Hits: 19

Oleh: Putri Arum Marzura

 

Kulihat sahabatku sedang bersedih menyendiri bagaikan kapas yang akan berhembus angin. Ku lihat kening yang mengerut, pipi yang basah karena air mata yang mengalir. Aku menghampirinya dan bertanya “Ada apa denganmu?,” tanyaku sambil memegang bahunya. Tak lama ia menjawab “Aku merasa kesepian, tidak ada satu orang pun yang mengerti perasaanku, tidak ada yang mau tau dengan kondisiku sekarang, dan tidak ada yang mau mendengarkanku.” Dengan isak tangis yang sangat haru ia mengatakannya kepadaku. Aku pun terharu mendengarnya. Sembari memikirkan apa yang harus aku perbuat dan aku katakan kepadanya. Sambil duduk di sebelahnya, aku memberanikan diri untuk menanyakan masalah apakah yang sedang dialaminya.

 

Seketika suasana hening dan ia belum juga mau menceritakannya. Aku menunggu dan tetap terus menenangkannya. Tak lama, ia bercerita kepadaku.

“Aku mempunyai satu teman terbaik yang sangat aku percaya, aku selalu mendengarkan curahan hatinya dan membantunya untuk mencari jalan keluar terhadap masalah yang sedang ia hadapi. Tetapi, ketika aku sedang dalam keadaan-keadaan seperti ini dan saat aku sangat membutuhkannya untuk menenangkanku, ia malah tidak peduli. Sekarang aku bingung harus bercerita kepada siapa. Aku seperti tidak bisa melakukan apa-apa sekarang. Hidupku seperti sangat hampa.”

 

Aku tertunduk dan merenungkannya sejenak. Berusaha memposisikan diriku berada pada situasinya. Sangat sakit. Seperti tidak ada tumpuan hidup dan pendengar yang baik di saat kita sedang ingin didengarkan dan diperhatikan. Pelajaran yang kudapat bahwa sudah sangat susah untuk menemukan apa itu makna dari pertemanan dan sulit menemukan teman yang benar-benar teman.

 

Aku tidak bisa berkata banyak. Aku terus terpaku dengan ceritanya tadi. Tetapi aku bisa memberinya sedikit ‘wejangan’ untuk menenangkan hatinya.

“Yang bisa kau lakukan sekarang adalah hanya bersabar dan tenangkan dirimu. Tapi percayalah, kau akan mendapatkan hikmah dari masalah yang tengah kau hadapi ini. Dan kau harus sadar bahwa ada orang di sekitarmu yang peduli denganmu dan kau mungkin saja tidak mengetahui hal itu. Aku bisa bersedia untuk mendengarkan curahan hatimu dan sebisa mungkin aku memberikan solusi yang baik untukmu. Jangan sungkan-sungkan untuk bercerita denganku. Mudah-mudahan aku siap mendengarkanmu.”

 

Suasana kembali hening. Mungkin ia sedang mencerna apa yang ku katakan tadi. Akhirnya ia mengangguk sambil menangis. Lalu ia berterimakasih kepadaku. Hatinya sedikit tenang dan damai. Tetapi aku harus menerus memikirkan bagaimana jika aku seperti dia. Tidak punya arah dan tujuan hidup dan tidak tau ingin terpaku dengan siapa. Aku terpikir sejenak dan aku percaya bahwa setiap masalah ada jalan keluarnya. Sekarang, esok dan seterusnya aku siap untuk menjadi temannya. Bahkan sekarang aku dengannya sudah selayaknya seperti sahabat. Ku lihat perubahan dalam dirinya yang sudah jauh lebih tenang dan baik. Aku berharap, semoga untuk kedepannya ia bisa menjadi yang lebih baik lagi.

Leave a comment