Hits: 17
Fahzrie Hannifach Suvero Suyar/Savira Dina
Pijar, Medan. Masa muda adalah waktu yang tepat untuk mengeksplorasi minat dan bakat. Tidak terkecuali anak muda Medan. Bertempat di Andaliman Hall, My Locally Made hadir untuk mengembalikan jiwa seni anak muda melalui budaya batak, yaitu ulos. Acara ini hadir untuk pertama kalinya di kota Medan dengan tema Re-imagine.
Locally Made vol.01 berlangsung sejak tanggal 7 – 11 November 2018. Acara My Locally Made sendiri menyuguhkan beberapa hasil karya anak bangsa yang sudah mendunia seperti Ivan Gunawan, Siarkansyah dan Torang Sitorus.
Acara ini menyuguhkan karya-karya seniman ternama, seperti ulos dan atribut hasil karya Torang Sitorus yang telah mendunia, Siarkansyah dengan motor bercorak ulosnya yang telah mendapat penghargaan di Italia, dan hasil rancangan baju berbahan ulos karya Ivan Gunawan yang diperagakan di Indonesia Fashion Week (IFW).
“Be the light” menjadi konsep acara ini, karena penyelenggara acara berharap, kita sebagai generasi muda dapat menjadi cahaya di antara generasi muda lainnya. Karena di zaman yang sudah semakin modern ini, generasi tua dan muda kurang peduli terhadap budaya daerahnya sendiri. Berbagai gelar wicara dan lokakarya menjadi rangkaian kegiatan acara My Locally Made ini .

(Fotografer: Savira Dina)
Salah satu lokakarya yang ada di acara ini adalah kegiatan paperflower. Kegiatan ini sendiri memakan waktu sekitar 90 menit untuk menghasilkan berbagai karya dari bahan baku kertas menjadi bentuk bunga yang indah. “Memanfaatkan kertas untuk meningkatkan kreativitas, di kelas workshop ini kita menggunakan bahan khusus, tapi bisa juga menggunakan kertas majalah, koran dan tisu. Tergantung kreativitas kita,” ungkap Dhenok, pemateri workshop.
Pengunjung yang datang dari berbagai kalangan terlihat antusias mengunjungi pameran hasil karya seni anak bangsa ini, “Target kita mungkin lebih ke exhibition-nya , ke anak muda yang memang punya tekad dan niat untuk melihat dan tertarik ke acara My Locally Made,” ujar Warren selaku konseptor dan production acara.
Tidak hanya generasi muda, pengunjung juga datang dari kalangan ibu-ibu. Salah satu pengunjung yang berasal dari kalangan ibu–ibu adalah Reta, ia dan teman-temannya mengetahui acara ini lewat media sosial, mangatakan acara ini sangat menambah wawasan mereka tentang ulos. “Baru tahu kalau motif ulos itu banyak, dari yang zaman dulu sampai sekarang kita tahunya yang itu-itu aja, padahal kita sendiri juga orang batak enggak semuanya kita tahu,” tutur Reta.
Tujuan dari acara ini untuk menyatukan dan membangkitkan Kota Medan melalui kebudayaan dan kreativitas dari delapan suku yang berbeda. Nantinya akan diadakan vol.02 dan seterusnya dengan konsep budaya yang berbeda-beda.
Robert selaku ketua panitia, berharap akan ada perubahan yang lebih baik lagi di Sumatra Utara dalam hal kreativitas melalui acara My Locally Made. Ia mengatakan kreativitas dan budaya dapat mengubah paradigma dan mindset seseorang.
(Redaktur Tulisan: Intan Sari)