Hits: 12
Savira Dina
“Di dunia yang sebesar ini, dengan orang sebanyak ini. Kalau dua orang udah ketemu pasti ada satu yang sama. Apalagi kalau udah nyaman.” Yudhis – Posesif
Pijar, Medan. Tahun 2017, dunia perfilman baik dalam dan luar negeri, banyak didominasi film bergenre horor. Dirilis 26 Oktober lalu, industri perfilman Indonesia kembali merilis sebuah film romantis.
Diberi judul posesif, film ini mengisahkan tentang Lala (Putri Marino), seorang siswi SMA dan juga merupakan seorang atlet loncat indah. Lala menjalin sebuah hubungan cinta dengan Yudhis (Adipati Dolken), salah satu murid baru di sekolahnya.
Tidak seperti film-film percintaan pada umumnya yang menceritakan bagaimana seorang laki-laki dan perempuan yang awalnya tidak saling menyukai namun lama kelamaan saling mencintai. Posesif memberikan kita gambaran tentang bagaimana sebuah hubungan yang awalnya terasa manis, lama-kelamaan berubah menjadi semakin kompleks.
Dimulai dari kedatangan Yudhis sebagai anak baru ke sekolah Lala. Yudhis melakukan pelanggaran peraturan pada hari pertamanya di sekolah. Sejak saat itu, Lala dan Yudhis menjadi dekat, kehadiran Yudhis membantu Lala melewati hari-harinya. Yudhis menjadi cinta pertama bagi seorang lala, Yudhis membuat Lala merasa bahwa masih ada yang menyayanginya.
Namun masalah pada hubungan mereka mulai muncul karena sifat keposesifan dari Yudhis. Yudhis begitu posesif terhadap Lala dan banyak memaksakan kehendaknya pada Lala. Mulai dari melarang Lala hang out bersama sahabat-sahabatnya, tidak suka jika Lala diantar orang lain, bahkan berhasil membujuk Lala untuk keluar dari rutinitasnya sebagai seorang atlet.
Tidak cukup sampai disitu, Yudhis juga kerap melakukan tindakan kekerasan pada Lala. Ketidakmampuannya untuk mengontrol emosi, membuat dirinya menjadi ancaman yang berbahaya bagi Lala dan orang di sekitar Lala.
Namun, seperti kata pepatah “Cinta dapat mengalahkan segalanya”, meski berbahaya Lala tetap melanjutkan hubungan mereka. Lala tidak mampu untuk melawan rasa cinta yang ia miliki terhadap Yudhis, meski Yudhis bersikap demikian terhadapnya. Terlebih lagi, Lala merasa bertanggung jawab atas sifat posesif Yudhis. Ia merasa bahwa hanya dirinya yang mampu mengubah Yudhis.
Film ini tidak hanya menceritakan konflik antara Lala dan Yudhis, namun konflik yang dihadapi Lala dan ayahnya, serta Yudhis dengan mamanya. Film ini mampu membuat naik-turun emosi para penontonnya. Ditambah lagi dengan soundtrack film ini yang mendukung drama yang diciptakan dalam film ini. Pada akhirnya, mampukah Yudhis dan Lala mempertahankan hubungan mereka?
(Redaktur Tulisan: Viona Matullessya)