang bersedia menjadi penyelenggara.

“Sebenarnya inti acaranya bukan dari penampilan band-band ini, itu cuma selingan tapi yang menjadi inti adalah booth-booth nya ini dimana memang band-band yang masih menghadirkan rilisan fisik untuk dijual,” jelas Ivan ketika ditanya konsep acara.

Dea Sashmita, selaku penggemar band yang sedang menampil diacara Record Store Day menjelaskan bahwa acara ini sangat penting dilaksanakan. Karena dengan adanya acara ini kita memberi apresiasi kepada band-band yang memiliki keinginan lebih untuk memasarkan karya-karya mereka untuk penggemar. “Karena tidak semua juga bisa kita dapatkan di digital ya, kadang dapat pun pasti seperti bajakan, dan juga rilisan fisik ini sebagai bukti kalo band itu pernah berkarya,” ucapnya.

Dea sudah mengikuti acara Record Store Day ini sejak tahun 2016, dimana menurutnya acara untuk tahun ini semakin membaik dari tahun-tahun sebelumnya. Dan band-band yang ikut acara ini juga antusiasnya bangkit lagi bahwa mereka dihargai dengan adanya acara seperti ini.

Harapan Dea sebagai pengunjung dan Ivan sebagai panitia untuk acara Record Day Store ini cukup terbilang sama bahwa masyarakat Medan paham akan pentingnya menghargai karya. Juga mereka berharap anak muda harus tahu nikmatnya mengkoleksi sebuah rilisan fisik dan terdapat suatu rasa bangga dalam diri jika memiliki koleksi rilisan fisik.

“Kalau ada band yang ngaku membuat rilisan fisik enggak untuk mencari duit, itu sebenarnya bohong. Dan kita juga sebagai penikmat musik juga harus sadar dan tahu lah bahwa mereka memproduksi karya juga menggunakan duit, nah terus mengapa kita enggak memberikan apresiasi ke mereka dengan mengeluarkan duit untuk kesenangan di kitanya juga,” kata Dea sebagai penutup.

Redaktur Tulisan: Hidayat Sikumbang

Leave a comment